| 21 Views
Perempuan dan Anak Butuh Perlindungan Siber

Oleh: Wilda Ummu Akhtar
Bogor
Viral beberapa podcast yang mengkritik tontonan anak tidak mendidik seperti karakter kartun anomali dan sebuah game yang terkandung pelecehan seksual. Ditambah lagi peran perempuan yang saat ini dieksploitasi untuk berkarir di dunia maya dan nyata akhirnya peran pengasuhan beralih kepada ayah, nenek atau pembantu.
Mau berteriak ke siapa jika ini terjadi? Toh pada faktanya sistem kapitalisme liberal memang hakikatnya ingin menghancurkan generasi muslim. Ayahnya dibuat menganggur, ibunya dibuat sibuk berkarir anak-anak dikasih fasilitas gadget yang tak mendidik. Saat ada waktu keluarga dijadikan momen healing ke luar negeri atau mall elit padahal kebutuhan primer lebih dibutuhkan dibandingkan kebutuhan sekunder dan tersier.
Lain halnya jika teknologi ditopang dengan keimanan yang terkontrol oleh masyarakat. Maka laporan adanya tontonan tidak baik dapat segera ditindak oleh negara dan aparat pemerintah akan memberikan sanksi yang tegas bagi pembuat aplikasi digital apapun yang tidak mendidik.
Abainya penguasa dalam melihat efek negatif globalisasi ini membuat generasi emas justru tidak akan terwujud. Yang ada malah emak-emak yang doyan nonton konser healing ke luar negeri demi konten padahal besar pasak daripada tiang. Ditambah lagi dengan sosok pencari nafkah yang hobi seharian main game dan terjerat pinjol pula. Naudzubillah. Emak dipaksa untuk waras padahal sekulerisme bukan habitatnya.
Fitrahnya seorang ibu adalah mengasuh anak di rumah dengan happy, ibu menjadi tempat curhat anaknya bukan anak curhat di medsos. Fitrahnya seorang ayah menjadi tulang punggung yang menjamin kebahagiaan anak dan istri dirumah tetap terjaga. Bukan sebaliknya justru malah membuat istri yang seharusnya menjadi tulang rusuk malah dipaksa menjadi tulang punggung keluarga.
Ironis, anak dan ibu menjadi korban siber saat ini. Anak kurang perhatian dan ibu butuh diperhatikan. Sungguh miris sekali melihat kecanggihan teknologi yang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas ketakwaan setiap insan. Akhirnya menyalahkan gadget yang disebut dengan istilah setan gepeng.