| 50 Views
Banjir Bandang di Bali, Benarkah Tata Kelola yang Harus Diperbaiki?

Oleh: Endang Seruni
Muslimah Peduli Generasi
Sejumlah kawasan di Bali terjadi banjir pada Selasa,9 September 2025. Menyebar lebih dari 120 titik banjir yang merendam Denpasar, Gianyar, Tabanan, Karangasem, Jembrana dan Badung .
Menyebabkan kerusakan infrastruktur bangunan dan jembatan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 120 lokasi banjir dan 18 lokasi longsor. Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq menyatakan bahwa penyebab banjir adalah maraknya alih fungsi lahan persawahan dan resapan air menjadi hotel, villa, cottage. Daerah yang seharusnya berfungsi untuk menyerap air berubah menjadi area beton. Pembangunan yang tak terkendali dan luput dari pengawasan pemerintah daerah (Beritasatu.com, 12/9/2025).
Sampah juga menjadi penyebab terjadi bencana banjir ini. Bertumpuknya sampah yang bisa menyumbat drainase. Sementara itu wilayah tutupan hutan area gunung Batur dan daerah aliran sungai sangat kecil. Curah hujan yang tinggi di beberapa wilayah berpotensi terjadi banjir di Bali ( Kumparan.com, 13/9/2025).
Banjir yang terjadi di Pulau Bali merupakan alarm dari alam. Alih fungsi lahan yang mengesampingkan kelestarian alam mengakibatkan banjir dan tanah longsor. Bali memang termasuk dengan keindahan alamnya. Wajar jika penguasa menggenjot devisa dari sektor pariwisata. Sayangnya pemerintah plin plan diantara dua pilihan, antara pariwisata atau menjaga lingkungan. Faktanya pariwisata tetap diupayakan berjalan seperti biasa meskipun banjir menerjang.
Pembangunan dalam sistem kapitalisme mengabaikan kelestarian lingkungan. Mengutamakan kepentingan ekonomi untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan. Dalam pembangunan sektor pariwisata seperti penggundulan hutan tidak hanya berakibat pada flora dan fauna tetapi juga mengurangi ruang terbuka hijau.
Produksi sampah yang menumpuk disebabkan banyaknya wisatawan yang datang ke Bali. Tumpukan sampah jika tidak dikelola dengan benar tidak hanya mengakibatkan banjir tetapi juga terjadinya pencemaran lingkungan. Bukti pembangunan kapitalistik membawa bencana bagi manusia, alam dan makhluk hidup di sekitarnya.
Dalam pandangan Islam kerusakan alam terjadi akibat ulah tangan manusia. Sebagaimana firman Allah subhanahu Wa ta'ala,”Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia (melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar (TQS.Ar Rum: 41).
Islam bukan hanya agama ritual tetapi seperangkat aturan yang mengatur urusan manusia. Dalam penanganan bencana dilakukan secara preventif atau pencegahan. Yaitu negara menetapkan kebijakan pembangunan yang ramah lingkungan. Memprioritaskan infrastruktur untuk mencegah bencana seperti bendungan, kanal, tanggul dan lain-lain. Negara mengedukasi masyarakat untuk menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan dari kerusakan serta memberikan sanksi tegas bagi masyarakat yang mencemari dan merusak lingkungan.
Jika terjadi bencana maka negara akan sikap dalam mengevakuasi korban. Menyiapkan lokasi pengungsian dan mendirikan posko kesehatan serta dapur umum. Pariwisata di dalam Islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Menambah keimanan bahwa alam semesta beserta isinya merupakan anugerah yang harus disyukuri.
Pemasukan negara tidak diambil dari sektor pariwisata. Sumber pemasukan negara beragam yaitu dari harta fai, kharaj, ghanimah, jizyah juga dari harta kepemilikan umum seperti hasil tambang.
Negara berkewajiban untuk melindungi rakyatnya dari bencana. Penguasa di dalam Islam adalah pengurus bagi rakyatnya. Sebagaimana sabda rasulullah shallallahu alaihi wasallam,”Setiap kalian adalah pemimpin,dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya”(HR. Bukhari).
Tata kelola yang baik maka akan berdampak baik pula bagi masyarakat. Bencana bisa dihindari, rakyat pun hidup dengan aman dan damai. Kepemimpinan yang amanah dengan menerapkan sistem Islam secara Kaffah akan membawa kemaslahatan bagi umat.
Wallahualam bishawab