| 92 Views

#KaburAjaDulu, Akibat Kesenjangan Dunia yang Mengancam Generasi

Oleh : Siti Zulaikha, S.Pd
Aktivis Muslimah dan Pegiat Literasi

#KaburAjaDulu belakangan ramai diserukan warganet melalui media sosial termasuk di media X (Twitter). Tagar itu berkaitan dengan pencarian kesempatan studi atau bekerja di luar negeri untuk kabur dari Indonesia lewat #KaburAjaDulu. Berbagi informasi seputar lowongan kerja beasiswa les bahasa, serta pengalaman berkarir dan kisah hidup di luar negeri. kompas.com, 5/2/2025

Meski terlihat sederhana, menguatnya tagar ini menjadi indikasi bahwa kenyataannya banyak masyarakat Indonesia yang sungguh-sungguh berniat meninggalkan negara kelahirannya untuk mendapatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik. Dalam tren #KaburAjaDulu ini, banyak warganet merekomendasikan sejumlah negara seperti Jerman, Jepang, Amerika, hingga Australia sebagai negara yang tepat untuk pindah.

Masifnya penggunaan tren #KaburAjaDulu juga menjadi sinyal kekecewaan masyarakat yang begitu besar terhadap pemerintah Indonesia. Netizen di platform X menilai aspek seperti pendidikan yang layak, kesempatan kerja, dan jaminan kualitas hidup belum mampu dipenuhi oleh pemerintah, terutama jika dibandingkan dengan negara lain. Mungkin itu terlihat hanya tagar biasa, tapi warganet memiliki keinginan meninggalkan tanah air demi kehidupan yang lebih sejahtera. starbanjar.com, 11/2/2025

Munculnya fenomena ini tentu tidak lepas dari pengaruh digitalisasi, terutama sosial media yang menggambarkan tentang kehidupan negara lain lebih menjanjikan. Kualitas pendidikan yang rendah di dalam negeri, bertemu dengan banyaknya tawaran beasiswa ke luar negeri di negara maju semakin memberikan peluang untuk kabur. Ditambah lagi sulitnya mencari kerja yang bertemu dengan banyaknya tawaran kerja di luar negeri, baik pekerja terampil maupun kasar dengan gaji yang lebih tinggi di negara maju juga semakin membenarkan pihak untuk kabur.

Kemunculan #KaburAjaDulu ini juga tak lepas dengan fenomena brain drain yang telah lama terjadi.  Brain drain atau human capital flight adalah fenomena ketika orang pintar dan berbakat memilih untuk bekerja di luar negeri. Brain drain seringkali terjadi di negara-negara berkembang, fenomena brain drain sering kali menjadi isu krusial dalam konteks globalisasi atau liberalisasi ekonomi. Pasalnya, arus brain drain yang semakin menguat membuat kesenjangan antara negara maju dan berkembang semakin lebar, menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan.

Kondisi tersebut sejatinya menggambarkan kegagalan kebijakan politik ekonomi dalam negeri dalam menjamin kehidupan sejahtera. Kegagalan ini tidak lepas dari sistem yang digunakan penguasa untuk mengatur negara. Jika dipikirkan secara mendalam, kepemimpinan penguasa saat ini sangat nampak bercorak kapitalis, mereka membuat hingga melegalkan banyak kebijakan yang pro terhadap para Kapitan, contohnya pendidikan.

Dalam sistem kapitalisme, pendidikan menjadi sektor yang legal untuk liberalisasi, akhirnya pendidikan menjadi barang yang sah dikomersialkan oleh swasta dan yang bisa mengaksesnya hanya orang-orang yang memiliki harta. Selanjutnya, masalah lapangan pekerjaan. Dalam sistem kapitalisme, perusahaan atau industri menjadi pihak yang menyediakan lapangan pekerjaan. Mereka tentu saja menggunakan prinsip untung rugi.

Karena itu, para pekerja dipandang sebagai faktor produksi yang sewaktu-waktu bisa terkena efisiensi. Akhirnya, para pekerja tidak mendapatkan jaminan gaji layak dan pekerjaan yang tetap. Para pekerja dihantui PH masal, gaji rendah dan masalah pekerja lainnya. Alhasil, kesenjangan ekonomi tidak saja terjadi di dalam negeri namun juga di tingkat dunia, antara negara berkembang dan negara maju.

Masalah ini sebenarnya bisa diselesaikan oleh Islam. Pasalnya Islam memiliki syariat yang mewajibkan negara membangun kesejahteraan rakyat dan memenuhi kebutuhan asasi setiap warga negara individu per individu. Kewajiban ini bersarkan tuntutan hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

"Imam (halifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR. Al-Bukhari) 

Imam Al Baghawi dalam syarah as-sunnah juz 10 halaman 61 mengatakan makna "Raa'in" dalam hadis ini yakni pemelihara yang dipercaya atas apa yang ada pada dirinya. Ar-ri'āyah adalah memelihara sesuatu dan baiknya pengurusan. Diantara bentuknya adalah pemeliharaan atas urusan-urusan rakyat dan perlindungan atas mereka. Karena itu, daulah khilafah adalah pihak yang bertanggungjawab menyediakan lapangan pekerjaan, apalagi ada syariat bagi setiap laki-laki baliq wajib mencari nafkah.

Tentu saja kewajiban ini perlu dukungan dari negara dalam bentuk lapangan pekerjaan. Adapun kesempatan bekerja di dalam Daulah khilafah terbuka sangat luas. Semisal dari sektor ekonomi real saja ada bidang pertanian, perdagangan, industri dan jasa. Belum lagi pengelolaan sumber daya alam secara syar'i oleh Daulah pasti membutuhkan tenaga ahli dan terampil dalam jumlah yang banyak.

Daulah Khilafah juga bisa menerapkan syariat tanah iqtha', ihyaul mawar dan sejenisnya. Adanya jaminan lapangan pekerjaan bagi warga negara Khilafah membuat mereka tidak harus kabur ke negara lain hanya untuk mendapatkan kesempatan bekerja lebih baik.

Selain itu, strategi pendidikan Daulah Khilafah juga menjamin warga negara mendapat pendidikan yang layak dan berkualitas. Pasalnya, pendidikan dalam Islam dipandang sebagai kebutuhan dasar publik yang wajib diberikan oleh negara secara mutlak. Pendidikan harus diberikan secara gratis tanpa mengurangi kualitasnya.

Tujuan pendidikan Islam adalah mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam di mana pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) mereka berdasarkan Islam. Mereka juga dicetak menjadi orang-orang berilmu yang memiliki sense peka terhadap problematika utama umat (al-qadhiyah al-mashiriyah). Sehingga orang pintar dan berbakat dalam Daulah Khilafah menjadi Garda terdepan yang siap membangun negara dan negara juga peduli dan menjamin kehidupan mereka sebagai warga negara.

Demikianlah solusi syar'i atas kemunculan #kabur aja dulu yang berkaitan dengan fenomena brain drain. Tegaknya Khilafah akan menjadi rahmat bagi seluruh alam dan mewujudkan dunia yang adil dan sejahtera.

Wallahualam bissawab


Share this article via

37 Shares

0 Comment