| 171 Views

Ponpes Lintas Agama, Solusi Kedamaian yang Menyandera Aqidah

Oleh : Vida Ummu Ammar

Pondok pesantren Jati diri Bangsa di kediri jawa timur  telah di buka.  Beberapa tokoh lintas agama hadir menjadi pendamping  pimpinan pondok. Pesantren yang di bangun dengan tujuan mencetak generasi bangsa agar berkesadaran berbangsa dan bernegara ini tidak mentargetkan santri dari satu agama saja. Santri dari berbagai agama dan kepercayaan  bisa menjadi santri pembelajar di dalamnya. Ketua umum pembangunan pesantren RM suhardin menyatakan lembaga pendidikan ini sama sekali tidak ada unsur bisnis "kalau mau negara ini maju, pendidikan itu jangan di buat bisnis juga mencari keuntungan. Apalagi pesantren ini untuk menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara, niat bisnis tidak boleh kita semua harus benar- benar ikhlas" (poskita.co 06/11)

Pondok pesantren merupakan lembaga khusus di indonesia yang menyelenggarakan pendidikan berbasis islam yang tersebar di berbagai wilayah baik kota maupun kabupaten dengan keragaman jenis dari sisi metode pembelajarannya.  Namun sungguh mencengangkan khalayak banyak dengan di bukanya pondok pesantren berbasis lintas agama tersebut. Muncul berbagai pertanyaan terkait bahan ajar hingga polemik tergerusnya sisi aqidah.   Ketika pendiri dan pengurus serta santri di dalamnya berasal dari berbagai agama. Padahal setiap agama memiliki konsep keyakinan ketuhanan yang berbeda beda. Pihak ponpes menyampaikan jika pengikat antar santri adalah rasa kebangsaan bernegara berdasarkan ideologi pancasila melalui budaya. Namun mengapa di balut dalam bingkai sebuah pondok pesantren?. Menjadi sangat berbahaya adalah jika framing pondok pesantren yang selama ini melekat sebagai identitas pendidikan islam namun di balut dalam penyatuan lintas agama hingga memangkas ajaran aqidah  menjadi hanya nilai moral semata. Tentu dari sini Islam tidak akan mampu dimaknai sebagai sebuah ideologi. Nyatanya, negara dengan pemimpin yang sebagian besar muslimpun tidak pernah benar- benar mengkaji secara mendalam tentang apa yang seharusnya di sebut ideologi serta ideologi mana yang seharusnya di ambil.

Apalagi negara ini tengah mengadopsi sebuah sistem demokrasi liberal dimana sebuah kebenaran bersifat relatif, berubah ubah tergantung kondisi dan materi. Negara beranggapan bahwa realitas keberagaman dan budaya yang ada di negeri ini berada di atas segalanya sehingga tidak ada patokan khusus tuhan yang esa yang mana yang pantas untuk di sembah. Nyatanya pesantren lintas agama menjadi representasi nasionalisme negara di bidang pendidikan.

Dari segi pemilihan tempat di dirikan dan konsep lintas agama, rupanya ada upaya  menyuburkan lagi ajaran sinkretisme yaitu penyatuan antara nasional agama dan komunis sehingga muara dari ajaran tersebut adalah berbentuk budaya sebagai ritual utama dari seluruh keberagaman masyarakat. Ini juga akan mampu mendukung program moderasi agama yang di gaungkan selama ini  oleh negara demi menguatkan ikatan nasionalisme. Ikatan yang muncul berdasarkan rasa cinta kepada tanah air semata sehingga mengeliminir hakikat suatu ikatan yang paling kuat yaitu  islam. Ikatan nasionalisme hanyalah ikatan yang bersifat temporary. Pesantren jati diri bangsa menaruh harapan besar perdamaian hingga tingkat dunia dengan menggabungkan berbagai agama melalui budaya, sejatinya akan melahirkan pertentangan antar budaya itu sendiri di berbagai belahan dunia.

Sesungguhnya problematika dasar dari  kedamaian bangsa seluruh  dunia adalah penjajahan gaya baru yang berasal dari ideologi kapitalisme. Negara dan bangsa manapun tidak akan berada dalam kondisi damai selama menjadikan ideologi kapitalisme sebagai jalan hidup. Dalam kapitalisme kekayaan akan di kuasai oleh segelintir individu. Rakyat di bebankan dengan pajak yang menyengsarakan sehingga dari sini misi berbentuk penyatuan agama bukanlah solusi. Islam di samakan dengan agama dan kepercayaan yang lain sehingga ajarannya yang paripurna menyisakan nilai moral dan ritual semata.

