| 29 Views

Program Barak Militer Solusi Pragmatis, Umat Butuh Solusi Sistemis

Oleh: Tri Sugiarti

Program barak militer gelombang pertama yang dicanangkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bagi siswa-siswi yang dianggap telah melakukan kenakalan telah terlaksana. Sebanyak 273 pelajar dipulangkan usai menjalani 18 hari pendidikan wajib militer atau program pendidikan karakter Gapura Panca Waluya di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi. Ratusan siswa itu dihadirkan saat Pemprov Jabar memperingati Hari Kebangkitan Nasional Ke-117 tahun 2025, di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (20/5). Gubernur Jabar Dedi Mulyadi mengatakan program ini selain membangun karakter bagi pelajar yang bermasalah, juga sebagai program untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa dan negara. "Jadi membangun hubungan negara dengan rakyat itu dengan rasa, bukan urusan administrasi kewilayahan. Banyak orang meragukan, akhirnya waktu yang menjawab," ucap Dedi, dalam rilis Humas Pemerintah Provinsi Jabar, yang diterima wartawan. (cnnindonesia.com, 21/05) 

Adapun harapan yang ingin dicapai dari program ini yaitu membangun karakter bagi pelajar yang nakal ini, belum dapat dipastikan tercapai atau tidak karena perubahan karakter dapat dilihat dari berubah atau tidaknya cara pandang yang menentukan perilaku siswi-siswi ini menjadi lebih baik dalam mengarungi kehidupannya atau hanya sesaat saja setelah barak militer diikuti? Pada faktanya pada saat ini memang mendapat apresiasi dan tanggapan positif dari beberapa siswa-siswi yang baru lulus barak militer dan orangtua siswa-siswi tersebut. 

Program barak militer ini seolah-olah menjadi angin segar bagi masyarakat untuk dijadikan pilihan yang cepat bagi anak-anaknya karena sudah frustasi dengan kegagalan institusi sekolah dalam mencetak para pelajar menjadi manusia yang memiliki karakter yang mulia. Alih-alih setelah mengenyam pendidikan menjadi orang yang bermanfaat justru menjadi biang masalah di masyarakat. Berbagai kenakalan remaja semakin hari semakin marak dan meresahkan di berbagai daerah di Indonesia. Kasus perundungan saat ini seperti mata rantai yang tidak pernah terputus. Hal ini dikarenakan telah marak terjadi di satuan pendidikan menengah hingga perguruan tinggi. Begitu pula pergaulan bebas yang kian mengkhawatirkan, bahkan kini sudah menyasar anak-anak usia prabalig, turut menambah problem soal pendidikan, judi online, pinjaman online, penyalahhgunaan obat-obatan pun menjadi gaya hidup para pelajar. 

Pemikiran penguasa dan masyarakat Indonesia yang pragmatis (ingin serba praktis) menjadikannya tak mampu melihat apa yang menjadi akar dari berbagai permasalahan yang menimpa. Kebijakan penguasa semestinya dapat menyelesaikan akar masalah, namun yang terjadi hanyalah tambal sulam yang penting ada tindakan dan hasil yang cepat. Semestinya, perlu ada pemikiran yang mendalam dan cemerlang untuk mengurai permasalahan pendidikan. Pada dasarnya pelajar bermasalah tidak terjadi seketika, melainkan hasil dari sebuah proses bertahun-tahun. Penyebabnya bukan faktor tunggal. Bisa dipengaruhi oleh keluarga, minimnya pemahaman agama, kondisi ekonomi, pergaulan, lingkungan, dan sekolah. Oleh karenanya, selama sumber penyebab tidak terselesaikan dengan baik, upaya membangun karakter pelajar selama 14 hari akan terus terhambat . 

Karakter dibangun lewat pemahaman dan kebiasaan sehari-hari terutama dalam keluarga. Beberapa kasus pelajar nakal disebabkan kedua orang tua sibuk bekerja sehingga anak terabaikan. Sistem pendidikan di sekolah juga berpengaruh. Fasilitas, para guru, kurikulumnya, harus menciptakan lingkungan sekolah agar menjadi rumah kedua bagi anak. Iman dan adab pelajar dibangun, minatnya terasah, dan kemampuan berpikir kritisnya terstimulasi. Peran sekolah bukan hanya meningkatkan prestasi dan menyiapkan pelajar agar siap di dunia kerja, melainkan tempat untuk menjaga dan merawat fitrah manusia. Karena itu, penanganan pelajar nakal harus terintegrasi pada semua aspek kehidupan. Jika pendekatannya parsial, apa pun programnya tidak akan berhasil, mubazir alias buang-buang biaya dan energi. 

Namun sayangnya masyarakat belum memahami bahwasanya permasalahan yang paling mendasar adalah pendidikan dan seluruh aspek kehidupan saat ini berasaskan sistem kapitalis-sekuler. Penerapan sekularisme di lingkup pendidikan yang meminggirkan Islam sebagai aturan kehidupan. Pembelajaran agama diberikan hanya sebatas pelajaran formal yang diajarkan di sekolah dengan jam minim. Agama (Islam) hanya digaungkan pada peringatan hari besar saja. Islam tidak lagi menjadi standar dalam pendidikan generasi muda. Masyarakat pun justru takut dan waspada terhadap ajaran Islam menyeluruh karena khawair dianggap fanatik atau radikal. Dalam sistem sekular hari ini, remaja tumbuh tanpa prinsip akidah yang kokoh, dilingkupi gaya hidup bebas tanpa batas atas nama HAM dan modernitas. Tidak heran jika mereka mencari jati diri dalam cara-cara yang destruktif. Kondisi masyarakat yang tidak memahami cara pandang Islam pun membuatnya mudah tertarik dengan kebijakan pengasa populis ala kapiitalisme sehingga semakin jauh dalam memahami akar masalah dan solusi tuntas nya. Pemimpin populis yang didukung oleh media masa dan modal dari para kapital menjadikannya mudah mempengaruhi perasaan dan menggiring kepercayaan masyarakat pada dirinya dan sistem. 

Masyarakat perlu dipahamkan dengan pemikiran Islam sebagai asas dan acuan pendidikan, para pelajar akan diajarkan untuk memahami petunjuk yang shohih berdasarkan wahyu Allah swt., seingga memiliki cara pandang yang jelas dan benar dalam kehidupan dan meyakini bahwa apa yang Allah swt perintahkan adalah petunjuk yang akan mengarahkan kepada kebaikan dan rahmat bagi kehidupan diri sendiri, keluarga, masyarakat, serta alam untuk mengantarkan kepada keridhoan Allah swt dan kemuliaan sebagai umat terbaik. 

Saat ini, berbagai regulasi untuk melindungi pelajar dari berbagai kejahatan sudah dibuat, tetapi kasus kenakalan pelajar terus meningkat. Ini menjadi bukti bahwa sistem sekuler sudah tidak layak dipertahankan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Jika negara ingin benar-benar hadir untuk menyelamatkan generasi, tinggalkan sistem sekuler dengan menerapkan sistem Islam kaffah sebagai satu-satunya solusi.


Share this article via

26 Shares

0 Comment