| 70 Views

Sistem Media Sekuler Liberal Kapitalisme Menghasilkan Dampak Buruk, Maraknya Lonely in The Crowd Dalam Masyarakat

Oleh : Kiki Puspita

Perasaan terhubung di sosial media tidak  berarti menghilangkan perasaan sepi. Global Digital Reports dari Data Reportal bahkan melaporkan ada 5,25 miliar orang yang aktif di media sosial. Linimasa yang dipenuhi video hiburan dan kisah personal masih membuat banyak pengguna merasa tersinggung dari dunia nyata.

Fenomena ini menarik perhatian mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Mereka kemudian melakukan riset berjudul ''Loneliness in the Crowd: Eksplorasi Literasi Media Digital pada Fenomena Kesepian di TikTok melalui Konfigurasi Kajian Hiperrealitas Audiovisual''.

Dari riset ini di temukan bahwa keterkaitan antara penggunaan media sosial yang berlebihan dengan sasaran kesepian, insecure, bahkan masalah kesehatan mental, ''jelas Fifin dalam laman UMY dikutip Minggu (14/9/2025). Media Sosial memengaruhi Kesehatan Mental dan hubungan sosial Fifin menjelaskan,  jika konten di media sosial merupakan hasil rekayasa. Namun, tak sedikit orang tetap mengkonsumsi dan bahkan membenarkan narasi tersebut.

"Menurut teori hiperrealitas, representasi Digital kerap dianggap lebih 'nyata' daripada realitas itu sendiri, sehingga emosi yang di bentuk media dapat memengaruhi kesehatan mental dan hubungan sosial seseorang, ''ungkap Fifin. (Di kutip dari detik.com).

Sungguh harus kita sadari bersama, masyarakat di era digital saat ini yang banyak merasakan kesepian di tengah hiruk- pikuk bersedia sosial merupakan kegagalan dari sistem Kapitalisme saat ini, yang tidak di atur berdasarkan syariat Allah Swt.

Media massa  dalam Kapitalisme telah membuat arus sosial media yang berdampak buruk, diantaranya sikap asosiasi. Masyarakat sulit bergaul di dunia nyata. Bahkan, di tengah keluarga sendiri pola hubungan di antara anggota keluarga mala terasa jauh, seperti orang asing.

Sikap asosiasi dan perasaan kesepian akan berdampak buruk dan sangat merugikan umat. Terlebih bagi generasi muda yang sebenernya punya potensi besar untuk menghasilkan karya-karya produktif, akan menjadi generasi lemah yang tak berdaya. Kepedulian terhadap persoalan umat juga tak akan mampu di selesaikan oleh masyarakat yang terjebak dalam keadaan kesepian akan dirinya.

Harusnya kita menyadari,  bahwa pengaruh media sosial yang tidak dikelola dengan bijak akan menjadikan banyak orang makin asosial dan merasa kesepian di tengah keramaian. Fenomena ini akan merugikan umat. Masyarakat harus menjadikan Islam sebagai identitas utama, sehingga tidak terus menerus menjadi korban sistem sekuler liberal.

Disaat inilah harus ada Peran negara dengan sistem Islam. Negara dengan sistem Islam akan mengendalikan pemanfaatan dunia digital dan mendorong masyarakat khususnya generasi muda agar tetap produktif dan berkontribusi dalam menyelesaikan problematika umat.

Dalam Islam, media sosial dapat bermanfaat dalam banyak hal selama dalam koridor yang dibenarkan syariat Isam. Apa pun teknologinya, jika paradigma Islam yang dipakai, akan memberi dampak positif dan kemaslahatan bagi umat manusia.

Negara akan memberikan dukungan, baik dalam bidang pendidikan dan finansial demi tercapainya kemaslahatan bagi umat manusia. Negara akan mendorong cendekiawan muslim menciptakan teknologi atau platform media sosial yang mengedukasi bagi seluruh lapisan masyarakat. Negara tidak akan membiarkan konten porno atau nirfaedah bertebaran di media sosial.

Negara juga akan menindak dengan tegas siapa saja yang memproduksi dan mendistribusi konten berbau kemaksiatan yang berpotensi memberi kerusakan pada pendidikan generasi. Kehadiran media sosial adalah semata-mata untuk menyebarkan dakwah amar makruf nahi mungkar serta menebar kebaikan untuk seluruh umat manusia. Jika dahulu dakwah Islam tersebar dengan melewati berbagai wilayah dan menjelajahi bumi yang luas, kini dakwah Islam bisa tersebar luas melalui media sosial.

Waaulohu a'lam bi ash- shawaab.


Share this article via

35 Shares

0 Comment