| 247 Views
Kesungguhan Cinta Terhadap Rasulullah

Oleh : Yanti Novianti
Pegiat Dakwah
Peringatan Maulid Nabi merupakan momentum yang sangat dinanti umat muslim. Ini dalam rangka mengekspresikan rasa cinta dan kegembiraan terhadap Nabi Muhammad saw.
Hal itu merupakan satu wasilah untuk terus memelihara cinta terhadap beliau yang lebih bersifat spiritual atau religius dibandingkan dengan cinta kepada sesama manusia. Cinta yang dimaksud juga bisa ditunjukkan dengan mendukung dan menyebarkan nilai-nilai positif yang beliau ajarkan.
Merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw. Bukan sekadar tradisi, tetapi juga pengingat akan pentingnya ajaran beliau dalam kehidupan kita. Rasulullah saw. Membawa syariat yang menyempurnakan ajaran sebelumnya, mengajarkan akhlak mulia, dan menuntun umat keluar dari kegelapan menuju cahaya kebenaran.
Dorongan Kecintaan kepada Nabi
Cinta kepada Nabi saw. Bukan sekadar cinta biasa, melainkan cinta yang mendalam dan penuh penghormatan, yang menjadi landasan keimanan seorang Muslim. Seorang Muslim harus mencintai Nabi Muhammad saw. lebih dari apa pun, menempatkan kecintaan kepada beliau di atas segala bentuk cinta lainnya dalam hidup.
إِلاَّ مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan,” Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa yang enggan?” Beliau menjawab, “Siapa yang mentaati aku pasti masuk surga dan siapa yang membangkang kepadaku berarti ia enggan (masuk surga).” (HR al-Bukhari).
Benar sekali, hadis diatas merupakan kabar gembira bagi siapa saja yang mencintai Nabi Muhammad saw. Dan para kekasih Allah.
Cinta kepada Rasulullah saw. Bukan hanya ucapan lisan. Namun cinta yang harus diiringi dengan mengikuti ajaran beliau, menjunjung sunnahnya, dan berusaha meneladani akhlaknya dalam segala aspek kehidupan. Semoga kita termasuk orang-orang yang mencintai beliau dan diberi kemuliaan untuk bersama beliau di surga kelak.
Larangan Menyakiti Nabi
Kita sebagai umat Islam tidak diperkenankan untuk menyakiti Nabi Muhammad saw. Sebaliknya kita harus menyanjung dan menghormati beliau. Allah Swt. memperingatkan dengan tegas dalam Al-Qur’an, yaitu :
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih (TQS at-Taubah [9]: 61). bahwa menyakiti Nabi saw., baik secara fisik, verbal, atau dengan tindakan yang merendahkan martabatnya, adalah dosa besar.
Menyakiti Nabi saw. Tidak hanya melibatkan tindakan langsung, tetapi juga mencakup penghinaan terhadap ajaran, sunnah, atau apapun yang berhubungan dengan beliau.
Rasulullah saw. Adalah manusia pilihan Allah, dan mencintai serta menghormati beliau merupakan bagian dari keimanan. Oleh karena itu, melukai perasaan beliau atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan penghormatan kepada beliau merupakan tindakan yang sangat diharamkan dalam Islam.
Hadis-hadis juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. Sangat memperhatikan umatnya dan selalu memaafkan kesalahan mereka. Namun tindakan yang jelas-jelas melawan ajaran beliau atau merusak kehormatan beliau tidak boleh diabaikan, karena hal itu menyangkut kehormatan agama dan Allah Swt. sendiri. Maka, sebagai umat Muslim, kita wajib menjaga rasa cinta, hormat, dan adab terhadap Nabi Muhammad saw. Sepanjang hidup kita, termasuk menjunjung tinggi ajaran dan sunnahnya.
Cinta Sejati Diwujudkan dengan Taat
Cinta yang sejati kepada Nabi saw. Bukan hanya berupa perasaan di hati atau pujian di lisan, melainkan harus diwujudkan dalam bentuk pengamalan ajaran dan sunnah beliau dalam setiap aspek kehidupan. Ketaatan ini meliputi semua perintah, larangan, serta adab yang beliau contohkan.
Cinta yang hakiki berarti menempatkan ajaran Nabi saw. Di atas segala kepentingan duniawi, bahkan di atas keinginan pribadi. Hal ini mencakup mengikuti perintah beliau tanpa bimbang, menghindari apa yang beliau larang, dan meneladani akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Ketaatan ini juga mengajarkan kita untuk percaya penuh kepada kebijaksanaan dan petunjuk yang diberikan Nabi saw. Itu karena beliau diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam dan panduan bagi kehidupan umat manusia. Ketaatan tanpa keraguan adalah bukti bahwa kita memahami dan mencintai Nabi Muhammad saw. Dengan sepenuh hati, serta berserah diri kepada kehendak Allah Swt..
Ketaatan dan Cinta dengan Sepenuh Hati
Cinta yang diungkapkan pada Nabi bukan sekadar kata-kata, tetapi juga melalui tindakan sehari-hari, baik dalam ibadah maupun interaksi sosial. Ketaatan total kepada Nabi juga berarti mematuhi syariat Islam yang beliau ajarkan, termasuk prinsip-prinsip moral dan etika.
Cinta yang sejati sering kali melibatkan pengorbanan dan kesediaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi ketaatan kepada ajaran Nabi. Melalui ketaatan total ini, seorang Muslim menunjukkan komitmen dan keseriusan dalam mengikuti jejak Nabi Muhammad saw. Dimana pada gilirannya, memperkuat iman dan kedekatan kepada Allah Swt.
Bukti cinta kepada Nabi Muhammad saw. Terlihat melalui ketaatan total kepada beliau, yang diwujudkan dengan mengikuti ajaran, sunnah, dan teladan beliau dalam kehidupan sehari-hari. Ketaatan ini mencerminkan kesungguhan umat dalam mencintai dan menghormati Nabi, serta menjadikannya sebagai panutan hidup. Selain itu juga mengikuti ajaran, sunnah, dan teladan yang beliau berikan dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dengan demikian, meneladani Nabi Muhammad saw. Bukan terbatas pada aspek ibadah ritual dan akhlak saja. Akan tetapi juga meneladai seluruh dimensi kehidupan manusia seperti ibadah dan akhlak , akidah, muamalah, sosial, politik, serta pendidikan yang tentunya sesuai dengan syariat Islam.
Rasulullah saw. adalah teladan yang sempurna untuk semua aspek kehidupan, tidak hanya dalam urusan spiritual. Kehidupan beliau menunjukkan bahwa Islam mencakup semua aspek dan tidak ada yang terpisah dari ajaran-Nya.
Beberapa faktor yang menyebabkan Islam tidak bisa berkembang secara maksimal. Satu di antaranya yaitu masyarakat, baik secara individu maupun kolektif, tampak enggan atau tidak sepenuhnya berkomitmen meninggalkan praktik-praktik yang Allah dan Rasulullah larang. Mulai dari riba, transaksi batil, serta menerapkan aturan selain Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Itu karena saat ini yang sedang terjadi betapa masyarakat telah terbiasa dan bergantung pada sistem yang ada yakni kapitalisme. Meskipun sistem tersebut bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Padahal, jika masyarakat dan pemimpin menerapkan syariat Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw., maka rahmat Allah akan turun kepada mereka. Penerapan syariat secara benar akan mendatangkan keberkahan dan kebaikan dari Allah bagi seluruh umat.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.