| 19 Views
Kasus Filisida Maternal, Potret Kesehatan Mental Ibu Yang Terabaikan
Oleh : Teti Banowati
Pendidik
Baru-baru ini, publik dikejutkan oleh kasus tragis di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat di mana seorang ibu berinisial EN (34) ditemukan bunuh diri setelah diduga meracuni kedua anaknya yang berusia 9 tahun dan 11 bulan (metrotvnews.com , 9/9/25).
Sebelumnya, di bulan Agustus 2025 telah terjadi kasus yang hampir sama. Dua anak perempuan kakak beradik berusia 6 dan 3 tahun ditemukan tewas di Pantai Sigandu, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Ibunya berinisial VM (31) ditemukan bersembunyi di dalam toilet portabel di sekitar lokasi kejadian, setelah dia selamat dari usaha bunuh diri dengan cara menenggelamkan dirinya bersama anak-anaknya ke laut (metrotvnews.com, 9/9/25).
Banyaknya kasus serupa yang terjadi belakangan ini sungguh sangat memprihatinkan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa kasus ini terkategori filisida maternal. Filisida maternal adalah tindakan orang tua yang membunuh anaknya sendiri dalam keadaan sadar sebelum kemudian dirinya bunuh diri. Hal ini bisa terjadi pada seorang ibu ataupun ayah karena berbagai faktor psikologis yang mengganggu atau boleh jadi fenomena ini bersifat multidimensional, dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial-ekonomi, serta minimnya dukungan kesehatan mental.
Banyak ibu yang sudah memiliki anak mengalami depresi, stres berkepanjangan, atau gangguan mental lain yang tidak terdiagnosis. Hal ini menurunkan kemampuan berpikir rasional dan memunculkan distorsi kognitif-pikiran salah yang terasa benar bagi pelaku.
Disisi lain, permasalahan sosial ekonomi menjadi pemicu meningkatnya kasus filisida maternal. Masalah ekonomi misalnya, terutama utang keluarga, menjadi pemicu signifikan. Beban ini bukan sekadar soal materi, tetapi juga menimbulkan rasa malu, tekanan sosial, hingga perasaan gagal menjalankan peran sebagai istri dan ibu.
Seorang ibu semestinya menjadi sosok yang paling besar kasih sayangnya pada anak. Peran ibu sejatinya melindungi dan menjadi garda terdepan bagi keamanan dan kenyamanan anak-anaknya.
Maka jika seorang ibu tega membunuh anaknya, dipastikan kejiwaannya telah terganggu. Faktornya bisa berupa beban berat akibat persoalan ekonomi keluarga, persoalan rumah tangga, dan sebagainya.
Kasus filisida maternal, tidak bisa dilihat hanya dari aspek individu ibu yang dianggap hilang naluri keibuannya. Tidak pula hanya persoalan keluarga. Masalah tersebut kian kompleks karena problematika ini bersifat sistemis. Ketika sistem ini sakit, dipastikan akan sakit pula siapa pun yang hidup di dalamnya.
Kasus filisida ini tidak hanya dipandang dari sisi kriminal, melainkan juga sebagai refleksi kegagalan sistem kesehatan mental dalam memberikan dukungan yang memadai.
Mengapa kasus filisida maternal dan kasus kejahatan lain yang mengabaikan tentang tak berharganya nyawa manusia semakin lama semakin marak? Itu karena penerapan sistem yang dipakai di negara ini dan negara-negara lainnya adalah sistem kapitalis - sekulerisme.
Di negara kapitalis hanya yang kaya dan para pemilik modal lah yang akan menikmati segala fasilitas negeri, sementara rakyat dipaksa untuk tetap hidup dan bertahan dalam kehidupan yang semakin sulit dan terjepit.
Lapangan pekerjaan bagi laki-laki sulit, sehingga memaksa para istri bekerja untuk membantu suaminya. Begitupula perempuan yang tidak memiliki suami yang menafkahi, mereka harus banting tulang menghidupi keluarganya seorang diri, tanpa bantuan pemerintah, dan negara abai.
Dalam Islam, ibu memiliki kedudukan yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari ayah, yang dibuktikan dengan tiga kali penyebutan ibu dalam sabda Rasulullah SAW sebelum ayah, dan perintah untuk berbakti kepadanya.
Keistimewaan ini didasari pengorbanan ibu dalam mengandung, melahirkan, dan merawat anak, serta peranannya sebagai guru dan panutan utama.Ibu adalah guru pertama yang menanamkan nilai-nilai keimanan dan akhlak kepada anak-anaknya.
Ibu menjadi panutan yang kuat bagi anak-anaknya dan memberikan dampak abadi melalui kasih sayang, kesabaran, dan pengorbanannya. bahagia menjalankan fungsi keibuannya. Ia tidak dituntut mencari nafkah, bahkan dijamin nafkahnya melalui jalur suami dan para wali. Selama hamil dan menyusui juga boleh tidak berpuasa sebagai perlindungan atas kesehatannya dan bayinya.Itulah salah satu bukti bahwa Allah sangat melindungi dan menjaga peran seorang ibu.
Perempuan juga dimuliakan dalam kapasitasnya sebagai seorang ibu. Penguasa wajib untuk memastikan para ayah dan suami bisa bekerja mencari nafkah. Pendidikan dan kesehatan akan gratis sehingga beban kehidupan ibu akan menjadi ringan. Naluri keibuannya bisa berkembang sempurna dan ia jalankan juga secara sempurna.- Dengan demikian, seorang ibu untuk menjadi ibu yang sempurna, membutuhkan adanya sistem kehidupan yang mendukungnya.
Sistem yang seperti ini hanya ada di dalam Islam.Islam adalah agama yang sempurna, yang bisa menjadi solusi dalam memecahkan segala permasalahan dalam kehidupan. Islam bukan hanya sebagai 'Din' yang hanya mengurusi masalah ibadah dan ahlak saja, tapi islam adalah ideologi yang di dalamnya terdapat seperangkat aturan dan sistem yang mencakup semua bidang, seperti siyasah (politik), sistem pemerintahan, peradilan, sistem sanksi (uqubat), jihad, militer, sistem ekonomi, dll.
Islam adalah pedoman hidup yang akan membimbing manusia ke jalan yang benar yang diridhoi Allah SWT. Sudah saatnya manusia kembali kepada sistem islam dan Al Qur’an sebagai tuntunan yang sempurna. Menjadikan Al Qur’an dan sunnah sebagai dasar hukum dari segala perbuatan. Menjalankan syariah islam secara kaffah, sebagai hukum, dasar ibadah, dan pedoman hidup yang akan menyelamatkan bangsa ini dan seluruh umat manusia di dunia.
Wallahu 'alam bishowab