| 85 Views
Kerukunan Beragama "Yes", Pluralisme "No"

Oleh: Agustina Ajeng
Muslimah Boyolali
Di tengah masyarakat yang majemuk, perbedaan keyakinan adalah keniscayaan. Islam hadir dengan ajaran yang menuntun umatnya untuk hidup berdampingan secara damai tanpa harus mencampuradukkan aqidah. Prinsip ini terangkum dalam firman Allah: “Lakum diinukum wa liya diin” (Untukmu agamamu, dan untukku agamaku). Ayat ini menjadi pijakan bahwa toleransi dalam Islam bukanlah kompromi iman, melainkan sikap menghargai perbedaan, membiarkan dan menghormati sembari menjaga keteguhan aqidah.
Saat toleransi melewati garis kebenaran, ia tak lagi jadi perekat, melainkan sumber masalah. Bahkan, bisa menjurus kepada rusaknya aqidah kaum Muslimin. Serangan pemikiran yang menimpa umat hari ini sungguh luar biasa, seperti yang terjadi di Boyolali.
Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia (RI), Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Boyolali menggelar touring lintas agama hingga melakukan aksi bersih-bersih rumah ibadah. Kegiatan dikuti sekitar 150 aparatur sipil negara (ASN) lintas agama dari Islam, Katolik, Kristen, Budha, dan Hindu. Miftah menjelaskan rangkaian kegiatan pertama kali mengunjungi sejumlah rumah ibadah yaitu masjid, gereja, wihara, dan pura. Di setiap rumah ibadah, lanjut Mittah, semua peserta melakukan penanaman pohon, pelepasan burung, hingga doa bersama. (Solopos.com , 3/8/2025)
Kegiatan semacam ini sekilas tambak indah dan kebersamaan. Namun, bagi seorang Muslim, touring lintas agama jelas haram. Keharaman pluralisme agama antara lain karena paham ini menyatakan bahwa semua agama benar. Oleh karena itu, tidak boleh ada monopoli atas klaim kebenaran termasuk oleh kaum muslim. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam.
Allah Swt tegas berfirman: "Sungguh agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali Imran [3]: 19)
"Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." (Abu Dawud, Sunan Ab Dawud)
Hadits ini peringatan keras bagi kaum Muslimin agar tidak ikut-ikutan dalam ritual atau perilaku kaum kafir, apa lagi menyatakan bahwasanya semua agama sama. Touring lintas agama dengan mengadakan doa bersama adalah betuk nyata pluralisme. Hal ini sangat berbahaya, karena menanamkan pemahaman bahwa semua agama sama dan benar, sedangkan hanya Islam agama yang di ridhai Allah.
Fakta bahwa kegiatan touring lintas agama ini justru difasilitasi negara melalui Kementrian Agama, ini menunjukan adanya pengaruh pemikiran Barat yang ditelan mentah-mentah oleh penguasa. Sehingga, pemikiran rusak ini meracuni benak umat sehingga mereka makin jauh dari Islam. Bahkan, sebagian berani menolak ajaran Islam, sedangkan ajaran kufur justru diambil dan dimuliakan dengan tujuannya mengguncan aqidah kaum Muslimin.
Semua ini berakar pada sistem sekuler, asasnya fasludhin anil haya yang memisahkan agama dari kehidupan. Dari sekulerisme lahirlah empat macam paham kebebasan: kebebasan berpendapat, kepemilikan, berperilaku, dan kebebasan beraqidah/beragama.
Ini yang mendorong umat bebas keluar masuk agama, bahkan melakukan ritual lintas iman yang jelas bertentangan dengan Islam. Mengakibatkan aqidah umat semakin rapuh karena terbiasa menyamakan Islam dengan agama lain.
Islam mengajarkan toleransi sesama antarumat beragama, tetapi batasan toleransi dalam Islam tidak boleh kebablasan. Islam menghormati tetangaa non-Muslim, menjaga hak mereka, melarang kezdoliman terhadap mereka, bahkan memerintahkan berbuat baik kepada mereka. Namun, Islam tidak pernah memperbolehkan doa bersama, janga sampai peristiwa ini menjadi pembenaran dengan dalih "toleransi dalam keragaman agama", apalagi dijadikan tameng untuk makin mengaruskan moderasi beragama.
Sesungguhnya telah sangat jelas bahwa touring lintas agama, dengan melakukan pembersihan tempat ibadah, doa bersama dengan alasan untuk menghormati ajaran agama lain atau toleransi, merupakan pemikiran yang sengaja dihembuskan oleh para pengusung moderasi beragama agar ide yang mereka tawarkan dapat diterima oleh umat Islam.
Ini semua merupakan toleransi kebablasan. Tujuannya adalah untuk semakin menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang lurus. Sudah seharusnya umat Islam waspada dari berbagai pihak yang hendak mengaburkan pemahaman Islam yang benar.
Toleransi dalam Islam merupakan prinsip yang kokoh, bukan sekadar mengikuti perkembangan zaman. Rasulullah mencontohkan hal ini ketika memimpin masyarakat Madinah yang terdiri dari berbagai agama dan suku. Melalui Piagam Madinah, beliau menetapkan aturan hidup berdampingan dengan adil, saling melindungi, serta menjaga keamanan bersama tanpa mengorbankan aqidah Islam.
Rasulullah SAW juga menunjukkan bahwa menghormati perbedaan tidak berarti mencampuradukkan ibadah. Beliau tetap tegas pada tauhid, namun tetap berbuat baik kepada non-Muslim, seperti menerima hadiah, menjenguk tetangga Yahudi yang sakit, hingga bermuamalah dengan mereka secara adil. Dari sini tampak jelas bahwa toleransi dalam Islam berlandaskan akhlak mulia dan keadilan, bukan kompromi dalam keyakinan.
Solusi bagi umat Islam saat ini adalah meneladani pola hidup Rasulullah, dengan menjaga keseimbangan antara aqidah dan interaksi sosial. Umat Islam harus mampu hidup damai, menjalin kerja sama dalam kebaikan, serta menghindari diskriminasi. Dengan begitu, nilai toleransi Islam akan menjadi jalan untuk membangun masyarakat harmonis, penuh kasih sayang, dan tetap berpegang teguh pada ajaran Allah SWT.
Wallahuàlam bisshowab
puji rahayu
1 month ago
Naudzubillah semoga kita termasuk golongan orang2 yg lurus 🤲🏼🤲🏼