| 427 Views
Kasus DBD Mengancam Keselamatan Generasi, Tanggung Jawab Siapa?

Oleh: Ummu Saibah
Penggiat literasi
Pergantian musim kemarau ke musim hujan seharusnya menjadi suatu keberkahan bagi keberlangsungan kehidupan ini, karena sumur kering mulai terisi lagi sumbernya, para petani mulai bisa bercocok tanam lagi, sayur mayur dan lainnya diharapkan menjadi lebih murah.
Tetapi ternyata diawal tahun 2024 ini, datangnya musim hujan dibarengi dengan serentetan berita yang meresahkan masyarakat. Bagaimana tidak merebaknya kasus Demam Berdarah Dongue (DBD) yang terjadi di beberapa daerah membuat masyarakat ketar - ketir, pasalnya DBD tersebut banyak menjangkiti anak-anak.
Seperti yang dilansir oleh beberapa media online bahwa banyak ditemukan kasus DBD pada awal tahun 2024.
Di Bangka Selatan ditemukan 47 kasus, di Kota Bau Bau terdapat 40 kasus (rri.co.id ,7/2/2024). Di Palopo ditemukan 13 kasus (detik.com, 7/2/2024). Di Klaten juga ada 8 kasus (detik.com, 24/1/2024). Di Kabupaten Merauke juga terdapat 7 kasus (suara merauke, 22/1/2024).Di Kulon Progo terdapat 70 kasus (kompas.com, 9/2/2024) dan Lampung Selatan terdapat terdata 17 kasus (Antaranews.com, 30 /1/2024. Dan angka tersebut kemungkinan masih bisa bertambah.
Jumlah kasus yang terjadi sangat mengkhawatirkan, karena baru bulan kedua kita memasuki tahun 2024. Sedangkan di sepanjang tahun 2023 saja menurut data kementerian kesehatan tercatat 98.071 kasus DBD dengan tingkat kematian menyentuh 764 kasus, yang menurut kementrian kesehatan mengalami kenaikan drastis dalam 10 tahun terakhir (liputan 6.com, 4/2/2024).
Dan kasus kematian banyak terjadi pada anak-anak seperti yang diberitakan olah (kompas.id , 5/2/2023) bahwa dari 1183 kasus kematian DBD tahun 2022 adalah anak usia 0-14 tahun. Hal ini tentu saja mengancam keberlangsungan generasi kita.
*Diperlukan Peran Aktif Negara dalam Mengantisipasi Wabah Tahunan.*
Karena penyakit ini adalah penyakit tahunan yang biasa muncul saat pergantian musim, seharusnya pencegahan agar kasus yang sama tidak terulang lagi, lebih mudah dilakukan. Tetapi entah mengapa seperti tidak ada sinergi dari pemerintah dan masyarakat. Sehingga kasus terus berulang setiap tahunnya.
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat tentu saja dipengaruhi oleh minimnya pemahaman masyarakat, akibat taraf pendidikan yang rendah, yang merupakan efek dari mahalnya biaya pendidikan dan kemiskinan yang menjadi momok, sebagai imbas dari penerapan perekonomian kapitalisme dan juga pendidikan sekuler yang di negeri ini.
Ditambah lagi dengan kepengurusan negara yang tidak berpihak pada rakyat. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya kebijakan - kebijakan baik berupa UU maupun kepres yang telah disahkan ternyata sangat merugikan rakyat dan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.
Memang kita melihat pembangunan pesat disana-sini tetapi juga dibarengi dengan berkurangnya tanah resapan air sehingga saat terjadi hujan, air menggenang dimana-mana bahkan bisa mengakibatkan banjir, hal ini diperparah dengan sampah yang tidak dikelola dengan baik.
Tugas negara adalah menyediakan fasilitas pengelolaan sampah sehingga kaleng ataupun apa saja yang bisa menjadi penampung genangan air tidak menjadi sarang berkembangnya nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD.
