| 33 Views

Potensi Besar Gen Z dan Spirit Perlawanan untuk Perubahan Mendasar

Oleh : Karnili
Aktivis Dakwah Masyarakat

Dilansir dari Kompas.com, 5/9/2025, Belakangan ini marak fenomena aksi demonstrasi, unjuk rasa, hingga berbagai aspirasi yang ramai disampaikan masyarakat media sosial melalui IG, Facebook, YouTube, WhatsApp, dan Tik Tok. Ini merupakan cara generasi Z (Gen Z) menunjukkan respon dari pertahanan dalam tekanan berbagai permasalahan di tengah-tengah masyarakat. Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo M.Psi., menilai bahwa Gen Z memiliki pertahanan sendiri dalam menghadapi problematika yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Gen Z yang memiliki ciri sebagai generasi yang bergantung kepada teknologi menjadikan mekanisme mereka dalam menyampaikan aspirasi melalui media sosial, meme, poster kreatif, sindiran-sindiran, hingga narasi digital. Mereka meluapkan kemarahan dengan berbicara tanpa melakukan tindakan kekerasan, seperti merusak dan membakar fasilitas.

Fenomena meningkatnya jumlah anak di bawah umur yang ikut serta turun langsung dalam aksi demonstrasi, menurut Psikolog dari Universitas Indonesia, Profesor Rose Mini Agoes Salim, meskipun demo bisa menjadi ajang untuk belajar menyampaikan pendapat, akan tetapi remaja sangatlah rentan terprovokasi dikarenakan kontrol diri mereka belum cukup matang. Padahal Gen Z ini sangat kreatif dan lengket dengan gadget dan menginginkan kebebasan. Namun, Gen Z cenderung mudah emosional, mereka haus akan pengakuan. Inilah yang menjadi perbedaan mekanisme pertahanan Gen Z dengan generasi X, Y dan Baby Boomers. (Inforemaja.id)

Hari ini kita saksikan aksi demonstrasi di beberapa negara seperti Indonesia, Nepal, menyusul Prancis, Malaysia, dan Selandia Baru. Demonstrasi ini didominasi oleh para Gen Z, salah satu sosok Gen Z yang menggemparkan bernama Avishkar Raut (16) dari Nepal, di mana orasinya yang menggebu-gebu dan didengar banyak orang melalui media sosial, dia berbicara lantang mengenai kezaliman sistem. (Tempo.co, 14/9/2025)

Perlu diketahui, perbedaan mekanisme pertahanan Gen Z dengan generasi lain yaitu mekanisme alami yang muncul ketika menghadapi stres berat yang dikenal dengan istilah melawan (fight), menghindar (flight), menurut atau patuh (fawn), dan menghadapi (face). Dari keempat respon tersebut, karakter menghadapi (face) adalah karakter yang paling adaptif dan konstruktif, dan Gen Z secara psikologis sudah menggunakan mekanisme menghadapi (face). Individu Gen Z mampu melindungi diri mereka sendiri, dapat mengurangi risiko, dan menyampaikan keinginan atau pendapat tanpa harus menyakiti diri mereka sendiri maupun orang lain. Meskipun Gen Z terkenal lebih sering rebahan sambil scrolling, bukan berarti generasi Z jadi apatis, justru mereka lebih cepat dalam urusan menyebarkan informasi dan mencari solusi. Salah satu contohnya ketika ada seorang pedagang yang jualan di pinggir jalan dan sepi pembeli, Gen Z ini bisa langsung mengunggah foto si pedagang di media sosial dan akhirnya para netizen ramai-ramai berbondong melarisi dagangannya atau bahkan menggalang donasi.

Sayangnya, dari pengklasifikasian karakteristik generasi Z menurut ilmu psikologi ini diarahkan sesuai mindset sistem demokrasi kapitalisme dalam menghilangkan kesadaran politik dan lebih fokus pada pendekatan spesifik generasi Z (cara mempertahankan nilai dan identitas mereka sekaligus meminimalkan konflik yang lebih tinggi). Padahal karakteristik manusia sejak awal Allah SWT ciptakan, telah diberikan naluri baqa (mempertahankan diri) dalam menolak segala bentuk kezaliman dan membutuhkan solusi untuk menghilangkan kezaliman tersebut. Maka dari itu, Islam sebagai agama yang sempurna yang diturunkan oleh Allah SWT, memandang seharusnya fitrah manusia yang memiliki khasiatul-Insan (potensi hidup dan akal) mendapatkan pemenuhan dengan tuntunan syarak, bukan tuntunan psikologi. Islam juga mengatur bagaimana Muhasabah lil hukkam (mengoreksi penguasa) sebagaimana firman Allah ta'ala yang artinya,

"Serulah (mausia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan (Dia) pula yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk." (QS An- Nahl: 125) 

Begitupun keutamaan seseorang yang menentang kezaliman juga dinyatakan dalam sabda Rasulullah SAW:

"Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan (juga) seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkan nya (kepada kebaikan) dan melarangnya dari kemungkaran, kemudian penguasa itu membunuhnya." HR Al-Hakim dan Ath-Thabarani). 

Pada zaman Rasulullah, ada dua sosok anak muda pemberani yang gugur syahid setelah berhasil mengakhiri hidup salah satu musuh besar Islam, yaitu Abu Jahal (Amr ibn Hisyam) dalam perang Badar. Kedua sosok anak muda tersebut bernama Mu'adz bin Amr (13 tahun), anak dari Amr bin Al-Jamuh, seorang sahabat dari Bani Salamah. Dan satunya lagi bernama Mu'awwidz bin Afra' (14 tahun), anak dari seorang perempuan bernama Afra' binti Ubaid (ibu para syuhada). Kedua anak ini berasal dari Madinah. Sedangkan Abu Jahal adalah pemimpin kafir Quraisy yang dikenal sangat keras permusuhannya kepada Nabi SAW.

Tak kalah menakjubkan dan menginspirasi para generasi muda selanjutnya adalah sosok bernama Harun Ar Rasyid. Walaupun hidup di lingkungan yang megah tetapi tidak membuat beliau menjadi generasi mager atau rebahan. Di usia 15 tahun Harun Ar Rasyid sudah memimpin puluhan ribu pasukan Muslimin untuk membebaskan Benteng Samalou yang dimiliki Romawi. Pembebasan itu sukses setelah 38 hari pengepungan. Hingga kemudian beliau dipercaya menjadi gubernur Azerbaijan dan Armenia.

Hari ini kita telah menyaksikan bagaimana Gen Z di berbagai negeri mulai bergerak melawan kezaliman. Maka, sudah seharusnya potensi pemuda hari ini di arahkan ke hal yang lebih mendasar dalam menghapuskan kezaliman. Melayakkan para pemuda menjadi garda terdepan dengan tuntunan Rasulullah SAW dalam melakukan perubahan besar sesuai syariat Allah Ta'ala yakni menuju tegaknya syariat Islam kafah (menyeluruh). Karena dengan tegaknya syariat Islam, segala kezaliman mampu di musnahkan dan masyarakat hidup dengan sejahtera.

Wallahu a'lam bish shawab


Share this article via

10 Shares

0 Comment