| 297 Views

Sekulerisme Kapitalisme Mengakibatkan Matinya Naluri Ibu

Oleh : Nurma
Mahasiswa UM Buton

Nasib pilu dialami seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Dia dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandungnya yang juga seorang PNS berinisial E. (KumparanNews, 01/09/2024)

Kehadirannya dan kelahirannya yang dinanti serta disambut gembira, namun setelah besar malah diantar untuk dirudapaksa. Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian yang luar biasa.

Peristiwa menyayat hati ini terungkap setelah korban menceritakannya kepada ayah kandungnya. Peristiwa itu sudah terjadi berulang kali sejak Februari hingga Juni 2024. Pelaku J mengaku telah melakukannya sebanyak lima kali.

Ibu kandung korban yang merupakan selingkuh J, dijerat dengan Pasal 2 Ayat (1), (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. Sementara itu, pelaku J dijerat dengan Pasal 81 ayat (3) (2) (1), 82 ayat (2) (1) UU RI Nomor 17 Tahun 2016 perubahan atas UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.

Matinya Naluri Keibuan

Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Faktanya peribahasa tersebut sangat tidak berlaku untuk E yang dengan begitu tega menyerahkan anaknya untuk diperkosa. Alih-alih melindungi, malah mengotori diri dengan menjerumuskan anak sendiri. Bisa dibayangkan sedalam apa trauma yang sang anak rasakan akibat aksi keji tersebut.

Secara fitrah dan logika, seorang ibu jelas akan menjaga dan melindungi anaknya dari kejahatan dunia. Akan tetapi yang dilakukan E kepada anaknya justru terbalik dan menyalahi fitrahnya sebagai seorang ibu. Lantas mengapa ini bisa terjadi?
1. Iman yang lemah telah merusak akal dan nalar manusia. Tidak dapat di pungkiri, keimanan yang lemah mampu mendorong seseorang berbuat keji dan asusila yang menyalahi akal sehat.
2. Penerapan sistem sekuler kapitalisme berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Ini adalah bukti nyata betapa bobroknya moral akibat kehidupan sekuler sudah sangat parah. Sistem sekuler kapitalisme yang berasaskan kebebasan menjamin berperilaku yang mengarahkan seseorang berbuat sesuka hatinya. Manusia diberi kebebasan berperilaku dan berekspresi sesuai keinginannya selama tidak mengganggu hak/privasi orang lain.
3. Sistem pendidikan berbasis sekularisme tidak akan membawa kebaikan. Oknum pegawai negara yang notabene juga pendidik malah berbuat asusila. Jika dicerna dan didalami lagi oknum ibu dan kepsek yang menjadi tersangka merupakan produk pendidikan sekuler yang sudah mengakar dalam sistem pendidikan hari ini.
4. Sistem sanksi bagi pelaku asusila dan zina yang ada dan diberlakukan hari ini tidak mampu memberi efek jera.

Sehingga penyebab pertama dan utama dari matinya fitrah dan naluri ibu adalah penerapan sistem sekuler kapitalisme.

Bagaimana Islam memosisikan peran ibu? dan bagaimana negara melakukan pencegahan atas setiap perbuatan maksiat?

Ibu memiliki peran yang sangat mulia dan utama. Ibu merupakan madrasah pertama atau sekolah pertama bagi anak-anaknya. Darinya, terlahir generasi berkualitas. Seorang ibu wajib mendidik anaknya dengan menanamkan akidah Islam yang kuat dan melakukan pembiasaan kepada mereka untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, semua ibu dan calon ibu wajib membekali diri mereka dengan pemahaman Islam yang benar. Dengan ini, Islam memberikan perhatian besar bagi keberlangsungan generasi, dalam hal ini negara sebagai penjaga dan pelindung rakyat harus memiliki daya dan upaya untuk melakukan penerapan sistem yang benar-benar membentuk ketakwaan komunal, di antaranya:
1. Negara tidak akan membebani para ibu dengan permasalahan ekonomi. Negara akan menjamin pemenuhan kebutuhan dasar dengan memudahkan para ayah dalam mencari nafkah, seperti membuka lapangan pekerjaan atau memberikan bantuan modal usaha. Negara akan memprioritaskan perekrutan pekerja laki-laki dibandingkan perempuan.
2. Penerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang akan membentuk generasi berkepribadian Islam. Seluruh perangkat pendidikan, mulai dari kurikulum, buku ajar, sistem pengajaran, dan sebagainya harus berasas akidah Islam. Negara juga akan menyediakan dan membentuk tenaga guru profesional yang saleh/salihah.
3. Penerapan sistem pergaulan Islam akan mencegah masyarakat bergaul tanpa batas. Larangan pacaran, berzina, dan berkhalwat, kewajiban memisahkan kehidupan laki-laki dan perempuan, dan kebolehan berinteraksi dengan lawan jenis hanya dalam perkara-perkara yang disyariatkan saja, seperti silaturahmi kepada kerabat, berjual beli, kesehatan, pendidikan, dan lainnya. Dengan pengaturan ini, pergaulan mereka akan terjaga dan kondusif.
4. Penyaring dan mencegah berbagai informasi yang tidak mendukung dalam mencetak generasi berkualitas, seperti konten porno, tayangan yang mengumbar maksiat, ataupun tontonan nirfaedah.
5. Negara mendidik dan mengedukasi masyarakat agar senantiasa berbuat sesuai syariat Islam, tidak terlena dengan kenikmatan dunia, beramal untuk bekal akhirat, dan beramar makruf nahi mungkar terhadap kemaksiatan. Hal ini bisa dilakukan dengan menciptakan suasana iman dan ibadah di masyarakat dengan penerapan sistem sosial dan pergaulan berdasarkan syariat Islam.
6. Penindakan setiap pelanggaran syariat dengan penegakan sistem sanksi yang memberi efek jera bagi pelaku. Penegakan sanksi adalah bentuk perlindungan dan jaminan negara terhadap keselamatan rakyatnya, termasuk anak-anak. Negara tidak akan segan menegur bahkan menghukum orang tua yang berbuat zalim kepada anaknya. Sebaliknya, negara akan memberlakukan hukuman jika ada anak yang berbuat zalim pada orang tuanya. Di mata syariat, tidak ada praktik tebang pilih hukum.

Demikianlah kesempurnaan sistem Islam yang tampak dari sistem pendidikan untuk membentuk kepribadian islam, sistem sanksi dan juga sistem lain yang mampu menjaga setiap individu dalam kebailkan, ketaatan dan keberkahan Allah.

Wallahu A'lam Bishshawab


Share this article via

147 Shares

0 Comment