| 38 Views

Kebrutalan Zionis Semakin Tak Terbendung, Umat Harus Menggaungkan Solusi Hakiki

Oleh : Rani
Pegiat Literasi

Serangan udara Israel terhadap Rumah Sakit Nasser di Gaza pada Senin (25/8/2025) menewaskan sedikitnya 15 orang, termasuk empat jurnalis, menurut pejabat kesehatan Palestina. Salah satu korban adalah Hussam al-Masri, juru kamera sekaligus kontraktor Reuters, yang tewas dalam serangan pertama.

Fotografer Hatem Khaled, juga dari Reuters, mengalami luka dalam serangan kedua. Menurut saksi mata, serangan kedua terjadi setelah tim penyelamat, jurnalis, dan warga mendatangi lokasi serangan pertama. Rekaman siaran langsung Reuters dari rumah sakit, yang dioperasikan oleh Masri, tiba-tiba terputus tepat saat serangan itu terjadi. (Beritasatu.com, 25/8/2025)

Mengapa Dunia Bungkam?

Zionis Yahudi semakin memasifkan aksinya untuk menguasai tanah Gaza, Palestina. Mereka tidak hanya memblokade makanan serta obat-obatan, tetapi juga berusaha membungkam para jurnalis agar kebenaran tidak tersebar. Bom dijatuhkan bukan hanya ke pemukiman, tetapi juga ke rumah sakit dan titik berkumpulnya jurnalis.

Seorang relawan penyelamat juga termasuk dalam daftar korban. Dagga diketahui sempat bekerja sebagai jurnalis lepas untuk Associated Press, sementara Salama adalah fotografer dan kameramen Al Jazeera. Kematian Salama telah dikonfirmasi oleh jaringan berita tersebut.

Serikat Jurnalis Palestina mengecam keras serangan itu. Mereka menyebutnya sebagai perang terbuka terhadap media independen, dengan tujuan menakut-nakuti jurnalis dan mencegah mereka menjalankan tugas profesional untuk mengungkap kejahatan kepada dunia. Menurut data Serikat Jurnalis Palestina, lebih dari 240 jurnalis Palestina telah tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Meski demikian, dunia tetap bungkam dengan kondisi yang terjadi di Gaza. Bahkan, para pemimpin Arab seolah menyetujui perbuatan Zionis terhadap warga Gaza. Mereka dengan patuh mengikuti perintah sekutu Israel untuk menutup akses bantuan, membuat penderitaan rakyat Gaza semakin terpuruk.

Tragedi di Rumah Sakit Nasser membuka mata kita bahwa Zionis tidak sekadar melakukan agresi militer, tetapi juga melancarkan perang informasi. Serangan terhadap jurnalis dan relawan menunjukkan bahwa Israel ingin menutup kebenaran dari mata dunia. Mereka memahami betul kekuatan opini publik. Jika dunia terus-menerus melihat penderitaan rakyat Gaza, maka simpati global akan semakin kuat dan legitimasi mereka sebagai penjajah akan runtuh.

Namun yang lebih menyedihkan, dunia internasional justru menunjukkan sikap selektif. Ketika sebuah negara kecil melakukan pelanggaran, sanksi cepat dijatuhkan. Tetapi ketika Israel melakukan kejahatan perang berulang kali, mereka dilindungi oleh negara-negara besar. Dukungan politik, ekonomi, bahkan militer dari Amerika Serikat dan sekutunya membuat Israel merasa kebal hukum internasional. Standar ganda ini memperlihatkan betapa rapuhnya sistem dunia saat ini yang dikuasai kepentingan politik negara-negara adidaya.

