| 79 Views
Bayi Pun Merasakan Duka Di Sistem Kapitalis Sekuler

Oleh : Mentari
Aktivis Dakwa
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Sebuah lirik indah yang menggambarkan sosok ibu penuh kelembutan dan limpahan kasih sayang kepada anaknya. Sejak bayi ditimang, dijaga, dipenuhi nutrisi tubuh dan jiwanya. Orang tua berharap kelak anaknya menjadi penerus keluarga dan bermanfaat untuk agama.
Miris, saat ini banyak ibu yang tega menjual buah hatinya demi recehan rupiah. Kasus yang terjadi di Jawa Barat, polisi menjumpai adanya sindikat penjualan bayi ke luar negeri. Sang ibu bisa mendapatkan 11 juta sampai 16 juta rupiah. Ternyata sindikat tersebut bekerja sama dengan pegawai Dukcapil dalam penyerahan dokumen bayi tersebut. (Mediaindonesia.com, 18/7/2025).
Di mana hati nurani sang ibu? Padahal, sembilan bulan ia mengandung, kemudian melahirkannya? Tentu banyak alasan yang mengharuskan ibu melepas bayi tercinta.
Faktor Ekonomi Pemicu Penjualan Bayi
Situasi ekonomi yang kian hari kian sulit telah menyeret naluri ibu ke jurang pemisah antara dia dan bayinya. Dikarenakan impitan kebutuhan hidup yang menjadikannya kalap, ia tega menjual sang buah hati. Seharusnya, kelahiran bayi membuat perasaan senang. Apalah daya, kehidupan yang kejam mengharuskannya tega berbuat nekat.
Tidak adanya dukungan dari keluarga juga dapat membuat ibu putus asa. Tidak ada teman berkomunikasi akan kesulitan hidup yang dijalani. Seharusnya, pihak keluarga ikut membantu dalam memecahkan permasalahan ini. Namun, bisa jadi keluarga dan kerabatnya sama-sama miskin, sehingga tidak bisa memberikan bantuan finansial kepadanya. Jadilah beban itu dipikulnya sendiri.
Iman lemah juga menjadi penyebab kematian fitrah ibu. Seharusnya ibu paham akan konsep rezeki, bahwa setiap nyawa manusia pasti sudah diberikan jatah rezekinya dari Allah. Ini adalah cabang dari keimanan. Jika yakin akan konsep rezeki, pastinya seorang ibu tidak akan tega menjual bayinya.
Inilah beberapa penyebab seorang ibu tega menjual anaknya. Ternyata, kasus seperti ini telah berulang kali terjadi. Tentunya, dampak yang diterima akan sangat fatal. Kekacauan nasab akan terjadi, karena dokumen ayah dan ibunya sudah dipalsukan oleh aparat yang membantu proses adopsi. Kekacauan data anak akan memungkinkan terjadinya perkawinan sedarah jika suatu saat takdir mempertemukannya dengan saudara kandung dan berakhir dengan pernikahan. Miris, akibat impitan ekonomi sampai terjadi kerusakan nasab anak.
Dampak Penerapan Sistem Ekonomi Kapitalis
Terjadinya kejahatan ini disebabkan oleh kemiskinan yang mendera. Kemiskinan adalah buah dari kegagalan pembangunan dalam sistem ekonomi kapitalis. Berbagai cara akan ditempuh agar terlepas dari kemiskinan hidup, walaupun bersinggungan dengan kejahatan. Bahkan, kejahatan dapat dilakukan oleh seorang perempuan yang sejatinya memiliki fitrah lembut dan penuh kasih sayang. Ketika terbelit kemiskinan, kemudian ada tawaran dari sindikat penjualan bayi, maka bagai gayung bersambut, ibu nekat melakukannya. Hilanglah hak anak untuk mendapat perlindungan dari orang tuanya.
Inilah akibat diterapkan sistem ekonomi kapitalis yang berasaskan sekularisme. Dalam sistem ini, peran agama ditinggalkan. Agama berfungsi sebagai ritual ibadah saja. Agama tidak layak untuk mengatur sendi-sendi kehidupan. Hanya akal yang berhak mengaturnya, sehingga peraturan yang dibuat akan condong pada berbagai kepentingan, terutama pesanan dari penyokong kampanye penguasa sampai “deal-deal” politik negara-negara besar. Rakyat dianggap hanya sebagai beban. Begitulah sistem ini tidak melayani rakyat, tetapi ada transaksi bisnis antara penguasa dan rakyat.
Bobroknya kualitas pejabat juga memperburuk keadaan. Berita korupsi tanpa henti. Pelakunya bisa dari berbagai jajaran instansi pemerintahan. Penyalahgunaan data agar bayi bisa diadopsi cukup memprihatinkan. Ini bukan lagi kejahatan oknum, tetapi kebobrokan sistem yang ada.
Solusi yang digunakan dalam mengentaskan kemiskinan juga tak kunjung berhasil. Bahkan, bantuan sosial.