| 9 Views
Pesantren: Lentera Kebangkitan Umat Islam

Oleh : Rhizka Zulfia Umami
Disaat teknologi berkembang semakin canggih, pergaulan remaja yang semakin bervariasi dan pendidikan moderasi dimana-mana tetapi pesantren tetap berdiri kokoh sebagai benteng terakhir pendidikan ruhani dan intelektual umat. Kini, muncul kembali panggilan sejarah agar pesantren menjadi pelopor kebangkitan peradaban Islam, sebagaimana diserukan oleh Menteri Agama RI, Prof. KH. Nasaruddin Umar.
Dalam sambutannya pada pembukaan Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Nasional dan Internasional di Pondok Pesantren As’adiyah, Wajo, Sulawesi Selatan, Menag menyampaikan bahwa kegiatan ini dapat menjadi anak tangga pertama menuju kembalinya The Golden Age of Islamic Civilization.
Menurutnya, kebangkitan Islam dapat dimulai dari Indonesia, dengan pesantren sebagai benteng paling kuatnya.
“Pesantren adalah benteng paling kuat di Indonesia. Dari sini, peradaban Islam bisa bangkit kembali,” ujar Menag Nasaruddin Umar. (Sumber: Kemenag.go.id)
Dalam kesempatan lain, Menag membuka MQK Internasional perdana yang diikuti oleh 13 negara sahabat. Beliau menyebut kegiatan tersebut sebagai diplomasi budaya pesantren dan sarana menampilkan wajah Islam yang damai, berilmu, dan berperadaban (Sumber: Detik.com, 2 Oktober 2025).
Akan tetapi, peradapan Islam yang bagaimana yang diharapkan? Sebab di balik narasi perdamaian ini, terdapat persoalan yang harus dicermati yaitu narasi “Islam moderat” dan “perdamaian global” yang sering diusung oleh pemerintah. Kemudian fakta di lapangan para santri malah menjauh dari kehidupan Islam yang susai dengan Rasulullah saw. Mereka lebih disibukkan dengan aktivitas moderasi agama, wirausaha di dalam pesantren dan lain sebagainya. Sehingga tujuan utama untuk mencetak ulama unggul tidak tercapai.
Selain itu, para santri juga tidak mengamalkan Islam secara menyeluruh, mereka hanya memahami bahwa Islam hanyalah sebatas ibadah mahdoh saja. Mereka lebih semangat menghaflkan Al-Quran dari pada memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Sehingga untuk amalan kehidupan mereka memakai aturan manusia. Mereka lebih mencintai negara kebangsaan dari pada Islam. Sedangkan negara sendiri juga abai dengan ketaatan rakyatnya. Mereka sengaja menanamkan jiwa nasionalisme dan Islam moderasi di dalam pesantren.
Sekularisasi dalam Balutan Moderasi
Inilah buah sistem kapitalisme sekularisme - liberalisme yang mendominasi kehidupan hari ini, arah kebijakan terhadap pesantren mulai mengaburkan misinya. Santri diarahkan menjadi duta moderasi, motor kemandirian ekonomi, atau agen perdamaian sosial. Istilah-istilah yang indah, namun mengalihkan pesantren dari fungsinya sebagai pusat peradaban Islam.
Misi sekularisasi ini membuat perjuangan dakwah santri menjadi terdistorsi, seolah-olah cukup berperan dalam “harmoni sosial”, tanpa perlu menegakkan hukum Allah secara kaffah. Padahal Allah ﷻ berfirman: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan atas seluruh agama, walaupun orang-orang musyrik membencinya.” (QS. At-Taubah: 33)
Kebangkitan Islam sejati tidak akan lahir dari sistem sekuler, melainkan dari sistem yang berasaskan wahyu yaitu Islam kaffah.
Khilafah: Sistem Peradaban Islam yang Menyatukan
Dimana peradaban Islam di masa lalu, ketika Baghdad dan Andalusia menjadi mercusuar ilmu dunia, tidak terwujud hanya karena semangat keilmuan, tetapi karena adanya sistem pemerintahan Islam yang menyatukan umat yaitu Khilafah Islamiyah.
Pesantren, dengan keilmuan dan ruh perjuangannya, semestinya menjadi motor untuk menyadarkan umat akan pentingnya sistem ini. Hanya dengan Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah, ilmu, keadilan, dan kesejahteraan akan berpadu secara harmonis.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Kemudian akan kembali berdiri Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah.” (HR. Ahmad)
Kebangkitan Islam tidak cukup dengan integrasi kurikulum atau lomba baca kitab. Ia harus disertai perjuangan politik Islam yang terarah menuju tegaknya sistem kehidupan Islam.
Pesantren harus kembali menegaskan jati dirinya: bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi lembaga perjuangan tempat lahirnya ulama, pemimpin, dan mujahid peradaban.