| 16 Views

Kelak Anak Gaza Akan Bertanya, Dimana Kita Saat Mereka Bertaruh Nyawa?

Oleh: Rahmawati Ayu Kartini
Pemerhati Sosial

Sudah 17 bulan berlalu sejak 7 Oktober 2023, perhatian umat Islam mulai berkurang terhadap Palestina. Ini terlihat dari berita palestina yang makin menurun di sosial media. Yang istiqomah terus menyebarkan beritanya, namun sebagian besar mulai merasa terbiasa dan beralih perhatian ke urusan lain.

Mereka diam, karena beranggapan upayanya tidak berkontribusi positif terhadap persoalan Gaza. Israel justru malah membabi-buta melakukan serangan. Blokade bantuan justru diperpanjang sejak 2 Maret 2025 (63 hari). Seolah upaya mereka tidak membutuhkan hasil.

Padahal, diam berarti berkontribusi terhadap penderitaan anak-anak Gaza. Kelak di akhirat mereka akan menuntut mereka yang diam, kemana umat Islam ketika mereka sedang bertaruh nyawa?

Diam sama saja terlibat

Realitanya, kita sedang menyaksikan kehancuran yang tak terbayangkan pada tubuh dan pikiran anak-anak Gaza. Mereka kelaparan, hidup dalam kondisi yang tak manusiawi, dan dipaksa membayar harga atas konflik yang bukan mereka buat.

Masih segar dalam ingatan bagaimana tubuh-tubuh kecil mereka hancur berkeping-keping, berterbangan di udara karena bom Israel. Bagaimana antrian panjang mereka dalam mendapatkan sedikit makanan..

Jika kita tidak melakukan sesuatu, kita sama-sama terlibat dalam membuat penderitaan terjadi di Gaza. Kita adalah bagian dari apa yang terjadi di depan mata kita. Setiap tindakan yang tidak diambil, setiap langkah yang diabaikan, berkontribusi pada kekejaman ini.

Anak-anak Gaza tidak seharusnya membayar harga atas dosa atau kegagalan yang dilakukan oleh orang lain di sekitar mereka. Mereka seharusnya tidak hidup dalam ketakutan, kelaparan, dan penderitaan.

Ini adalah panggilan bagi setiap hati yang berpikiran benar untuk bangkit dan mengatakan dengan tegas, "Ini harus dihentikan." Tidak ada lagi alasan untuk menunda, tidak ada lagi ruang untuk diam. Keberanian untuk bertindak sekarang adalah yang akan menentukan apakah kita masih bisa mengembalikan sedikit harapan bagi generasi mendatang.

Standar iman akhir zaman

Iman penduduk Palestina (Syam) bisa dikatakan menjadi standar iman di akhir zaman, dimana kerusakan moral merajalela. Hal ini berdasarkan hadits berikut ini:

“Sesungguhnya saya melihat seakan-akan tonggak al Kitab telah tercabut dari bawah bantalku. Maka, aku mengikutinya dengan pandanganku. Tiba-tiba terdapat cahaya terang-benderang yang mengarah menuju Syam. Ketahuilah, sesungguhnya iman, apabila telah terjadi beragam fitnah, berada di Syam“. [Shahihut-Targhib wat-Tarhib, no. 3092].

Iman penduduk Palestina dikabarkan oleh Rasulullah saw akan tetap istiqomah, walaupun fitnah akhir zaman makin besar.

"Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yg teguh di atas kebenaran melawan musuh mereka. MEREKA SEPERTI BEJANA DI ANTARA PARA PEMAKAN, sampai datang keputusan Allah mereka tetap dalam keadaan demikian."

Kami bertanya, "Di mana mereka ya Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Di penjuru Baitul Maqdis."

Ya, begitulah keadaan mereka sekarang, bagai hidangan siap santap dari semua sisi. Teman-teman mereka sesama muslim meminta mereka menyerah dan meletakkan senjata, bahkan berharap dan berdoa untuk memusnahkan mereka, dan menuduh merekalah penyebab semua kehancuran. Namun kita saksikan Gaza tetap kuat, Gaza tetap tangguh, dan tidak lemah. Bahkan tidak pernah terucap kata menyerah dari para pejuangnya.

Kalimat yang sering luput dari perhatian banyak orang yg membaca hadits ini adalah:

"Sampai datang urusan Allah sementara mereka TETAP DALAM KEADAAN SEPERTI ITU" Artinya mereka tidak akan menyerah. Sementara sebagian orang yang hatinya berpenyakit sudah mengira Allah pun sudah tak mempedulikan mereka lagi.

Apa yang bisa kita lakukan untuk Gaza?

Ustadz Husein Gaza pernah berkata, umat Islam yang masih terus memperhatikan persoalan Gaza dengan serius, kurang lebih imannya sama dengan penduduk Gaza. Karena menurut beliau, umat Islam ini satu tubuh. Jika satu bagian tubuh terasa sakit, tentu bagian yang lain akan merasakan hal yang sama.

Masya Allah, bagaimana dengan kita? Apakah kita masih terus memperhatikan Gaza atau sudah bosan? Apakah kita masih semangat boycot McDonald's atau balik makan lagi karena tak tahan dengan lezatnya McDonald's? Inilah cerminan iman kita.

Banyak yang bertanya, apa yang bisa kita lakukan untuk Gaza? Selain boycot produk Israel, donasi, dan berdoa, kita juga bisa menyebarkan berita tentang Gaza lewat sosial media serta menjelaskan secara langsung bahwa  persoalan Palestina tidak akan pernah selesai selama tidak ada kekuatan militer yang bisa dikirim ke Palestina untuk menandingi Israel. Kekuatan militer ini hanya bisa terwujud dengan adanya khalifah umat Islam, yang akan memimpin jihad melawan Israel.

Hal ini telah terbukti dalam sejarah, bahwa hanya dengan khilafah-lah Israel dapat dikalahkan. Mereka gemetar ketakutan di depan khalifah. Bahkan saat ini sedang viral pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu, bahwa Israel tidak akan membiarkan khilafah tegak kembali di wilayah Mediterania!

Namun tentu semua itu akan sulit dilakukan sendirian. Karena manusia adalah mahluk yang lemah, akan kuat jika bersama dengan yang lain. Maka upaya harus dilakukan secara berjamaah, sambil memberi pencerahan (dakwah) pada umat Islam akan pentingnya khilafah.

Seorang yang berbuat tanpa landasan iman, akan mudah menyerah dan berhenti berupaya.
Namun bagi seorang mukmin yang kuat kepribadian Islamnya, persoalan Gaza baginya adalah bagian dari agamanya. Karena ini adalah perintah Allah dan RasulNya. Sebagaimana hadits berikut ini:

"Barangsiapa bangun pagi dan tidak memikirkan urusan umat ini, maka ia bukan termasuk golonganku." (HR. Ahmad)

Allah juga berfirman bahwa umat Islam adalah bersaudara, sebagaimana dalam Surah Al Hujurat ayat 10:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.."

Dari sini jelaslah bahwa persoalan Gaza adalah bagian dari agama Islam dan kaum muslimin. Adalah suatu kemaksiatan jika seorang muslim lalai dan tidak perhatian atas masalah Gaza. Ini sama dengan melalaikan salah satu kewajiban syariat Islam.

Karena itu wajar jika anak-anak Gaza  bertanya, dimana umat Islam.. ketika mereka dalam kondisi antara hidup dan mati. Kelak di akhirat mereka akan menuntut bagi mereka umat Islam yang diam dan tidak peduli dengan persoalan Palestina.

Wallahu a'lam bishowab.


Share this article via

0 Shares

0 Comment