| 38 Views

Ketika Bencana Melanda, Saatnya Muhasabah Bersama

Oleh : Panca Andini

Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi selama dua hari berturut-turut sejak Senin (2/12) membawa petaka bagi warga setempat. Ineu Damayanti (38), salah satu warga yang tinggal di wilayah tersebut, tengah asyik mencari informasi mengenai dampak bencana melalui gawainya pada Rabu (4/12) pagi. Tak disangka, saat itu Sungai Cimandiri yang berada tak jauh dari rumahnya tengah meluap dan mengancam keselamatan warga. Luapan sungai tersebut mengakibatkan puluhan rumah di Kampung Mariuk, RT 01, RW 01, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, terendam banjir. Keasyikan Ineu mencari berita bencana pun berubah menjadi kepanikan saat ia menyadari rumahnya turut terancam. (www.detik.com,8 Des 2024)

Bencana alam yang kerap melanda berbagai wilayah, termasuk Indonesia, bukanlah semata-mata akibat dari fenomena alam semata. Di balik peristiwa tragis ini, tersimpan kompleksitas persoalan yang melibatkan peran aktif manusia.

Banyak ahli berpendapat bahwa bencana alam yang semakin sering terjadi akhir-akhir ini turut dipengaruhi oleh berbagai pelanggaran terhadap tatanan alam semesta. Salah satu faktor utama adalah eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan demi kepentingan pembangunan. Penebangan hutan secara liar, alih fungsi lahan, serta pembangunan infrastruktur yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan telah mengganggu keseimbangan ekosistem dan meningkatkan kerentanan terhadap bencana.

Selain itu, faktor non-fisik seperti spiritualitas juga turut berperan. Beberapa kalangan menghubungkan peningkatan frekuensi bencana dengan semakin menjauhnya manusia dari nilai-nilai agama. Pelanggaran terhadap syariat agama, terutama dalam konteks pengelolaan alam dan relasi manusia dengan lingkungan, dianggap sebagai penyebab utama terjadinya ketidakharmonisan antara manusia dan alam.

Dalam perspektif Islam, alam semesta diciptakan oleh Allah SWT dengan segala keteraturan dan keseimbangannya. Sebagai khalifah Allah di bumi, manusia memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk menjaga dan melestarikan alam semesta, sebagaimana amanah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Namun, ketika manusia bertindak sewenang-wenang terhadap alam tanpa memperhatikan kaidah-kaidah agama, maka bencana alam menjadi konsekuensi logis yang harus dihadapi.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah bencana alam secara fundamental, diperlukan pendekatan yang komprehensif. Selain upaya mitigasi bencana seperti pembangunan infrastruktur yang tahan bencana dan sistem peringatan dini, juga perlu dilakukan perbaikan pada tata kelola lingkungan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Lebih jauh lagi, pemulihan nilai-nilai spiritual dan penerapan prinsip-prinsip agama dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi hal yang sangat penting.

Sudah saatnya kita semua melakukan introspeksi diri dan kembali kepada nilai-nilai agama. Serangkaian bencana yang melanda negeri ini menjadi alarm bagi kita untuk segera memperbaiki diri dan lingkungan sekitar. Mari bersama-sama kita berjuang mewujudkan tegaknya syariat Islam, agar rahmat Allah SWT senantiasa tercurah bagi bangsa ini. Dengan kepemimpinan yang adil dan berpihak pada kebenaran, kita yakin negeri ini akan kembali menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur. 

Kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai Islam memiliki potensi besar untuk membangun masyarakat yang sejahtera dan harmonis dengan alam. Dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan, bencana alam dapat diminimalisir. Konsep ra'in (pengasuh) dan junnah (pelindung) yang terkandung dalam Al-Quran (QS. Al-A'raf:96) menggambarkan peran negara sebagai pelindung dan pemberi kesejahteraan bagi rakyatnya.

Negeri yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang adil dan bijaksana akan senantiasa mengutamakan kepentingan rakyatnya. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata, namun juga memperhatikan aspek sosial, lingkungan, dan keadilan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip syariah Islam dalam pengelolaan sumber daya alam, eksploitasi yang berlebihan dapat dihindari. Hal ini akan menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi risiko terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, dan kekeringan.

Selain itu, kepemimpinan Islam juga menekankan pentingnya gotong royong dan kerjasama dalam membangun masyarakat. Dengan semangat kebersamaan, masyarakat akan lebih tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk bencana alam. Pemerintah yang memiliki legitimasi di mata rakyat akan lebih mudah mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.

Dalam konteks yang lebih luas, kepemimpinan Islam juga menawarkan solusi bagi berbagai permasalahan global seperti perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Dengan mengedepankan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan keberlanjutan, kepemimpinan Islam dapat menjadi inspirasi bagi dunia dalam membangun peradaban yang lebih baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Islam memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun masyarakat yang adil, makmur, dan harmonis dengan alam. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan bernegara, kita dapat mewujudkan cita-cita untuk hidup sejahtera dan penuh berkah.


Share this article via

48 Shares

0 Comment