| 375 Views
Jangan Salah Bersikap Untuk Toleransi

Oleh : Susi Ummu Musa
Jika kita flashback kembali perihal agenda umat islam yang dipimpin oleh ulama atau ustad ustad ditanah air yang menuai kontroversi hingga batal diadakan,kejadian tidak mengenakkan juga pernah terjadi pada salah satu ustad besar inisial "RB" dan dihentikan ceramahnya saat sedang berlangsung.
Tuduhan terhadap beliau karena dianggap Radikal atau memecah belah dan itu juga tertuju terhadap UAS, FS, KB hingga HA dan para Ustad yang dianggap Radikal dalam menyampaikan dakwahnya.
Nah? lalu apa kaitannya dengan judul diatas?
Kaitannya adalah tentang sikap yang ditujukan kepada sesama kita umat islam namun tidak fair dengan sikap penerimaan non muslim yang disambut dengan antusias yang luarbiasa.
Perlakuan atau sikap yang ditampakkan sangat tidak masuk akal kenapa?
Penolakan kedatangan seorang ulama yang terkemuka karena dakwahnya ditolak dan dibubarkan namun penerimaan seorang tokoh besar non muslim disambut suka cita bahkan disiarkan secara live ditelevisi karena agenda Misa di GBK.
Lihatlah wajah wajah tokoh besar seperti imam besar masjid istiqlal begitu sangat senang hingga sempat mencium kening tokoh besar tersebut.
Begitu juga dengan sejumlah tokoh dan pelajar Indonesia yang beragama islam yang turut hadir disana ikut misa akbar juga.
Nauzubillahinminjalik!
Hal ini sempat dikomentari oleh tokoh umat Ismail yusanto beliau mengatakan " Penting untuk diingatkan, toleransi tetap lah harus memegang prinsip-prinsip akidah islam, tidak boleh kebablasan," tuturnya dalam akun tiktoknya @ismailyusanto,Jumat (6-9-2024)
Beliau juga menambahkan bahwa ada tiga prinsip toleransi
Pertama, sebutnya, tidak boleh mengatakan semua agama sama dan sama sama mengantarkan pada jalan keselamatan.
Kedua, toleransi bukanlah partisipasi." Toleransi diwujudkan dengan kita membiarkan mereka merayakan hari besar mereka, tidak boleh karena toleransi kita ikut berpartisipasi didalamnya.
Ketiga, imbuhnya, toleransi jangan kebablasan." Kita harus tetap memuliakan apa yang dimulyakan Allah swt dan menghinakan apa yang dihinakan Allah.
Sikap ini jangan sampai terbalik satu sisi memuliakan orang yang semestinya dihinakan karena dihinakan oleh Allah swt seperti firmannya: "Allahu Muhzil kafirin artinya Allah menghinakan orang-orang kafir". Sementara menghinakan orang yang semestinya dimuliakan sesama muslim.
Apabila ini terjadi tentu toleransi yang demikian tidak tepat dan itu kebablasan.
Sebagai negara penganut muslim terbesar dunia Indonesia punya cerita tersendiri mengenai toleransi beragama yang cukup baik karena hidup berdampingan, namun faktanya sekulerisme yang bercokol dinegri ini sedikit demi sedikit telah mencuri aqidah umat dengan menganggap semua agama sama atau pluralisme.
Sikap seperti inilah yang harus dipahami umat islam sampai ke akar akarnya bukan malah menyepelekannya.Kalau sudah acuh dengan apa yang diperintahkan Allah swt itu artinya telah menantang Allah swt.
Padahal kurang toleransi apalagi umat saat ini hingga agenda agama lain harus turut campur.
Lihatlah bagaimana menjamurnya tempat tempat ibadah non muslim di Indonesia dan kita tidak pernah mengganggunya. Seharusnya umat islam bahkan tokoh besar umat tidak perlu sampai se " wah" itu dalam program mereka.
Wallahu a lam bissawab