| 65 Views

Zionis Semakin Arogan, Lebanon Jadi Sasaran

Oleh : Sri Setyowati
Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam

Dalam setahun terakhir, penindasan rezim Tel Aviv di wilayah Palestina terus menerus meningkat. Di Gaza, Zionis masih terus melontarkan serangan besar-besaran dengan dalih membasmi kelompok Hamas, namun dengan jumlah korban jiwa sipil yang besar mencapai lebih dari 40 ribu jiwa.

Di sisi lain, Zionis juga saat ini sedang mengintensifkan serangannya ke wilayah Lebanon untuk melumpuhkan salah satu proksi Iran terkuat di negara itu yang juga sekutu Hamas, Hizbullah. Dalam beberapa pekan terakhir, entitas Yahudi itu telah meluncurkan beberapa rangkaian serangan, mulai dari serangan yang melibatkan peralatan seperti pager hingga senjata berat seperti roket.

Sejumlah negara di dunia telah meminta agar Zionis melancarkan gencatan senjata, baik di Gaza maupun di Lebanon. Negara-negara tersebut bahkan melibatkan sejumlah sekutu utama Tel Aviv seperti Amerika Serikat (AS). Namun Netanyahu dan sejumlah kabinetnya masih mengurungkan niat untuk menghentikan serangan. Mereka terus berkomitmen untuk mengalahkan Hamas dan Hizbullah sampai milisi-milisi tersebut kalah. (cnbcindonesia.com, 28/09/2024)

Serangan Zionis semakin masif dan merajalela karena diamnya negara-negara di dunia termasuk negeri muslim, sehingga arogansi Zionis semakin kuat.

Banyak aksi dan protes dari berbagai negara untuk menghentikan genosida, peperangan dan kebrutalan Zionis, tetapi tidak pernah didengar. Sedangkan para pemimpin dunia hanya memberikan kecaman-kecaman tanpa tindakan nyata. Padahal mereka mempunyai kekuatan tentara dan senjata yang bisa digunakan untuk mengusir penjajah Zionis. Tetapi kekuasaan dan kepentingan politik pragmatis mereka lebih penting dibandingkan nyawa saudara seimannya. Tentara dan senjata hanya menjadi pajangan negara mereka tanpa mempunyai fungsi yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan ketidak seriusan dalam menyelesaikan masalah Palestina.

Sedangkan sikap mayoritas negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendukung two-state solution atau solusi dua negara. Solusi tersebut dianggap paling praktis untuk menyelesaikan masalah Palestina dan entitas Yahudi  dengan membagi tanah Palestina menjadi dua negara. Tentu saja solusi dua negara tersebut tidak bisa diterima karena sama saja dengan mengakui penjajahan dan kezaliman serta menyalahi tuntunan syariat.

Kita tidak bisa berharap pada negeri-negeri muslim atau milisi-milisi yang ada untuk mendapatkan solusi atas penjajahan Palestina. Adanya sekat-sekat nasionalisme menyebabkan persaudaraan muslim tidak bisa terwujud. Apa yang dialami saudara sesama muslim yang ada di Palestina hanya akan menjadi urusan muslim Palestina, sedangkan  muslim dunia lain hanya menjadi penonton. Padahal sesungguhnya muslim Palestina membutuhkan pasukan dari negeri-negeri muslim untuk melawan penjajah Zionis.

Satu-satunya harapan adalah pada kepemimpinan seorang Khalifah yang berperan sebagai junnah yang akan menyelamatkan muslim tertindas dan terjajah. Karena itu tegaknya Khilafah harus diperjuangkan dengan serius oleh semua muslim dengan membangun kesadaran bahwa masalah Palestina adalah eksistensi entitas Yahudi yang hanya dapat dilawan dengan tegaknya Khilafah. Khalifah dengan sistem negaranya yaitu Khilafah akan menyatukan seluruh umat Islam dunia dengan landasan akidah Islam. Khilafah akan memobilisasi seluruh potensi umat Islam, termasuk tentaranya untuk membangun kekuatan global. Dengan itulah khilafah akan mampu mengalahkan entitas Zionis beserta sekutunya. Bukan hanya Palestina, pasukan Khilafah akan membebaskan muslim yang tertindas lainnya seperti Uighur, Rohingya dan lainnya. 

Dan saat ini, menjadi tanggung jawab umat Islam untuk terus meningkatkan kesadaran politiknya guna meraih kembali kejayaan Islam dalam naungan Khilafah.

Wallahu a'lam bi ash-shawab


Share this article via

103 Shares

0 Comment