| 80 Views

Pendidikan Sekuler Menghasilkan Pemuda Bermental Lemah

Oleh : Rifdatul Anam

Deretan panjang kasus bunuh diri dalam sistem hari ini harusnya menjadi perhatian lebih. Khususnya dalam ranah pendidikan, sebagai tempat lahirnya generasi. Bukan hanya sekali atau dua kali, kasus bunuh diri yang dilakukan mahasiswa atau pun mahasiswi sudah sering kali terjadi. Apa sebenarnya akar permasalahan yang dihadapi sistem pendidikan saat ini?

Baru-baru ini kasus bunuh diri terjadi lagi di salah satu universitas. Kasus kematian mahasiswi berinisial ARS, mahasiswi PPDS Anestesi Undip Semarang, Jawa Tengah, diduga bunuh diri karena tak kuat atas perilaku bullying yang dialaminya. Diketahui, mahasiswi tersebut adalah seorang dokter muda di RSUD Kardinah Tegal itu, bunuh diri dengan cara menyuntikkan obat bius jenis Roculax. Konon, ia nekat mengakhiri hidupnya lantaran tak tahan dengan perundungan yang dialaminya selama menempuh pendidikan di Undip. (JawaPos, 17-8-2024)

Bersamaan dengan temuan jasad itu, ditemukan pula sebuah buku diary yang diduga menjadi saksi penderitaannya sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Di dalam catatan tersebut, tersirat makna bagaimana tampak tersiksa dan merasa tidak kuat dengan apa yang dialaminya.

Selain kasus bunuh diri diatas, masih banyak lagi kasus lain yang terjadi di lingkungan kampus. Kasus-kasus yang kita ketahui tersebut adalah kasus yang terlaporkan dan terdaftar, padahal banyak kasus serupa yang tidak terlapor karena ditutupi pihak keluarga atau pun pihak kampus yang menolak menjalankan serangkaian pemeriksaan jasad korban dengan alasan demi menjaga aib dan nama baik.

Hal ini menambah panjang catatan kelam di dunia pendidikan, yang seharusnya menjadi tempat lahirnya generasi cemerlang yang mendobrak peradaban. Malah sebaliknya, saat ini sikap mental lemah dan mudah putus asalah yang melekat pada diri generasi kita. Banyak faktor yang menjadi penyebab peristiwa menyedihkan ini terjadi mulai dari depresi, tekanan dalam proses studi, persoalan asmara, pinjaman online, dan lain sebagainya.

Semakin meningkatnya kasus bunuh diri dan berbagai masalah yang menimpa mahasiswa, menggambarkan betapa lengkapnya persoalan yang dihadapi negeri ini. Semua masalah bersumber dari penerapan sistem hidup yang dijalani saat ini. Sistem hidup sekuler yang memisahkan kehidupan dari agama semakin membuat hidup tak tahu arah tujuan. Begitupun sistem pendidikannya juga menerapkan sistem pendidikan yang sekuler, sehingga menghasilkan generasi yang hanya mengejar materi dan kebahagiaan duniawi saja. Miris memang, tapi begitulah kenyataan yang terjadi di sistem sekuler kapitalisme.

Sistem ini telah gagal mencetak generasi berkepribadian Islam,  yang pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan Islam. Padahal generasi seharusnya menjadi penerus bangsa dan pembangun peradaban. Seperti dalam Islam, pemuda Islam wajib berkarakter layaknya para pejuang Islam. Pemuda Islam yang berakhlakul karimah adalah pemuda yang mampu menjungjung nilai-nilai keislaman.

Telah tercatat dalam sejarah, Muhammad Al Fatih, seorang pemuda yang masih tergolong berusia muda sudah mampu menghafal Al Quran 30 juz, menguasai ilmu hadist, memahami ilmu fiqih, matematika, strategi perang dan menguasai enam bahasa, dan yang paling mengesankan adalah seorang Muhammad AlFatih mampu menaklukkan konstatinopel pada usai 21 tahun.

Dalam islam, itu hanya satu dari banyaknya sejarah tentang pemuda yang mampu membangun peradaban, pemuda yang bermental kuat dan tak mudah putus asa. Mengapa demikian? Karena di sistem Islam pendidikannya berbasis akidah islam. Penanaman akidah adalah yang utama,  dengan begitu akan menyadarkan kita bahwa hubungan manusia dengan Allah adalah kontrol terbaik atas seluruh perbuatan manusia, yang menghasilkan ketakwaan individu.

Asas pendidikan itulah yang mengarahkan visi dan misi pendidikan sebagai jalan mewujudkan manusia menjadi sebaik-baik hamba Allah. Bukan hanya itu, pendidikan dalam Islam juga terlihat dalam semua aktivitas yang dilakukannya. Kurikulum, metode pembelajaran, sarana, prasarana, kualifikasi guru, pendanaan yang memadai, semuanya sesuai untuk mendukung tujuan hakiki pendidikan Islam. Dengan begitu wajar jika pendidikan menjadi pilar peradaban.

Generasi yang berkepribadian Islam akan selalu  berbuat dan bertindak sesuai islam. Kepribadian inilah yang menuntun mereka sukses dalam menjalani kehidupan. Sistem Islam mewujudkan pendidikan berkualitas yang menghasilkan generasi dambaan umat.
Wallahu'alam bishawab.


Share this article via

84 Shares

0 Comment