| 169 Views
Standar Hidup Susah dalam Sistem Rusak

Oleh : Mulyaningsih
Pemerhati Masalah Anak & Keluarga
Lagi dan lagi, selalu saja persoalan kemiskinan menghantui seluruh masyarakat di negeri ini. Apalagi saat ini seluruh kebutuhan dapur mulai merangkak naik. Entah karena momen akhir tahun sekaligus perayaan hari besar nonmuslim.
Di sisi lain, ternyata pemerintah telah menetapkan standar hidup layak pada 2024 sebesar Rp1.002.000,- per bulan. Angka tersebut tentunya tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, makanan, atau pendidikan. Meskipun dari data BPS pertumbuhan ekonomi menggembirakan. (cnnindonesia.com, 28/11/2024).
Kaum buruh mengkritik atas angka tersebut. Mereka menyebut angka tersebut adalah ilusi statistik yang tidak sinkron dengan fakta atau realitas. Serikat buruh menilai, standar di atas memperlihatkan kegagalan pemerintah dalam memahami kebutuhan dasar rakyat (kompas.com, 30/11/2024).
Jika kita lihat secara sederhana saja, angka yang tertera di atas tentunya bukan merupakan capaian sejahtera. Bayangkan saja, untuk memenuhi kebutuhan makan selama satu bulan saja tidak mencukupi. Apalagi ditambah untuk menyewa rumah, biaya pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Tentulah angka tersebut jauh dari cukup. Inilah rancunya nilai-nilai yang diciptakan pada sistem sekarang. Kapitalis hanya memandang angka rata-rata menjadi standar sebuah kelayakan hidup manusia. Padahal rata-rata itu tidak menggambarkan secara ril kehidupan drai masyarakat. Hanya dengan beberapa orang yang kaya kemudian dijumlahkan dengan yang kurang mampu, lantas nilai itulah yang kemudian dijadikan patokan sejahtera. Nah, ini merupakan penyesatan yang luar biasa. Karena si miskin tadi bisa terangkat dengan orang milyader tadi. Secara rilnya padahal mereka belum tentu bisa makan tiga kali sehari. Belum lagi untuk biaya lainnya, tentulah tak terpenuhi. Makanya standar rata-rata merupakan sesuatu yang tidak menjamin kelayakan manusia.
Tentu hal tersebut akan berbeda ketika Islam ditetapkan dalam kehidupan. Tak hanya mengatur persoalan ibadah, Islam juga mempunyai aturan lengkap untuk mengurusi manusia selama hidup di dunia. Pemimpin yang ada akan menjalankan syariat Islam secara sempurna dan menyeluruh. Benar-benar menjalankan amanahnya dengan baik, bermodalkan akidah yang kokoh. Pemimpin yang ada akan menjadi pengayom dan pengurus umat. Artinya mengurusi seluruh persoalan umat ketika hidup di dunia. Termasuk juga mengenai pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Islam mempunyai pandangan khusus terhadap kebutuhan dasar. Yang termasuk kebutuhan dasar yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, serta keamanan. Nah, kesemuanya wajib dilihat dan dicermati oleh pemimpin kaum muslim. Apakah sudah terpenuhi atau belum?
Kemudian berbicara terkait dengan standar kelayakan maka Islam melihatnya pada person to person manusia. Dan memang harus dipastikan tidak pada data saja. Termasuk pula tak menggunakan standar rata-rata yang absurd.
Masih ingat dipikiran kita ketika Khalifah Umar bin Khattab yang setiap malam berkeliling kampung guna memastikan setiap keluarga sudah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Bahkan beliau menggendong sendiri gandum serta memasaknya untuk satu keluarga yang tidak mampu. Subhanallah, pemimpin yang luar biasa dan patutnya menjadi contoh teladan. Karena amanah nantinya dimintai pertanggungjawaban di yaumil akhir kelak. Apalagi sebagai pemimpin, hisabnya akan lebih besar.
Alhasil, hanya dengan Islam masyarakat dapat sejahtera. Dapat terpenuhi seluruh kebutuhan dasar hidup manusia. Bahkan keberkahan akan datang dari dalam bumi dan turun dari langit. Tak hanya itu, Rida Allah pun akan datang pada kita.
Wallahu a'lam bisshawab.