| 7 Views
Relokasi Warga Gaza Ke Indonesia, Rencana Problematik?

Oleh : Putri Ayu Wulandari
Aktivis Muslimah Kendari
Pernyataan empati terhadap warga Gaza yang terus digempur oleh Yahudi Israel datang dari Presiden Prabowo Subianto. Kali ini, Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa Indonesia siap menampung ribuan warga Gaza, Palestina yang menjadi korban kekejaman militer Israel. Bahkan Prabowo akan mengirim pesawat untuk menjemput mereka.
Prabowo menegaskan bahwa Indonesia sampai detik ini masih memiliki tanggung jawab moral dan politik untuk menyelesaikan masalah yang terjadi antara Israel dan Hamas di Gaza, Palestina, walaupun sampai saat ini belum kunjung menuai solusi. Hal ini diungkapkan Prabowo mengingat, Indonesia merupakan negara muslim terbesar di Indonesia dan dia juga merupakan negara nonblok yang bisa diterima oleh semua negara yang berseteru.
Hanya saja, kebijakan Prabowo untuk menampung anak-anak yang terluka, warga yang membutuhkan perawatan darurat, dan anak-anak yang mengalami trauma bersifat sementara. Mereka akan dikembalikan setelah kondisi Gaza telah kondusif. (Beritasatu.com, 09-04-2025).
Pernyataan tersebut justru bertolak belakang dengan seruan jihad yang disampaikan oleh banyak pihak belakangan ini sebagai upaya dalam membebaskan kaum muslim di Gaza, Palestina dari kekejaman Zionis Israel. Alih-alih memberi solusi, dengan mengevakuasi warga Gaza ke Indonesia justru akan menjadi peluang besar bagi Zionis untuk merampas dan menguasai tanah para nabi tersebut sebab dengan dievakuasinya warga Gaza sama halnya dengan mengosongkan tanah dari pemiliknya.
Kondisi ini membuat tidak ada lagi yang akan menjaga tanah kelahiran Gaza, Palestina. Lebih dari itu, proses evakuasi ini sama halnya dengan menyerahkan tanah Palestina ke tangan penjajah karena sejatinya Zionis Israellah yang seharusnya diusir dari tanah Palestina, bukan memaksa warga Gaza untuk meninggalkan tanah air mereka dengan dalih mengevakuasi. Selain itu, berlandaskan moralitas sesama manusia, hal ini juga sebagai dampak politik atas ketergantungan negara dangan negara lain sehingga Indonesia harus mengambil kebijakan untuk mengevakuasi warga Gaza, Palestina ke tanah air sebagai bentuk tekanan yang diberikan AS terhadap Indonesia mengenai kebijakan barunya yakni dengan menaikan tarif import ke beberapa negara termasuk Indonesia.
Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia yakni mencapai 87% dari total populasi penduduk yang ada sudah seharusnya Indonesia menjadi garda terdepan dalam menyambut seruan jihad untuk kebebasan warga Gaza, Palestina dari kekejaman Zionis Israel. Namun, realita hari ini sangatlah berbeda sebab nasionalisme mengekang persaudaraan seluruh kaum muslimin. Kaum muslimin dipecah belah menjadi tidak berdaya untuk menolong saudara di daerah lain yang tertindas, padahal seluruh kaum muslim adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Keberadaan kapitalisme dan nasionalisme juga justru menjunjung tinggi kedekatan penguasa muslim kepada para penopang Israel, seperti Amerika Serikat. Penguasa muslim tidak ragu untuk berjabat tangan hingga mengabaikan apa yang telah dilakukan Amerika Serikat terhadap saudara muslim di Gaza. Alhasil, penguasa muslim tidak lagi memperdulikan seruan jihad yang seharusnya menjadi kewajiban bagi pemimpin negari muslim. Hal ini jelas sebagai sebuah bentuk pengkhianatan seorang pemimpin terhadap negeri muslim lainnya, terutama kaum muslim yang sedang dijajah seperti di Gaza, Palestina.
Kaum muslim di seluruh belahan dunia akan terus sengsara jika negara-negara muslim masih terbelenggu dengan keberadaan kapitalisme dan nasionalisme. Mereka tidak akan mampu mengirimkan pasukan militer untuk membantu Gaza, Palestina mengusir Israel yang menjadi solusi tuntas masalah Gaza.
Sejatinya hal ini hanya akan terwujud dengan adanya pemimpin Islam yang mampu menggerakkan seluruh dunia untuk bersama melawan kezaliman dan penjajahan terhadap kaum muslim termasuk Gaza Palestina, selain itu pemimpin Islam akan mampu mensejahterakan seluruh umat manusia serta menjadi rahmat bagi seluruh alam. Olehnya itu, wajib bagi setiap muslim untuk memperjuangkan kembali tegaknya kehidupan islam dan memilih seorang pemimpin yang adil, amanah, dan senantiasa berada di jalur perjuangan Islam, sehingga seorang pemimpin mampu menggerakkan seluruh pasukan militer untuk berjihad dan mengembalikan kehidupan Islam yakni Khilafah.
Wallahu alam Bisshawab