| 173 Views

Sekularisme Merusak Kepribadian Anak

Oleh : Ai Sari

Kasus pencabulan terhadap anak kembali terjadi, kali ini yang menjadi korban adalah siswi Sekolah Dasar (SD) berusia 13 tahun di Baubau Buton Sulawesi Tenggara. Kapolres Baubau, AKBP (Bungin Masokan Milayasayuk) masih belum mau mengungkapkan identitas para tersangka karena mayoritas anak dibawah umur alias masih berstatus pelajar. Dilansir dari CNNIndonesia.com. (23/06/2024). 

Kekerasan terhadap anak masih sering terjadi baik di lingkungan masyarakat, sekolah, bahkan keluarga, pelakunya beragam bisa orang dewasa, termasuk orangtua, guru, atau teman sebaya. Anak yang menjadi pelaku kekerasan sungguh dipengaruhi banyak hal, saat ini pendidikan anak oleh ibu sebagai Madrasah dirumah sebagian besar tidak berfungsi. .

Mirisnya saat ini para ibu justru didorong bekerja diluar rumah atas nama pemberdayaan perempuan, hal ini didukung oleh regulasi yang diterapkan pemerintah untuk memperdayakan perempuan dalam ekonomi. Disisi lain perekonomian yang tidak menentu hari ini memaksa para ibu untuk ikut membantu suami mencari nafkah, alhasil generasi kehilangan masa pendidikan didalam rumah oleh seorang ibu.

Sistem Kapitalisme menghasilkan pendidikan yang sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Porsi agama sangat sedikit bahkan cenderung hanya formalitas, tidak ada pembelajaran Islam dalam sebagai standar prilaku dan penentu benar dan salah yang ada hanya pelajaran terkait ibadah ritual.

Sungguh sistem pendidikan ini gagal melahirkan individu berakhlak mulia sebaliknya sistem ini justru menghasilkan generasi yang krisis jati diri, remaja jadi tidak mengenal siapa dirinya dan apa tujuan Allah menciptakannya didunia. Alhasil bukannya menjadikan syariat sebagai standar berperilaku remaja malah menjadikan kepuasan jasadiyah sebagai tujuan utama, bila dengan melakukan kekerasan seksual terhadap orang lain membuat puas maka akan dilakukannya. Naudzubillah. 

Selain dari lingkungan keluarga dan pendidikan sekularisme dibentuk dari lingkungan sekitar atau masyarakat. Masyarakat hari ini cenderung individualis mereka tidak peduli atas apa yang terjadi dengan sekitarnya. 

Solusi atas persoalan ini tidak lain hanya melalui penerapan syariat Islam secara Kaffah dalam sistem Islam. Sistem Islam sangat berbeda dengan sistem kapitalisme dari sejarahnya saja sepanjang sistem Islam diterapkan selama kurang lebih 1300 tahun lamanya sistem dalam Islam terbukti mampu melahirkan generasi unggul pemuda berkepribadian Islam berakhlak mulia dan beradab, semua ini tidak lepas dari bentuk negara yang taat dan tunduk pada aturan Allah SWT. 

Negara dalam sistem islam memberi dukungan bagi para keluarga dengan membuka lapangan pekerjaan yang luas dan gaji yang layak bagi para laki-laki pencari nafkah hingga semua ini akan memudahkan para ibu menjalankan peran strategisnya dirumah, selain itu sistem dalam Islam hanya akan menerapkan sistem pendidikan Islam. 

Dalam sistem pendidikan Islam peserta didik akan dicetak untuk memiliki kepribadian Islam sehingga mereka akan selalu berusaha berpikir dan bersikap sesuai dengan standar islam.

Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam juga pernah memberi tahu bagaimana caranya mencegah kemungkaran.
Dari Abi Said al-Khudri Radhiallahu ‘anhu telah berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

“Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; maka bila ia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan kalau tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.”
(HR Muslim). 

Mereka tidak akan berani bermaksiat karena sebelum melakukan mereka sudah terbayang betapa mengerikannya hari pertanggung jawaban nanti, selain itu peserta didik juga akan diarahkan untuk mengisi waktunya dengan baik demi kemajuan peradaban Islam, mereka dididik menjadi ulama handal sekaligus menguasai sains dan teknologi sehingga tidak ada remaja yang waktunya sia-sia untuk melakukan aktivitas maksiat termasuk kekerasan.

Syariat Islam memiliki 3 pilar yakni adanya keimanan dan ketakwaan individu, Kontrol masyarakat dengan amat ma'ruf nahi Munkar dan penerapan aturan oleh negara. Pembentukan ketakwaan individu dimulai dari keluarga khususnya seorang ibu sebagai madrasatul ula bagi anak.

Ibu akan sangat memahami perannya sebagai pendidik generasi Al-Ummun Warabbatul Bayt atau ibu dan pengatur rumah tangga, karena itu mereka akan mengutamakan peran ini sebelum mengambil aktivitas lain yang dibolehkan syariat seperti bekerja, peran mendidik generasi difahami sebagai amal yang akan dipertanggung jawabkan kelak diakhirat,sehingga mereka akan belajar bagaimana mendidik anaknya hingga memiliki kepribadian Islam

Demikianlah negara dalam sistem Islam yang penuh tanggung jawab dalam membina generasi  agar memiliki kepribadian mulia bahkan menjadi salah satu pilar peradaban Islam. 

Wallahua'lam bishshwwab.


Share this article via

32 Shares

0 Comment