| 98 Views

Rusaknya Mental Generasi, Siapa Bertanggung Jawab?

Oleh : Mila Ummu Azzam

Masalah kesehatan mental yang dihadapi generasi kini makin mengkhawatirkan. Tentu hal ini harus menjadi perhatian, mengingat generasi merupakan penerus bangsa. Apalagi di zaman serba digital sekarang, remaja seakan tidak bisa lepas dari jeratan media sosial.    

Penggunaan digital dengan benar memang dapat memberikan manfaat, seperti terhubung dengan teman, mengeksplorasi minat, mengakses berbagai informasi dengan cepat, hingga menjadi sarana edukasi dan kreativitas. Namun, penggunaan media sosial secara berlebihan akan memberikan sejumlah resiko yang buruk bahkan fatal. Contohnya banyak diantara generasi yang terpengaruh dengan standar kecantikan yang tidak realistis, cyberbullying serta mempengaruhi kesehatan mental.

Tingginya angka kesehatan mental yang diderita remaja mencapai 15,5 juta orang atau setara 34,9 persen dari total jumlah remaja di Indonesia. Ini disampaikan oleh wakil Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga / Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka.

Ia mengatakan salah satu tantangan generasi muda saat ini adalah menghadapi isu kesehatan mental di kalangan remaja yang semakin kompleks. Data tersebut merupakan hasil survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey pada 2024. Merujuk pada data tersebut, Isyana mengatakan BKKBN telah lama mewadahi komunitas remaja melalui program Generasi Berencana (GenRe).

Di sisi lain, Hastuti Wulanningrum, Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, menjelaskan bahwa Remaja yang memiliki ketergantungan pada media sosial cenderung menutup diri dan terisolasi. Mereka sering merasa cemas dan kurang percaya diri, karena kepercayaan diri mereka ditentukan oleh standar media sosial. Bagaimana tidak, kebebasan saat mengakses internet ini sangat mudah didapat, bahkan 88,99 persen anak diatas 5 tahun sudah mengakses Internet untuk media sosial. Maka tidak heran jika karena kecanduan media sosial banyak remaja yang memiliki masalah kesehatan mental.

Selain itu, masih banyak penyebab lain dari  rusaknya mental generasi, yaitu pola asuh keluarga yang buruk dan tidak harmonis, kekurangan ekonomi, tekanan dari luar, masalah perundungan dan kekerasan seksual dan lainnya. Melihat hal itu, hampir di setiap sisi kehidupan memberikan tekanan kepada mental generasi sehingga mengalami gangguan.

Semua itu menunjukkan telah gagalnya negara dalam membina mental generasi. Karena buruknya mental generasi bukan hanya diakibatkan oleh faktor individu yang lemah tapi  juga akibat dari penerapan sistem yang salah. Jika dibiarkan terus menerus, tidak mungkin terwujud bonus demografi dan generasi emas 2045.

Sistem yang diterapkan oleh negara saat ini adalah sistem kapitalisme sekuler, dimana negara tidak terfokus pada pendidikan generasi. Pendidikannya hanya menghasilkan generasi yang menuhankan materi, sehingga remaja gagal dalam memahami penyelesaian yang benar atas semua masalah kehidupannya. Perilaku generasi semakin liberal dan penyakit mental pun tak terhindarkan.

Negara pun tak berperan dengan baik sebagaimana mestinya yang telah diperintahkan oleh Allah swt. Allah Swt berfirman :

"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." ( QS. An-nisa 58) 

Jadi seperti apa semestinya? Dalam Islam, pemimpin negara bertanggung jawab untuk melahirkan generasi yang cemerlang dan berkualitas melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam. Mulai dari membangun sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Sehingga generasi memiliki kepribadian Islam dan menjadikan Islam sebagai solusi bagi setiap persoalan.

Selain itu, negara wajib menyiapkan orang tua yang dibekali pemahaman islam untuk mendukung proses pembentukan generasi, karena keluarga memiliki peranan penting dalam membentuk mental yang kuat. Negara harusnya memberikan pekerjaan yang layak dengan upah yang memadai bagi setiap kepala keluarga. Dengan ekonomi yang cukup dan dapat memenuhi kebutuhan, orang tua akan memberikan pola asuh yang baik, memberikan perlindungan dan kasih sayang,  keamanan, kenyamanan, dan ketentraman.

Negara akan menjauhkan generasi dari pengaruh digital yang berlebihan yang akan merusak pemikiran dan bertentangan dengan Islam, yaitu pemikiran hedonis yang menyebabkan remaja blunder dengan persoalan hidupnya. Kebijakan yang ditetapkan adalah untuk melindungi generasi, mengawasi konten media massa dan media sosial, serta berbagai tayangan. Penerapan sistem Islam secara sempurna akan mewujudkan generasi cemerlang dan berkualitas. Bukan lagi mimpi menuju bonus demografi generasi emas 2045.
Wallahu'alam bishawab.


Share this article via

25 Shares

0 Comment