| 84 Views

Kelaparan Sistemik Cara Baru Genosida Gaza, Umat Harus Terus Suarakan Solusi Hakiki

Oleh: Riska Adeliana, S.Hum

Hari ini Gaza diambang kelaparan masal. Makanan tidak lagi menjadi hak yg harus dipenuhi. Tetapi hanyalah keinginan yang harus dipenuhi. Seorang ibu hanya bisa berbisik tentang makanan, dan anak-anaknya membayangkan sampai mereka tertidur.

Bayi yang baru lahir mengalami penurunan kesehatan drastis akibat tidak adanya stok susu formula. Begitu juga kesehatan, pakaian dan kebutuhan lainya. Begitulah nasib saudara seiman kita. Akibat sekat Nasionalisme, kita tidak bisa memberikan bantuan,  mengirimkan militer dll.

Menurut otoritas kesehatan di Gaza, lebih dari 59.000 warga Palestina  tewas di Gaza sejak 7 Oktober 2023, terhitung setidaknya 113 orang yang meninggal  dunia karena kelaparan.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pada Rabu bahwa blokade Israel telah mendorong Gaza ke ambang "kelaparan dahsyat."

Philippe Lazarini, kepala badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA), telah meminta Israel untuk mengizinkan akses bagi 6.000 truk bantuan yang saat ini tertahan di Mesir dan Yordania.

Sementara itu, para pejabat Israel menuduh Hamas dan kelompok bersenjata lainnya menimbun pasokan dan menyerang warga sipil di titik-titik distribusi. Republika.co.id, ( 26/7/2025 )

Dunia Diam

Yang lebih menyakitkan adalah para penguasa negeri muslim hanya diam, menjadi penonton genosida di Gaza. Padahal rakyat di berbagai penjuru dunia terus menerus menyuarakan dukungan pada Palestina dan mengecam perbuatan entitas Yahudi.

Bukan hanya itu saja, para penguasa Arab malah dengan suka rela menerima tawaran dari Trump dan Netanyahu untuk melakukan normalisasi hubungan zionis Yahudi melalui Aliansi Abraham.

Hal ini adalah bentuk pengkhianat penguasa Arab terhadap Gaza, Baitul maqdis, kaum muslim dan terhadap Allah dan Rasulnya.

Kebiadaban Zionis Yahudi makin meningkat, bahkan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, seolah mereka bukan manusia, membiarkan krisis kelaparan yang sangat mengerikan. Bahkan nampak  bahwa kelaparan sebagai cara genosida baru. Gaza, dengan 2 juta jiwa yang terjebak dalam blokade, merasakan kelaparan hebat.

Sejak gencatan senjata enam pekan gagal diperpanjang dan Israel memberlakukan blokade penuh pada 2 Maret 2025, truk bantuan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang nyaris simbolik. Menjadikan kelaparan sebagai alat genosida adalah cara yang sangat keji.

Makin nyata, bahwa kekejaman Zionis tak mempan hanya dengan retorika, dan bantuan kemanusiaan. Apalagi zionis senantiasa dibela AS dan veto AS. Mandulnya PBB makin nyata. Pemimpin muslim sudah mati rasa, abai pada seruan Allah dan RasulNya.

Umat Islam telah termakan propaganda Barat sehingga menjadi lemah. Sejatinya itu hanyalah ilusi, yang ditanamkan oleh para penguasa yang berkhianat, hingga pasukan umat, para ulama, dan rakyatnya pun menyerah. Padahal umat memiliki kekuataan luar biasa yang bersumber dari akidah yang kokoh. Sejarah panjang telah membuktikan bahwa umat Islam memiliki kekuatan besar yang mampu menjadikan Khilafah sebagai negara adidaya.

Situasi hari ini harus digunakan sebagai sarana untuk menyadarkan umat akan solusi hakiki untuk Palestina, yaitu jihad dan tegaknya Khilafah.

Penyadaran harus terus dilakukan dan makin ditingkatkan seiring dengan bukti nyata kejahatan Zionis.

Jamaah dakwah ideologis harus terus memimpin umat untuk mengembalikana kemuliaan yang akan terwujud ketika Khilafah tegak kembali. Kebangkitan pemikiran Umat harus diwujudkan sehingga akan terus berjuang mengikuti thariqah dakwah Rasulullah saw.

Para pengemban dakwah harus meningkatkan ketrampilan dalam berinteraksi dengan umat, dengan cara menggugah perasaan dan pikiran, meningkatkan keyakinan dan istiqamah di jalan dakwah yang ditempuh Rasulullah.

Selain itu terus mendekatkan diri pada Allah sembari melayakkan diri menjadi hamba Allah yang layak mendapat pertolongan Allah.

Wallahu'alam


Share this article via

35 Shares

0 Comment