| 34 Views
Kelaparan Sistemis di Gaza dan Janji Allah untuk Kebangkitan Umat

Oleh : Risqia Rahmi
Aktivis Dakwah
Gelombang kelaparan di Gaza telah melampaui batas. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan di jalur Gaza pada 13 Juli 2025, bahwa sedikitnya 18.592 anak Palestina tewas akibat serangan militer Zion*s sejak Oktober 2023. (metronews.com, 1/8/2025)
Tidak cukup dari situ, kini penderitaan rakyat Gaza seakan memasuki fase baru, yakni kelaparan sistemis yang dijadikan senjata genosida. Israel memblokade ketat terhadap bantuan kemanusiaan hingga dalam laporan World Food Programme (WFP) menyebutkan bahwa seluruh populasi penduduk Gaza yang berjumlah 2,1 juta jiwa terancam kelaparan dengan hampir 500.000 orang berada dalam kondisi kelaparan akut yang berdampak pada kematian. Kemudian Per Juli 2025, lebih dari 320.000 anak di Jalur Gaza, berisiko mengalami malnutrisi akut, dengan ribuan lainnya menderita malnutrisi akut berat. (wfpusa.org, 29/7/2025)
Ironisnya, sebagian besar Negara Arab dan Muslim, termasuk Mesir, Qatar, Arab Saudi, dilaporkan untuk pertama kalinya secara resmi turut mendesak Hamas untuk melucuti senjata dan menyerahkan kekuasaan atas jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (PA). Seruan tersebut disampaikan dalam deklarasi bersama yang diumumkan dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB di New York Selasa 29 Juli 2025. Deklarasi ini ditandatangani oleh 22 negara anggota Liga Arab seluruh Uni Eropa serta 17 negara lainnya, dan menjadi sinyal perubahan signifikan dalam sikap dunia Arab terhadap kelompok militan yang telah menguasai Gaza sejak 2007. (cnbc indonesia.com, 31/7/25)
Sementara Mesir, negara yang memiliki akses langsung ke Gaza justru memaksa Imam Besar Al Azhar, Ahmed El Toyeb, untuk mencabut pernyataannya tentang Zion*s, padahal dunia menyaksikan kelaparan sistemis menjadi senjata Zion*s Yahudi untuk genosida. (sindonews.com, 24/7/2025)
Di sisi lain, mulai banyak negara yang akan mengakui Palestina sebagai negara setelah semakin terlihat boroknya Zion*s Yahudi dan menyaksikan kejahatan yang tiada tara. Namun parahnya, kondisi para Penguasa Negeri-negeri Muslim saat ini seakan tidak melihat dan mendengar atas penderitaan Gaza. Mereka hanya diam seperti tidak ada ikatan keimanan yang menyatukan mereka dengan Muslim Gaza, padahal Allah Swt. telah mengingatkan ikatan ukhuwah islamiah sebagai landasan hubungan antar Muslim. Sayangnya, ikatan ini justru dilenyapkan oleh ambisi duniawi, bahkan para Pemimpin Negeri-negeri Muslim lebih takut kehilangan restu Barat daripada murkanya Allah Swt.
Akan berbeda kondisinya ketika Islam tegak di bawah naungan Khilafah sebagai solusi dari segala permasalahan kehidupan. Islam bukan sekadar agama ritual, Islam mempunyai berbagai solusi menyeluruh, termasuk bagaimana menyelamatkan sebuah negeri yang dijajah dan penduduknya dibuat kelaparan atau bahkan ditindas.
Dalam sistem Islam, Negara yang menerapkan syariat Islam secara kafah atau menyeluruh yakni Khilafah, akan menjadikan pembebasan wilayah Muslim yang terjajah sebagai prioritas utama. Khilafah akan mengirimkan bantuan militer, membuka perbatasan, membebaskan tanah-tanah yang dirampas, dan melindungi setiap jiwa kaum Muslim. Seperti dalam sejarah di bawah kepemimpinan Khalifah Al Mu'tashim. Beliau mengirim ribuan pasukan hanya karena seorang wanita Muslimah dilecehkan oleh Tentara Romawi. Berbeda dengan hari ini, ribuan wanita Gaza menjerit namun tak satu pun Tentara Muslim bergerak.
Oleh karena itu, berjuang mewujudkan kepemimpinan Islam adalah sebuah keharusan yang memang tidak mudah untuk segera diwujudkan, butuh waktu, dakwah, dan perjuangan. Tetapi bukan berarti mustahil karena sudah banyak ulama dan tokoh-tokoh Islam yang menyuarakan kembalinya kehidupan Islam yang menyeluruh dan memanfaatkan momentum genosida Gaza ini untuk membangkitkan Umat dan mewujudkan kemuliaan Umat.
Dengan demikian, penindasan atas Palestina menunjukkan urgensi Khilafah. Tanpa kepemimpinan seorang Khalifah (pemimpin dalam negara Khilafah), Negeri-negeri Islam bertindak berdasarkan kepentingan nasional, bahkan sampai mengkhianati Palestina dengan membantu Israel dan Amerika Serikat. Peristiwa ini tidak akan terjadi jika ada Khilafah. Negara Islam akan mencegah segala tindakan ini dengan berbagai jalan dan tentunya sesuai syariat.
Maka, solusi dari masalah Gaza ini adalah tegaknya kembali kepemimpinan Islam yang mempersatukan Umat dan melindungi seluruh Kaum Muslim. Karena tanpa Khilafah, Umat Islam laksana anak ayam kehilangan induknya, seperti buih di lautan, yang banyak tetapi tidak berdaya dan lemah. Karena sejatinya, seorang pemimpin di dalam Islam menyadari sepenuhnya bahwa amanah yang dipikulnya kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt.
Wallahu a'lam bish shawab