| 77 Views
Kepungan Israel di Gaza Utara: 100 Hari Horor yang Menewaskan Lebih dari 5.000 Orang

CendekiaPos - Gaza – Setelah 100 hari serangan intensif dan pengepungan ketat di wilayah utara Gaza, angka korban jiwa terus meningkat. Lebih dari 5.000 warga Palestina tewas atau hilang, sementara 9.500 lainnya terluka akibat operasi militer Israel yang dimulai sejak awal Oktober.
Menurut Pemerintah Media Gaza, aksi militer ini merupakan bentuk “pembersihan etnis, pengusiran, dan penghancuran yang paling mengerikan,” yang berdampak pada ratusan ribu warga di wilayah konflik. Gaza utara kini berubah menjadi kawasan yang hancur lebur, penuh puing, dan hampir tak berpenghuni.
Wilayah yang Hancur, Hidup yang Terancam
Jurnalis Al Jazeera, Hind Khoudary, melaporkan bahwa Gaza utara kini menjadi “area hantu” dengan kehancuran yang begitu masif. Beberapa warga masih bertahan meski situasi semakin sulit.
“Warga Palestina menjadi sasaran sistematis di setiap tempat—di sekolah, tempat penampungan, kamp darurat, bahkan rumah sakit,” kata Khoudary.
Rumah Sakit Kamal Adwan, salah satu fasilitas kesehatan utama di Gaza utara, hangus terbakar setelah diserang oleh pasukan Israel pada akhir Desember. Direktur rumah sakit tersebut, Hussam Abu Safia, ditangkap, dan nasibnya hingga kini tidak diketahui.
Korban Anak-anak yang Meningkat Tajam
Dalam lima hari terakhir saja, 70 anak Palestina tewas, menurut laporan Layanan Pertahanan Sipil Gaza. Serangan udara Israel terus menghujani wilayah Gaza setiap hari, dengan target yang mencakup sekolah dan tempat perlindungan.
Pengepungan tidak hanya menciptakan kehancuran fisik, tetapi juga bencana kemanusiaan yang meluas. Ribuan keluarga harus bertahan di tenda-tenda darurat dalam kondisi dingin, tanpa makanan dan perlindungan yang memadai.
Upaya Gencatan Senjata dan Perlawanan Politik
Di tengah krisis ini, upaya negosiasi untuk gencatan senjata terus berlangsung. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengizinkan kepala badan keamanan Mossad dan Shin Bet untuk pergi ke Qatar demi mencapai kesepakatan terkait pembebasan tawanan. Presiden AS, Joe Biden, mendesak penghentian segera pertempuran dan peningkatan bantuan kemanusiaan.
Namun, Netanyahu menegaskan bahwa operasi militer Israel akan terus berlanjut meskipun kesepakatan tercapai. “Perang ini tidak akan berhenti,” ujar Netanyahu, sembari mengupayakan stabilitas koalisi pemerintahannya yang terancam oleh kelompok sayap kanan.
Situasi Kemanusiaan yang Memprihatinkan
Blokade ketat yang dilakukan Israel semakin memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza. Bantuan yang seharusnya masuk ditahan, sementara konvoi bantuan yang berhasil masuk sering kali menjadi sasaran penjarahan bersenjata.
Menurut UNICEF, hampir seluruh dari 1,1 juta anak di Gaza membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psikososial akibat trauma perang, pengungsian berulang, dan kondisi hidup yang sangat memprihatinkan. Selain itu, PBB melaporkan bahwa lebih dari 19.000 anak telah menjadi yatim piatu sejak perang dimulai 16 bulan yang lalu.
Korban Jiwa Wartawan dan Warga Sipil
Sejak awal perang, sedikitnya 203 jurnalis tewas akibat serangan Israel, termasuk beberapa korban yang gugur di awal tahun ini. Hingga kini, 46.565 warga Palestina telah tewas, dengan 28 di antaranya dilaporkan meninggal dalam sehari terakhir, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Seruan untuk Menyuarakan Keadilan
Pengepungan Gaza utara tidak hanya menjadi krisis kemanusiaan tetapi juga menggambarkan bagaimana perang modern semakin menghancurkan kehidupan sipil. Dunia internasional menghadapi tantangan besar untuk menghentikan siklus kekerasan ini dan membawa keadilan bagi mereka yang menjadi korban.
Bagi warga Gaza, harapan untuk hidup damai tampak semakin jauh. Sementara itu, panggilan untuk gencatan senjata atau terus melawan Israel dengan berjamaah tidak hanya menjadi isu politik, tetapi juga kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan nyawa ribuan orang yang terjebak dalam konflik ini.