| 129 Views
Putuskan Rantai Kemiskinan Dengan Sekolah Rakyat, Mungkinkah?

Oleh : Yeni Ummu Alvin
Aktivis Muslimah
Presiden RI Prabowo Subianto meluncurkan program sekolah rakyat sebagai salah satu upaya dalam memutus rantai kemiskinan yang telah berlangsung dalam beberapa generasi. Program tersebut menjadi langkah strategis untuk memberikan akses pendidikan berkualitas pada anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
Dalam forum yang digelar oleh Kementerian komunikasi dan digital, Sekertaris Jenderal Kementerian Sosial ( Kemensos),Robben Rico memaparkan data yang cukup mengejutkan, yaitu sebanyak 227.000 anak usia sekolah dasar SD di Indonesia belum pernah sekolah atau putus sekolah, angka ini melonjak pada jenjang Sekolah Menengah pertama SMP sebanyak 499.000 anak dan Sekolah Menengah atas SMA sebanyak 3,4 juta anak.
Miris melihat kondisi anak-anak yang ikut dalam sekolah rakyat, mereka tergolong dari anak-anak yang berasal dari keluarga yang belum beruntung, keluarga pra sejahtera dan keluarga yang belum terbawa dalam proses pembangunan, bahkan saking sulitnya hidup mereka sehingga mereka pun bingung bagaimana cara menggunakan toilet, karena beberapa keluarga mereka tidak memiliki toilet yang layak. Memang benar rendahnya taraf pendidikan dapat mempengaruhi kemajuan ekonomi, tapi dengan penerapan sistem ekonomi kapitalisme justru menjadikan kekayaan beredar pada segelintir orang.
Realita hari ini kemiskinan yang terjadi adalah kemiskinan struktural, sejatinya sekolah rakyat bukan solusi untuk dapat mengentaskan kemiskinan, masih banyak problem lain diantaranya masalah pengangguran, maraknya PHK di hari ini dan langkahnya lapangan pekerjaan, semua adalah akibat dari penerapan sistem kapitalisme yang memposisikan negara hanya sebagai regulator oligarki. Negara tidak menjadi pengurus rakyat baik dalam menyediakan layanan pendidikan dan menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Sekolah rakyat memang gratis, namun hal ini menunjukkan negara hanya mengurusi rakyat miskin yang tidak mampu sekolah, padahal hari ini masih banyak problem pada sekolah negeri baik terkait kualitas pendidikan, kurikulum sekolah maupun sarana dan prasarana yang belum memadai, kecukupan dan kualitas tenaga pendidik juga masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Sekolah rakyat hanyalah sekedar solusi tambal sulam yang tidak menyelesaikan persoalan masyarakat, bagaimana juga kebijakan populis sebelumnya seperti makan bergizi gratis (MBG) yang tidak menyentuh akar masalah yang sesungguhnya.
Pengentasan kemiskinan tidak bisa dilakukan hanya dengan membangun sekolah rakyat ataupun sekolah gratis, karena ketika telah selesai sekolah tetap saja akan berhadapan dengan masalah yang baru yaitu kesulitan mencari lapangan pekerjaan, ditambah lagi sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan di negeri ini yang menjadikan sumber daya alam dikuasai pemilik modal, akhirnya kekayaan pun berputar pada segelintir elit saja, solusi untuk menuntaskan kemiskinan hanyalah ilusi.
Berbeda jika Islam yang diterapkan, karena Islam menjadikan pendidikan dengan kualitas terbaik berada dalam tanggung jawab negara, pada setiap lapisan masyarakat, baik yang miskin ataupun kaya dan pada semua jenjang pendidikan dan dengan pembiayaan yang ditanggung penuh oleh negara. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah untuk mencetak generasi yang bertakwa dan berkontribusi untuk kebaikan umat. Pendidikan dalam Islam didukung oleh sistem ekonomi Islam yang berbasis keadilan dan pemerataan, politik ekonomi Islam menjamin terpenuhinya semua kebutuhan rakyatnya, termasuk juga menjamin terpenuhinya kebutuhan pendidikan, kesehatan dan keamanan tanpa ada diskriminasi/perbedaan.
Negara Islam juga menjamin kesejahteraan dan juga lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, ini dikarenakan negara dalam Islam adalah raa'in dan junnah. Maka untuk keluar dari kemiskinan dibutuhkan perubahan sistem yang mendasar yakni dengan mengganti sistem yang rusak saat ini dengan sistem yang berasal dari Sang Pencipta yaitu sistem Islam, hanya dengan penerapan syariat Islam secara Kaffah maka lembaga pendidikan akan menjadi lembaga yang membentuk peradaban, bukan hanya sekedar mengentaskan kemiskinan.
Wallahu a'lam bishowab.