| 29 Views

Perisai Muslimah di Tengah Kampus Bebas: Jagain Diri Bukan Overthinking, Tapi Syariat Thinking

Oleh : Zahrah
Aktivis Dakwah Kampus

Jadi mahasiswi itu katanya keren. Aktif di organisasi, pinter ngasih opini, sering tampil di seminar, bahkan ikut demo. Tapi di balik semua itu, banyak juga yang diam-diam jadi korban. Korban kekerasan seksual. Dan yang bikin miris, bukan cuma terjadi di jalanan atau tempat sepi—tapi bahkan di ruang kelas, di komunitas kampus, bahkan di tempat yang katanya “aman dan inklusif”.

Realitanya? “Safe space” itu kadang cuma slogan. Banyak mahasiswi yang nggak berani speak up karena takut dibilang lebay, takut dicap baper, bahkan takut dibully balik. Sistem yang seharusnya ngelindungi, malah ngambang. Pelaku dilindungi, korban disuruh “introspeksi diri”.
Nah, di tengah semua itu, banyak yang kasih solusi setengah-setengah:
“Pakaian jangan terlalu terbuka, tapi jangan terlalu tertutup juga biar nggak dicurigai.”
“Jangan keluar malam, tapi kalau aktif organisasi ya mau nggak mau harus begadang.”
“Harus bisa jaga diri, tapi lingkungan sekitar tetap bebas semaunya.”

Bingung kan? Kita disuruh waspada, tapi tetap hidup di sistem bebas.
Makanya, ini bukan soal overthinking—ini soal ganti cara thinking. Dari liberal thinking ke syariat thinking.

Reality Check: Kampus Bebas, Tapi Nggak Aman

Dan ini bukan cuma teori. Kasus nyata terbaru yang bikin geger adalah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Seorang guru besar, Prof. Edy Meiyanto, terbukti melakukan pelecehan seksual terhadap 13 mahasiswi. Aksi bejat itu dilakukan bukan di tempat asing, tapi di ruang kampus dan rumah pelaku sendiri, dengan dalih bimbingan dan lomba. Mirisnya, kasus ini baru diungkap setelah lama terjadi. UGM memang sudah memecat pelaku, tapi statusnya sebagai ASN masih belum diberhentikan secara tuntas. (detik.com, 12/04/2025)

Kasus ini cuma satu dari banyaknya fenomena kampus yang kelihatan “beradab” di luar, tapi ternyata nyimpen bahaya di dalam. Dan yang sering jadi korban? Kita, para perempuan. Gen Z harus sadar, sistem hari ini gagal lindungi kita. Saatnya beralih ke sistem yang benar.

Kenapa Mahasiswi Butuh Syariat Islam?

Karena cuma syariat Islam yang ngasih aturan hidup yang adil, jelas, dan menyeluruh. Bukan cuma nyuruh “jaga diri”, tapi juga ngatur lingkungan, interaksi lawan jenis, sampai cara berpakaian, dan bangun sistem hukum yang tegas dan preventif.

Syariat bukan cuma soal “jilbab panjang” atau “dilarang pacaran”. Lebih dari itu, syariat Islam itu sistem hidup yang ngerti bahwa perempuan butuh perlindungan struktural, bukan sekadar nasihat moral. Misalnya: Hijab syar’i itu bukan simbol keterkungkungan, tapi identitas pelindung yang bikin perempuan dihormati, bukan dijadikan objek seksual. Interaksi laki-laki & perempuan dalam Islam ada batasnya. Gak ada tuh yang namanya “teman tapi mesra” ala drama kampus. Islam ngajarin adab, niat yang lurus, dan tanggung jawab. Sanksi hukum Islam terhadap pelaku pelecehan seksual atau zina itu tegas. Bukan pakai “sidang etik” doang yang seringnya cuma basa-basi. Islam ngasih efek jera dan keadilan buat korban. 

Gen Z Butuh Syariat, Bukan Sekadar Edukasi

Gen Z sekarang sering dibilang “open minded” dan “bebas berekspresi”. Tapi lucunya, makin bebas malah makin gak aman. Banyak yang trauma, anxiety, bahkan mental breakdown gara-gara hidup di lingkungan yang toxic tapi dibungkus “kebebasan”.

Edukasi seksual tanpa batas justru bikin makin banyak predator. Kampus inklusif malah jadi tempat predator bertopeng aktivis. Makanya, kita butuh lebih dari sekadar literasi. Kita butuh sistem hidup yang bener. Syariat Islam.

Ayo Bangkit! Mahasiswi Muslimah Bukan Korban, Tapi Pejuang

Sekarang waktunya Gen Z, khususnya mahasiswi muslimah, sadar bahwa menutup aurat, menjaga interaksi, dan menjadikan Islam sebagai standar hidup bukan hal ketinggalan zaman—tapi bentuk perlindungan diri paling elegan dan powerful.

Dan bukan cuma buat diri sendiri. Kita juga harus berdiri di barisan dakwah, menyuarakan Islam kaffah sebagai solusi sistemik, bukan cuma solusi personal. Karena kita nggak cuma butuh edukasi—kita butuh perubahan total. Dan itu cuma bisa kalau Islam diterapkan sebagai sistem, dalam bingkai Khilafah Islamiyah.

So, girls... jagain diri bukan cuma soal mental kuat. Tapi juga butuh perisai syariat. Karena jadi keren itu bukan cuma aktif organisasi atau viral di TikTok, tapi jadi bagian dari solusi buat umat. Stay smart, stay strong, stay syar’i.


Share this article via

38 Shares

0 Comment