| 236 Views

Pandangan Islam Mengenai Simbol

Oleh: Yuli Ummu Raihan
Aktivis Muslimah Tangerang

Berawal dari media sosial ramai yang ramai dengan video aksi sejumlah supir truk yang memasang bendera One Piece di kendaraan mereka. Aksi ini menular ke beberapa orang lain yang bukan supir truk. 

Dilansir dari Detik.com, 18/8/2025 petugas keamanan Pos Cemoro Sewu mengamankan dua bendera One Piece dari pendaki Gunung Lawu, Magetan yang rencananya akan dikibarkan pada saat peringatan HUT RI ke-80 pada Minggu 17 Agustus 2025.

Fenomena ini mendapat respon dari Wakil Ketua Fraksi Golkar di MPR, Firman Soebagyo yang menilai ini sebagai bagian dari provokasi untuk menjatuhkan  pemerintah yang akan merugikan bangsa dan negara sehingga  harus ditindak tegas. (CNN Indonesia, Minggu, 3/8/2025).

Hal berbeda diungkapkan oleh Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Bima Arya Sugiarto yang menganggap ini hal yang wajar sebagai salah bentuk ekspresi dalam demokrasi dan tidak bertentangan dengan demokrasi. Ini tidak ada bedanya dengan aksi pengibaran bendera organisasi. Masyarakat sudah biasa melakukannya misalnya bendera PMI, Pramuka dan lainnya. Selama bukan bendera organisasi yang terlarang maka boleh saja.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR RI yang meminta masyarakat jangan membenturkan antara bendera merah putih dengan One Piece.
Ia juga meminta agar tidak ada upaya mendiskreditkan penggemar One Piece dengan narasi makar  atau melawan pemerintah.

Sebenarnya bendera atau simbol One piece ini sudah lama dipakai oleh masyarakat.  Bahkan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pernah memakai pin bajak laut topi jerami  ketika menghadiri debat Pilpres tahun lalu di JCC Senayan.

Berbagai pro dan kontra mengenai bendera ini terus bergulir. Inilah buah dari sistem demokrasi. Semua orang bebas berkata atau mengekspresikan keinginannya. Fenomena pengibaran bendera One Piece ini adalah bentuk ekspresi orang-orang yang kecewa dengan ketidakadilan yang terjadi hari ini.

Para supir truk yang kecewa dengan  kebijakan Over Dimension Over Loading (ODOL), masyarakat yang terbebani dengan kesulitan ekonomi, susahnya mencari lapangan pekerjaan dan lainnya.

Kesenjangan sosial terpampang nyata, rakyat makin sengsara sementara para oligarki dan pejabat makin kaya raya. Rakyat harus banting tulang memeras keringat, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala hanya demi bisa bertahan hidup. Sementara para pejabatnya hidup bergelimang harta dengan segala fasilitas yang mewah, mereka tertawa dan bersorak gembira di tengah jerit tangis rakyatnya.

Sikap Seorang Muslim

Sebagai seorang muslim yang setiap perbuatan kita harus selalu terikat dengan hukum syara. Maka kita harus mengetahui bagaimana Islam mengatur hal semacam ini.

One Piece adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan kebebasan mutlak. Ini adalah simbol yang bukan berasal dari Islam. Menurut ustadz Irvan Abu Naveed, seorang Peneliti balaqah Al-Qur'an mengingatkan bahwa simbol ini bertentangan dengan Islam sehingga seorang muslim tidak boleh menggunakannya. Seorang Muslim tidak boleh  menyerupai orang-orang kafir apalagi terkait keyakinan.

Seorang muslim tidak boleh latah terhadap sesuatu yang viral atau melakukan sesuatu karena dilakukan oleh banyak orang. Setiap simbol memiliki nilai tersendiri. One Piece adalah simbol kebanggaan dan kehormatan bahkan kesetiaan sampai mati. One Piece atau bendera tengkorak adalah juga simbol kematian, kekerasan dan kekacauan dan hal ini sangat dilarang dalam Islam.