Pelayanan kesehatan yang merupakan hak rakyat, juga dirasa kurang dalam menangani pasien DBD. Walaupun negara mengcover pembiayaan rawat inap pasien DBD dengan dana BPJS, tetapi banyak ditemukan keluhan dimasyarakat tentang buruknya pelayanan pasien yang memakai BPJS. Diskriminasi pelayanan tersebut tentu saja terjadi bukan tanpa sebab.
Selain itu, seharusnya negara juga berperan aktif dalam menyediakan obat-obatan, vaksin juga fasilitas baik alat maupun tenaga medis untuk menunjang pelayanan tiap rumah sakit.
Begitulah perihnya hidup didalam sistem pemerintahan kapitalisme. Karena kesejahteraan memang hanya ilusi saja, padahal dasar negara kita yaitu Pancasila, pada salah satu butirnya menjadikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai tujuan bernegara.
Tentu saja selain pemerataan keadilan dalam bidang hukum, kesejahteraan yg merata dan pelayanan yang sama dalam kesehatan, pendidikan dan lainnya adalah tujuan dari butir Pancasila tersebut.
Tetapi dengan penerapan sistim kapitalisme seperti sekarang, kesejahteraan sosial tersebut tidak bisa diwujudkan.
*Rakyat sehat, Generasi Selamat dengan Penerapan Sistim Islam.*
Kesejahteraan sosial sangat mungkin terwujud dengan penerapan sistim Islam. Karena Islam memiliki peraturan - peraturan yang jelas tentang bagaimana negara melayani rakyatnya, Islam juga memiliki peraturan yang jelas tentang penguasaan SDA dan Pengelolaannya, kepemilikan negara, individu dan umum.
Islam juga memiliki mekanisme - mekanisme solusi bagi setiap permasalahan dalam kehidupan manusia. Tidak sekedar solusi partial tetapi solusi nyata yang menyelesaikan permasalahan hingga akarnya. Dalam masalah kesehatan misalnya:
Ketika Rasulullah Saw mendapat hadiah seorang dokter dari Muqouqis yaitu Raja Mesir, maka Rasulullah Saw menjadikan dokter itu sebagai dokter umum bagi seluruh rakyatnya (HR.muslim).
Hal tersebut menjadi dalil bahwa negara berkewajiban untuk menyediakan pelayanan kesehatan, baik murah maupun gratis, sehingga rakyat mudah mengaksesnya.
Didalam sistem Islam hal tersebut sangat bisa diwujudkan dengan keberadaan dana dari Baitul mal, yang diperoleh dari pos-pos pengelolaan SDA (Sumber Daya Alam). Sehingga besaran dana yang dibutuhkan bisa terpenuhi.
Tidak hanya masalah pendanaan saja, negara juga akan menyediakan fasilitas berupa peralatan dengan teknologi mutakhir, menambah tenaga medis baik dokter umum maupun dokter spesialis juga staf perawat.
Negara juga mengontrol dan mensuplay obat - obatan, vaksin dan kelengkapannya. Hal ini demi lancarnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat sehingga tidak terjadi diskriminasi.
Selain itu negara juga akan mengedukasi masyarakat dengan tsaqofah Islam, melalui pendidikan - pendidikan formal yang kurikulumnya berdasarkan akidah Islam, sehingga keimananlah yang akan mendorong kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.
Begitulah Islam akan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, karena Islam tidak hanya sebuah agama saja, tetapi juga sebuah pandangan hidup yang memancar darinya peraturan - peraturan, untuk mengatur kehidupan agar berjalan seimbang.
Tetapi bila tidak diterapkan maka akan terjadi bencana kesengsaraan global seperti yang kita alami sekarang. Dan untuk menyelesaikan semua kekacauan dalam kehidupan ini, hanya ada satu jalan yaitu kembali menerapkan syariat Islam. Wallahu a'lam bishowab.