| 23 Views

Islam adalah Solusi Untuk Mengakhiri Perundungan

Oleh : Sri Setyowati
Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam 

Media sosial kembali dihebohkan oleh unggahan video aksi perundungan siswa SMP oleh teman-temannya di Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat. Korban dipukul dan ditendang bahkan diancam akan dibunuh. (kompas.com,10/06/2025)

Sementara itu di Kampung Sadang Sukaasih, Desa Bumiwangi, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, seorang anak berusia 13 tahun dipaksa oleh temannya yang berusia 13 dan 12 tahun, serta tersangka dewasa berusia 20 tahun minum tuak dan merokok. Meskipun sempat menolak, akhirnya ia pun minum dan merokok juga karena terpaksa. Setelah itu korban ditendang hingga kepalanya berdarah terkena batu. Tidak sampai disitu, korban diceburkan juga ke dalam sumur sedalam 3 meter. (cnnindonesia.com, 25/06/2025)

Seakan tidak bisa berakhir, perundungan terus terjadi di kalangan anak-anak. Sungguh miris, anak-anak yang seharusnya identik dengan jiwa bermain, tetapi sudah memiliki jiwa kriminal. Meskipun Undang-Undang tentang Perlindungan  Anak telah ada, namun tidak pernah mampu mengakhiri kasus perundungan.

Banyak faktor yang memicu terjadinya perundungan, baik berupa kekerasan fisik maupun verbal hingga berujung pada tindak kriminal.

Faktor pertama adalah keluarga yang tidak harmonis dan sering bertengkar. Hal ini akan menjadi contoh buruk dan memicu anak menjadi pelaku perundungan untuk mencari perhatian.

Faktor kedua yaitu kurangnya pengawasan dari pihak sekolah. Meskipun sering terjadi gonta ganti kurikulum, tetap saja tidak bisa membawa perubahan yang lebih baik karena fokus pendidikan hanyalah mengejar nilai akademik dan pencapaian prestasi semata. Pendidikan agama hanya diberikan porsi sedikit sehingga siswa minim akhlak karena kurangnya nilai-nilai agama sebagai landasan keimanan.

Faktor ketiga yaitu media sosial yang serba bebas. Konten kekerasan juga game online, secara tidak langsung akan mempengaruhi pemahaman anak bahwa kekerasan adalah sesuatu yang biasa saja. 

Faktor keempat adalah masyarakat yang apatis dan tidak peduli dengan kerusakan moral anak-anak. Hal ini tentu menjadi penyumbang terjadinya kerusakan generasi.

Keempat faktor tersebut terjadi karena dilandasi oleh sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan saat ini. Sistem yang rusak dan merusak karena tidak adanya standar berpikir yang benar atas perbuatannya sehingga memunculkan pemikiran yang salah terhadap kehidupan. Agama tidak dijadikan sebagai pedoman dalam perbuatan sehingga kehidupan serba bebas tanpa aturan. Agama dipahami hanya sebagai ibadah ritual saja.

Dalam Islam, negara adalah penanggung jawab serta pelindung semua urusan rakyat. Karena itu, pemimpin akan memastikan terpenuhinya seluruh kebutuhan pokok, keamanan, dan lainnya termasuk menjaga ketakwaan rakyatnya. Dengan ketakwaan, maka individu tidak akan berbuat tidak baik dan menyakiti sesama. Yang terpikir hanyalah berlomba-lomba dalam kebaikan.

Sistem pendidikan yang diterapkan berlandaskan akidah Islam sehingga akan terbentuk pola pikir dan pola sikap sesuai Islam, melahirkan individu yang berakhlak mulia, jauh dari sifat kasar dan tercela. Keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak juga akan diberikan panduan dalam mendidik anak. Peran masyarakat diaktifkan dengan menegakkan amar makruf nahi munkar.

Negara juga akan menutup tayangan-tayangan  kekerasan, serta memberikan sanksi tegas kepada pelaku perundungan dan penyebar konten sampah yang tidak bermanfaat.

Dengan diterapkannya Islam secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan segala bentuk perundungan dan kekerasan dapat dihilangkan. Segeralah bergabung dengan kelompok dakwah dideologis untuk mewujudkan institusi negara dalam naungan Khilafah.

Wallahu 'alam bishshawab


Share this article via

20 Shares

0 Comment