Bendera One Piece dianggap lebih suci dari nyawa seseorang. Bahkan pemujanya berani mati demi bendera ini.

Bendera ini juga simbol dari kebebasan tanpa batas, padahal dalam Islam tidak ada kebebasan yang benar-benar bebas. Semua hal diatur oleh syariat dan wajib terikat dengan hukum syara.

Allah memperingatkan kita dalam QS Al-Jatsiyah ayat 18:
"Kemudian Kami jadikan untuk kalian jalan hidup. Ikutilah dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak tahu".

Sebagai seorang muslim kecintaan kita terhadap sesuatu tidak boleh melebihi rasa cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Ini adalah salah satu syarat agar seseorang merasakan manisnya iman.

Ini bukan masalah sepele, ini menyangkut keimanan, jadi janganlah kita latah dengan dalih hanya sekadar lucu-lucuan. Kita boleh saja menonton animenya, membaca kisahnya atau mengenal tokoh-tokohnya, tapi jangan sampai kita membenarkan apa yang menjadi idenya. Seorang muslim harus bisa menyaring setiap informasi, memahami fakta dan mengembalikan kembali kepada hukum syara.

Saat ini umat Islam dihadapkan dengan berbagai tantangan salah satunya simbol yang bertentangan dengan akidah. Maka kita perlu menguatkan akidah dan meneruskan kehidupan Islam. Memang kita saat ini telah menjadi seorang muslim, tetapi kehidupan kita tidak diatur dengan Islam. Islam hanya jadi status di KTP. Untuk mengembalikan kehidupan Islam kita butuh sebuah institusi yaitu Khilafah. Khilafah lah yang nanti akan bisa menghapus berbagai simbol yang bertentangan dengan Islam, menyebarkan syi'ar-syi'ar Islam dan menyatukan negeri-negeri muslim di seluruh dunia dan menerapkan aturan Islam secara kafah.

Kita adalah umat yang satu (One Ummah) kita punya simbol  atau bendera sendiri yaitu al-Liwa dan Ar- Rayah. Para ulama telah menjelaskan bahwa kedua bendera ini memiliki posisi yang tinggi  bagi umat Islam. Kalimat Laa Illaha Illallah Muhammad Rasulullah, merupakan inti dari ajaran Islam. Ini adalah dasar keimanan kita. Kalimat inilah yang mempersatukan umat Islam. Kita semua bersaudara tanpa memandang pada ras, bangsa, dan bahasa. Bendera ini juga merupakan spirit dan arah perjuangan. Islam adalah rahmatan Lil alamin, jadi kita wajib mendakwahkan Islam sepada semua orang sampai mereka mengimani Allah dan mengikuti aturanNya.

Bendera al-Liwa (berwarna putih dengan tulisan Laa Illaha Illallah Muhammad Rasulullah berwarna hitam) serta Ar-Rayah (bendera hitam bertuliskan Laa Illaha Illallah Muhammad Rasulullah berwarna putih) adalah simbol dan pemersatu Islam seluruh dunia. Bukak seperti bendera kebangsaan hari ini yang membelenggu dan menghalangi persaudaraan. Umat Islam disekat oleh nasionalisme sehingga tidak ada lagi rasa persaudaraan ibarat satu tubuh. Lihatlah hari ini saudara kita di Palestina, mereka terjajah dan digenosida sementara kita tidak bisa berbuat apa-apa karena sekat nasionalisme. Mari kita buka sejarah bagaimana kisah para syuhada di perang Mu'tah mempertahankan bendera ini. Bagaimana dulu para sahabat begitu bangga mengibarkannya. Jadi jangan takut terhadap simbol agama kita sendiri dan latah dengan simbol di luar Islam. Banggalah berislam kafah.

Wallahua'lam bishawab.


Share this article via

41 Shares

0 Comment