| 110 Views

Kerusakkan Sistemis, Hancurkan Pribadi Ibu

Oleh : Elly Waluyo
Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam

Penerapan sistem sekuler kapitalis sampai dengan saat ini hanya menghadirkan kehancuran dan kehinaan. Manusia laksana binatang yang hanya memiliki naluri namun tak memiliki akal. Cara pandang individunya terfokus pada pemuasan hawa nafsu belaka. Agama hanya sebatas ibadah mahdhah saja, sama sekali tak dikaitkan dengan kehidupan

Kehinaan tersebut menimpa seorang bocah usia sekolah dasar (SD) di kecamatan Kalianget Sumenep, dirinya digiring berulang kali oleh ibunya E untuk memenuhi nafsu bejat J (41)  seorang Kepala Sekolah Dasar berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil). AKP Widiarti selaku Kasi Humas Polres Sumenep menyatakan bahwa kasus tersebut terungkap setelah ayah korban mendapat informasi bahwa korban diajak ibunya yang juga berstatus PNS kerumah Kepala sekolah di Perum BSA Sumenep dengan alasan ritual penyucian diri. Dengan alasan ritual inilah pelaku kemudian mencabuli korban berulang kali, bahkan korban sempat dibawa ke hotel di Surabaya untuk disetubuhi. Kejadian tragis tersebut, menurut ayah korban, telah membuat anaknya mengalami trauma psikis. Anggota Resmob Polres Sumenep segera mengamankan 2 pelaku J dan E. Dan menjerat kedua pelaku dengan pasal 81  ayat (3) (2) (1), 82 ayat (2) (1) UU RI No. 17 Tahun 2016 perubahan atas UU No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak (https://kumparan.com : 1 September 2024).

Fenomena keji tersebut menunjukkan telah terjadi kerusakan masyarakat secara sistemis. Ibu yang seharusnya menjadi rahmatul bait dan pendidik pertama malah menjadi pelaku kekejian terhadap anaknya. Cara pandang negara pengemban sistem sekuler yang merupakan induk dari sistem kapitalis menjadikan kepuasan materi yang berasal dari nafsu sebagai tujuan utama yang sehingga menjauhkan agama dari kehidupan. Aturan yang digunakan berasal dari buah pikiran manusia yang lemah dan sarat hawa nafsu pula sehingga tak mampu menjerakan, mengikat apalagi mencegah.

Batasan perilaku hanyalah baik dan buruk atau benar dan salah yang diserahkan pada individu untuk menelaahnya. Informasi negatif mengelontor tanpa henti dalam berbagai media, belum lagi rakyat harus berkutat pada pemenuhan pembayaran pajak yang dibebankan negara, sebagai sumber pendapatan negara. Akibatnya fitrah ibu sebagai warahmatul bait tercabut karena dia seringkali harus ikut serta memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Hal inilah yang akhirnya membuat naluri seorang ibu tercabut.

Berbeda halnya dengan sistem Islam yang begitu sempurna mengatur segala aspek kehidupan termasuk perlindungan terhadap fitrah ibu. Ibu dalam Islam memiliki peran yang tetap yakni sebagai pendidik utama dan pertama bagi keluarganya. Seorang ibu yang memiliki kepribadian Islam terlahir dari sistem pendidikan berlandaskan akidah Islam, darinya akan terwujud generasi berkepribadian Islam pula.

Circle ini akan terus berlanjut jika sistem Islam ditegakkan oleh negara secara kaffah karena antar sistem saling berkaitan. Pendidikan life skill, kemandirian dan berdakwah yang terdapat dalam sistem pendidikan Islam membuat individu mampu memecahkan setiap masalah yang menimpa dirinya dan disekitarnya secara syariat. Negara menerapkan hukum syariat yang akan melindungi, membatasi, hingga menutup akses informasi yang mengancam akidah Islam.

Selain itu untuk melindungi fitrah ibu sebagai ummu warahmatul bait, maka negara memberikan jaminan lapangan pekerjaan yang luas bagi para suami, memberikan jaminan dan kontrol pasar terhadap harga kebutuhan pokok, memberikan kemudahan dalam mengakses bahkan gratis dalam layanan pendidikan dan kesehatan sehingga ibu tak lagi disibukkan meng-cover biaya dengan bekerja. Ridho Allah SWT merupakan satu-satunya tolak ukur perbuatan dalam membentengi diri dari perbuatan maksiat. Demikianlah Islam menjaga fitrah setiap komponen masyarakat dengan penjagaan yang kompleks dan sempurna.


Share this article via

44 Shares

0 Comment