| 237 Views

Kunjungan Paus Fransiskus Ke Indonesia

Oleh : Rimbasariani

Sebanyak 33 tokoh muslim Indonesia meluncurkan buku berjudul “Salve, Peregrinans Spei”, yang berarti “Salam Bagimu Sang Peziarah Harapan”, untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-5 September 2024. Buku ini tidak hanya sekadar sambutan, tetapi juga menggambarkan semangat keberagaman dan pluralisme yang hidup di Indonesia.

Menurut sekretaris fransseda foundation Wiliam  L turpijm ,dalam keterangan resminya yang dikutip dari kompas.com Senin 2/9-2024 .kedatangan Paus Fransiskus adalah kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat dialog antaragama yang inklusif dan mencerahkan,”

Dalam pidato tersebut Paus pun membahas toleransi bangsa Indonesia di tengah keberagaman.dan dia  juga menyinggung penguasa yang memaksakan penyerempakan visi sehingga berujung konflik. Namun, ia tak membahas negara atau lokasi secara spesifik. 

Dia mendoakan agar masyarakat Indonesia selalu hidup dalam kerukunan. Berikut pidato Paus Fransiskus dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka:
Bapak Presiden, para pejabat yang terhormat, perwakilan masyarakat sipil yang terhormat, para anggor Korps Diplomatik.

[Diantara pidatonya] "Gereja Katolik berkeinginan untuk meningkatkan dialog antaragama. Dengan cara ini, prasangka dapat dihapus dan suasana saling menghargai dan saling percaya dapat bertumbuh".

Toleransi kebablasan
Dengan berbagai kesepakatan selama kunjungan, Paus Fransiskus menekankan bahwa moderasi beragama bukan sekedar sikap pasif. Melainkan sebuah komitmen aktif untuk menjaga keseimbangan antara keyakinan yang teguh dan penghormatan terhadap keberagaman.

Hal ini diperkuat dengan beberapa pernyataan dalam pidatonya. Dialog antar umat beragama adalah jembatan pertama masuknya paham moderasi beragama. Tidak ada kebenaran mutlak semua agama dianggap benar. Moderasi beragama hanyalah satu pemikiran cabang dari Ideologi sekuler kapitalisme.

Sistem ini menginjeksi negeri-negeri muslim sehingga memalingkan arah pandang dalam kehidupan. Ketaatan umat Islam terhadap Islampun perlahan tertelan arus moderasi agama. Umatpun mengalami kebimbangan dan kebingungan dalam beragama.           

Umat harus waspada.  
Umat Islam mestinya memiliki kewaspadaan pada setiap kata dan pangarusan opini yang berkembang dalam kunjungan Paus Fransiskus beberapaj waktu lalu. Umat harus mendalami Islam secara menyeluruh agar tidak terjadi salah tafsir atau salah memahami maksud terselubung dalam membaca setiap peristiwa yang berkaitan dengan Islam.    

Karena Islam mengajarkan prinsip "Lakum dinukum waliyadiin_untukmu agamamu dan untukku agamaku" (QS. Al-kafirun : 6)
Dan bentuk toleransi  moderasi apapun  tidak pernah di contohkan oleh Rosulullah maupun para sahabat.

Menyamakan semua agama benar atau sama adalah pandangan yang keliru dan salah kaprah. Semua menuju Tuhan yang sama. Islam sudah sangat tegas Allah Swt berfirman QS Al-Ikhlas ayat 1-4

"Katakanlah (Muhammad) Dia-lah Allah Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan dia.

Sedangkan agama katolik mempercayai dengan trinitas. Jadi tidak akan pernah sama
dengan Islam. Agama yang diridhai adalah Islam Inna Dinna Ingdallahil Islam (sesungguhnya agama dihadapan Allah adalah Islam) Islam Yalu wala yula alaihi
(Islam itu tinggi dan tidak ada yang menandinginya).

Baik nash Al-Quran atau pun hadis telah menyatakan perbedaan nya dengan selain Islam. Sebagai seorang muslim harus meyakini agama nya sendiri dan tidak bisa dicampur adukan keyakinan dengan agama lain. Bahaya sinkretisme bagi umat Islam semakin tergerus dan mengikis keyakinan terhadap agama Islam itu sendiri.

Demikianlah, Islam sudah sempurna dengan syariat berdasarkan Al-Qur'an dan As-sunah.
Islam sebagai ajaran yang dibawa Rasulullah Saw. Tidak pernah tercampuri kapitalisme dan terkotori sekularisme. Sudah seharusnya Umat Islam menyerukan Islam kaffah sebagai pandangan hidup dan diterapkan dalam setiap aspek kehidupan.

Wallahu a'lam bish-shawwab


Share this article via

26 Shares

0 Comment