Di sisi lain, kelemahan dunia Islam juga menjadi faktor utama. Palestina adalah tanah suci, tanah para nabi, bahkan terdapat Masjid Al-Aqsa yang menjadi kiblat pertama umat Islam. Namun, negeri-negeri Muslim justru tercerai-berai oleh sekat nasionalisme dan kepentingan politik sempit. Para pemimpin Arab banyak yang memilih diam atau bahkan ikut menutup akses bantuan, karena takut berhadapan dengan tekanan dari Barat. Padahal seharusnya mereka berdiri di barisan terdepan membela saudara seiman.

Inilah yang membuat umat Islam semakin kecewa. Mereka melihat bahwa penderitaan rakyat Gaza tidak hanya disebabkan oleh bom dan senjata Israel, tetapi juga oleh pengkhianatan pemimpin-pemimpin Muslim yang tidak menggunakan kekuasaan mereka untuk melindungi umat. Palestina pada akhirnya menjadi yatim piatu di tengah dunia yang penuh dengan kepura-puraan kemanusiaan.

Solusi Jalan Hakiki untuk Palestina

Dunia harus tetap bersuara. Palestina bukanlah tanah kosong, melainkan tanah kelahiran para nabi yang menjadi kewajiban umat Muslim untuk menjaganya.

Dari semua kenyataan ini, jelas bahwa solusi bagi Palestina tidak bisa hanya mengandalkan doa, kecaman diplomatik, atau resolusi PBB. Semua itu telah berulang kali dilakukan, tetapi tidak pernah menghentikan kebrutalan Israel. Mereka hanya takut pada kekuatan nyata umat Islam.

Langkah awal yang harus ditempuh adalah membangkitkan kesadaran umat. Umat Islam harus sadar bahwa Palestina bukan sekadar isu kemanusiaan, tetapi bagian dari iman dan kehormatan. Suara dakwah, tulisan literasi, dan media alternatif harus terus digencarkan untuk membuka mata dunia. Kebenaran tidak boleh berhenti disuarakan, bahkan ketika musuh berusaha membungkam dengan kekerasan.

Selanjutnya, umat Islam harus menekan para pemimpin negeri Muslim agar menghentikan segala bentuk normalisasi dengan Israel. Normalisasi hanyalah bentuk pengkhianatan terhadap darah syuhada Palestina. Umat harus mendesak agar blokade dicabut, bantuan dibuka selebar-lebarnya, dan kerja sama dengan penjajah dihentikan. Jika tekanan rakyat semakin besar, maka pemimpin Muslim tidak bisa lagi berpura-pura buta dan tuli.

Namun, semua itu tetap belum cukup. Sejarah menunjukkan bahwa penjajahan hanya bisa diakhiri dengan perlawanan. Hanya jihad yang benar-benar ditakuti Zionis. Dengan jihad, umat Islam bersatu melampaui sekat nasionalisme yang telah lama melemahkan mereka. Tetapi jihad yang sesungguhnya membutuhkan payung kepemimpinan yang mampu mengorganisir kekuatan umat secara global.

Inilah mengapa khilafah menjadi solusi hakiki. Khilafah bukan sekadar nostalgia sejarah, melainkan kebutuhan nyata umat untuk menghadapi musuh yang terorganisir dengan baik. Khilafah memiliki otoritas untuk memimpin jihad, menggalang diplomasi internasional, mengelola sumber daya, dan mengerahkan kekuatan militer dalam membebaskan tanah Palestina. Tanpa kepemimpinan yang menyatukan, perjuangan umat akan selalu terpecah-pecah dan mudah dipatahkan.

Palestina adalah ujian besar bagi umat Islam hari ini. Apakah kita rela melihat tanah para nabi terus diinjak-injak, ataukah kita siap bangkit dengan solusi hakiki yang Allah janjikan? Dunia boleh bungkam, pemimpin boleh berkhianat, tetapi umat Islam tidak boleh menyerah. Saatnya menggaungkan kembali jihad dan khilafah sebagai jalan pembebasan, karena hanya dengan itu Palestina akan merdeka secara hakiki.

Wallahu'alam


Share this article via

18 Shares

0 Comment