Dalam kitab Nidhomul Islam karya Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani di sebutkan bahwa sebenarnya hanya ada 3 landasan mendasar yang melahirkan peraturan hidup menyeluruh atau di sebut ideologi yang ada di dunia. Yaitu kapitalisme, sosialis komunis dan islam. Islam adalah satu satunya agama sekaligus ideologi di antara seluruh agama yang ada, sehingga hanya ideologi islamlah yang berasal dari sang khalik melalui Rasulullah muhammad salallahu 'alaihi wassalam. Sedangkan dua ideologi lainnya merupakan hasil berfikir dari akal manusia yang tentunya memiliki banyak kelemahan dan kepentingan dalam menentukan sebuah pandangan. Di dalam islam kebenaran bersifat pasti melalui sumber hukum syara' yang berasal dari  sang pancipta yang maha Benar. Tugas manusia sebagai pelaksana saja yang terbingkai di dalam penerapan sebuah institusi negara bernama daulah khilafah. Khilafah islam merupakan sistem kenegaraan yang berasal dari ideolgi islam. Sistem yang jika di terapkan mampu menghasilkan kedamaian antar umat beragama sekaligus menjaga aqidah umat dari kekufuran. Sejarah membuktikan bahwa pemimpin di dalam sistem khilafah mampu menjaga kemuliaan islam dengan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia dengan ikatan peraturan islam sehingga terwujud Rahmatan lil 'alamin.

Pendidikan islam sejatinya  mampu mendidik generasi muslim sebagaimana Rasulullah salallahu 'alaihi wassalam mengajarkan. Yaitu dimana anak2 kaum muslim usia prabaliqh akan di didik dengan pendidikan dasar berupa aqidah dengan pembenaran pasti. Sehingga memahami jelas antara haq dan bathil antara   ranah dasar dan cabang antara islam atau kufur ketika sudah baliqh. Selanjutnya negara akan senantiasa mengontrol dan menjamin kelayakan fasilitas publik terutama pendidikan di sekolah demi menghasilkan generasi muslim yang hanif.   Sehingga mampu memahami batasan agamanya serta bertoleransi secara benar menurut pandangan islam.

Islam adalah "din" yang menempatkan kesesuaian  antara tsaqofah dengan sains dan tekhnologi. Islam membolehkan seorang muslim belajar kepada orang kafir dalam ranah sains dan tekhnologi, bukan soal aqidah. Negara khilafah di dirikan atas dasar taqwa sehingga tidak akan tercampur di dalamnya antar haq dan bathil serta menciptakan kedamaian di antara masyarakat daulah.

Toleransi antar umat beragama dalam negara khilafah berupa pemenuhan terhadap kebutuhan dasar hidup yang setara baik muslim maupun non muslim. Sejarah mencatat gambaran damai dan toleransi melalui kutipan sebuah surat seorang rabi (pemuka agama yahudi) dalam buku konstantinopel, kota keinginan dunia 1453-1924 karya Phillip Manzel" persahabatan Inggris tahun 1995. Yaitu berupa imbauan mendesak bagi orang yahudi di eropa untuk melakukan perjalanan  ke tanah kekhilafahan " Di sini di tanah turki, kami tidak perlu mengeluh. Kami memiliki kekayaan melimpah banyak emas dan perak ada di tangan kami " demikian isi kutipan surat rabi tersebut. Hal ini menunjukkan  bahwa pemerintah khilafah menerima dengan baik ribuan pengungsi yahudi yang lari dari andalusia ketika jatuh ke tangan kaum kristen  di bawah pimpinan raja ferdinand dan ratu isabell.

Di saat bangsa lain tidak menerima orang- orang yahudi, maka khilafah turki ustmani menjadi negara super power penjamin kedamaian bagi warganya sehingga banyak kemudian dari orang kafir yang dengan suka rela masuk ke dalam islam dan hidup di bawah naungan khilafah dengan jaminan keamanan penuh.

Wallahu a'lam bissahwab


Share this article via

50 Shares

0 Comment