| 13 Views

Kasus Raya, Bukti Buruknya Pelayanan Kesehatan Dalam Sistem Kapitalisme

Oleh: Kiki Puspita

Kasus kematian balita 4 tahun bernama Raya di Sukabumi, Jawa Barat yang meninggal dunia viral di mensos dan membuat kita semua berduka. Bagaimana tidak, video yang menunjukan tubuh bocah tersebut dipenuhi cacing bukan hanya satu, tapi ribuan cacing sungguh menyayat hati kita. Tak tergambarkan bagaimana rasa sakit yang Raya alami saat itu. Dalam perawatannya Raya juga teridentifikasi terkena TBC, hingga ia pun akhirnya meninggal dunia pada 22 Juli 2025.

Raya di evakuasi oleh tim Rumah Teduh Sahabat pada Ahad (13-7-2025) dalam kondisi tidak sadarkan diri. Mirisnya, tim relawan sempat mengalami kesulitan saat mengurus biaya rumah sakit karena Raya tidak terdaftar sebagai penerima bantuan BPJS.

Anggota Komisi lX DPR Netty Prasetiya menyampaikan keprihatinan dan duka cita atas meninggalnya seorang balita akibat infeksi cacing di Sukabumi, Jawa Barat. Menurutnya, peristiwa tersebut menjadi tanda bahwa sistem perlindungan sosial belum menjangkau seluruh masyarakat kecil. ''kita tidak boleh menunggu tragedi serupa terulang untuk melakukan perbaikan,'' ujar Netty dalam keterangannya, Jum'at (22/8/2025). (Dilansir dari KOMPAS.com).

Kasus Raya hanyalah salah satu kasus ironis yang terjadi di negeri ini. Seperti puncak gunung yang hanya sisi atasnya saja terlihat, sementara kasus-kasus yang tidak terpublikasikan yang ada di bagian bawah gunung tidak perna di bahas. Dari kasus-kasus yang terjadi dalam dunia kesehatan saat ini, seperti kasus yang terjadi pada Raya harus nya sudah cukup membuktikan kepada kita semua bahwa sistem saat ini, sistem kesehatan sekulerisme terbukti telah gagal dalam menjamin kesehatan bagi masyarakatnya.

Mekanisme layanan kesehatan dalam sistem kapitalisme saat ini hanya dijadikan bisnis untuk mendapatkan keuntungan, tanpa memperhatikan kesehatan masyarakat. Layanan kesehatan yang ada masih sebatas formalitas dengan prosedur yang rumit. Sehingga membuat layanan tidak bisa di dapatkan oleh semua kalangan masyarakat, terlebih lagi masyarakat kalangan miskin.

Dalam sistem kapitalisme saat ini memunculkan kesenjangan sosial yang sangat tinggi di kalangan masyarakat. Sehingga menjadikan rakyat miskin tidak mampu hidup dengan sehat, asupan makanan yang sehat, lingkungan hidup yang sehat, serta hunian yang layak.

Mirisnya lagi, yang mengevakuasi Raya bukanlah pihak yang semestinya bertanggung jawab, bukan juga tetangga atau masyarakat sekitar. Ayah Raya sakit-sakitan, sedangkan ibunya adalah Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Namun, yang mengevakuasi adalah satu komunitas tim relawan peduli yang menceritakan bahwa mereka mengalami kesulitan mengurus biaya rumah sakit karena Raya tidak terdaftar sebagai penerima bantuan BPJS kesehatan. Lalu, ke mana aparat setempat yang bertanggung jawab terhadap masyarakatnya yang tidak mampu dan punya kebutuhan mendesak? Mengapa juga pihak pemerintah baru merespons dan akan memberi sanksi para aparat setempat setelah kejadian berlangsung.

Inilah fakta nyata rusak dan buruknya sistem pelayanan kesehatan dan jaminan kehidupan dalam sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini. 

Tragedi kehidupan semisal kasus Raya ini tidak akan terjadi dalam kehidupan yang menerapkan sistem Islam yaitu Negara Khilafah. Kesehatan adalah hak setiap rakyat, kebutuhan pokok masyarakat yang wajib, Maka akan dipenuhi langsung oleh negara.

Segala upaya yang bisa mewujudkan kondisi sehat, yaitu sehat fisik, mental, dan kesehatan umum (lingkungan, tempat tinggal, sanitasi, dll.) telah diamanahkan oleh Islam kepada negara melalui kerja aparat dari level pusat (khalifah) hingga daerah (hakim dan wali) dan unit pelaksana teknis kesehatan di lapang.

Setiap aktivitas pelayanan kesehatan tidak dipandang sekadar untuk memenuhi kebutuhan, tetapi bernilai ibadah sehingga semua petugas bertindak amanah dan bertanggung jawab.

Khilafah dalam sistem Islam akan menyediakan semua sarana untuk pengobatan dan rehabilitasi, serta mengeluarkan dana untuk mengurusi pasien dan kebutuhan masyarakat agar penyakit tidak menyebar. Semua pasien diperlakukan sama, baik kaya ataupun miskin, punya dokumen atau tidak. Mereka berhak langsung ditangani tanpa syarat administrasi.

Bukan hanya mengobati, tetapi juga menjaga agar rakyat tidak jatuh sakit akibat buruknya sanitasi, gizi, dan lingkungan. Struktur pelayanan pun terorganisir dari pusat hingga desa sehingga kasus tidak pernah luput dari pantauan. 

Keterkaitan penanganan kasus semisal Raya dalam Khilafah, akan ada deteksi dini terhadap sanitasi rumah dan lingkungan. Jika ada keluarga tidak mampu, negara akan menyediakan rumah dengan sanitasi layak, air bersih, dan menghilangkan faktor penyebaran cacing, bakteri, virus, dll. Untuk penanganan penyakitnya akan diberikan obat rutin gratis dengan pengawasan langsung institusi kesehatan daerah dan berkelanjutan.

Semua layanan kesehatan pasien, akan ditanggung oleh kas negara (Baitul mal). Tidak akan ditolak atau tertunda penanganannya hanya karena keluarga miskin. Begitu ada kasus luar biasa (cacing keluar dari tubuh), dokter segera melakukan investigasi epidemiologis, adakah kasus serupa di desa itu. Ahli kesehatan masyarakat akan dikirim untuk memeriksa lingkungan sekitar, seperti sekolah, rumah, dan tetangga agar wabah tidak meluas.

Begitu pula, karena orang tua Raya sakit, maka Khilafah akan menjamin nafkah,serta tempat dan pendidikan anak-anak lainnya. Jika ada anak sampai meninggal karena kelalaian ri‘ayah (pengurusan), maka pejabat lokal (wali, amil kesehatan) akan dimintai pertanggungjawaban langsung oleh Khalifah. Dalam sejarah, Khalifah Umar bin Khaththab ra. bahkan menanggung langsung rakyat yang lapar.

Dalam sistem Islam Khilafah akan menjalankan proses pelayanan kesehatan dengan pencegahan sistemis, pengobatan gratis, cepat, dan birokrasi sederhana. Negara pun bertanggung jawab atas nafkah keluarga agar mendapat sandang, pangan, papan, dan lingkungan hidup yang cukup, baik, dan sehat sehingga tidak ada fenomena kemiskinan ekstrem yang sistemis.

Melalui mekanisme tersebut, kasus tragis seperti Raya hampir mustahil terjadi. Kalaupun ada penyakit berat, anak akan mendapat layanan medis terbaik sejak awal, tanpa harus terbentur biaya, dokumen, atau keterlambatan birokrasi.

Waaulohua'lam bissawab.


Share this article via

9 Shares

0 Comment