| 72 Views

Toleransi Kebablasan Jelang Nataru

Oleh : Susi Ummu Humay

Walikota Surabaya, Eri Cahyadi memeriksa persiapan penyambutan perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 dengan memperketat pengamanan tempat ibadah dan menjaga kerukunan umat beragama. 

Pada hari Jum'at (13/12), Eri mengatakan bahwa pemerintah kota (Pemkot) telah bekerjasama dengan seluruh Gereja di Surabaya untuk memastikan pengamanan secara optimal. Hal ini dilakukan agar terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan selama perayaan Natal. 

Pemkot Surabaya juga telah berkoordinasi dengan berbagai organisasi masyarakat (ormas) dan kepolisian untuk menjaga agar suasana tetap kondusif selama perayaan Nataru. 

Terkait insiden beberapa waktu lalu, ketika seorang wanita bercadar memasuki salah satu gereja di Surabaya, Eri menyerukan semua tempat ibadah baik gereja maupun masjid untuk meningkatkan kewaspadaan dengan memperketat pengamanan. 

Eri menghimbau masyarakat bersikap toleran dan menjaga kerukunan. Ia pun berharap semangat toleransi di Surabaya bisa menjadi teladan di kota-kota lainnya di Indonesia. (13/12/2024) JawaPos.com.

Imbauan pejabat akan toleransi dalam menyambut Nataru jelas tidak sesuai dengan ajaran Islam. Para pejabat seperti tidak memahami tugasnya dalam urusan rakyat termasuk menjaga akidah umat. 

Selain itu, toleransi saat ini mencampur adukkan ajaran Islam dengan Nasrani, serta budaya dan tradisi apa pun yang menyertainya. Hal ini tidak patut ditiru oleh umat Islam karena aktivitas tersebut menyerupai umat selain Islam. 

Menjadi sebuah tradisi ketika menjelang Nataru, sering kita jumpai berbagai aktivitas. Salah satunya pegawai di mall, Hotel dan lain-lain memakai atribut Natal untuk menunjukkan sikap toleransi. Hal ini seakan-akan memaksa mayoritas penduduk muslim harus menghormati penduduk minoritas non muslim.

Dengan dalih HAM maka dijadikannya pijakan dan gencarnya kampanye moderasi beragama, membuat umat semakin jauh pemahamannya dari islam kaffah. 

Hal ini buah dari penerapan sistem Sekuler Demokrasi Kapitalisme. Dimana landasannya berkonsep dengan pemisahan agama dari kehidupan.

Negara abai dalam menjaga akidah umat, maka umat sendirilah yang harus waspada dan menjaga diri agar tetap dalam ketaatan kepada Allah Swt. Terutama pada akhir tahun ini, karena kecenderungan masyarakat semakin longgar, oleh karena itu umat membutuhkan adanya reminder. 

Islam mempunyai definisi yang jelas mengenai pelanggaran hukum Syara, yaitu segala sesuatu yang bertentangan dengan ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Contoh nya mengucapkan selamat hari raya Natal, memakai atribut Natal, ataupun ikut merayakan tahun baru Masehi, yang sudah jelas bahwa Islam memiliki tahun sendiri yaitu Hijriyah. 

Islam juga mempunyai konsep yang jelas dalam berinteraksi dengan agama lain. Toleransi diatur dan diajarkan ketika pertama kali Islam datang. Apabila Islam diterapkan secara kaffah maka prinsip toleransi dalam Islam terbukti menjaga keharmonisan hidup dalam bermasyarakat.

Allah Swt. berfirman, 
“Katakanlah, ‘Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untuk lah, agamaku.'” (QS Al-Kafirun [109]: 1—6).

Dalam Islam pejabat dan Penguasa selalu memberikan nasihat tentang takwa, ini bertujuan agar umat senantiasa dalam keadaan beriman. Sehingga umat tetap terikat dengan aturan Islam dan terhindar dari potensi membahayakan akidah umat sebagaimana momen Nataru.

Dalam sistem Islam, negara mempunyai Departemen Penerangan yang menjelaskan tentang tuntunan Islam dalam menyikapi hari besar agama lain. Penerangan ini berfungsi untuk syiar dan dakwah Islam dari negara kepada rakyatnya dengan tujuan menguatkan akidah mereka. 

Negara juga memiliki Qadi hisbah, bertugas mengatur interaksi umat Islam dengan non muslim supaya tetap sesuai dengan syariat Islam. Salah satunya menjelaskan aturan Islam dalam menyikapi nataru. 

Sangat jelas bahwa Islam mengatur tentang toleransi tanpa mencampur adukkan dengan agama lain. Maka solusi dari permasalahan toleransi ini adalah dengan menerapkan aturan Islam secara kaffah oleh suatu negara. 

Wallahu a'lam bish-shawab.


Share this article via

119 Shares

0 Comment