| 179 Views

Hancurnya Mentalitas Generasi, Siapa Yang Bertanggung Jawab ?

Oleh : Sumarni Ummu Suci

Kementrian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga /Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut remaja yang menderita kesehatan mental sangat tinggi yaitu mencapai 15,5 juta orang atau setara 34 % dari total remaja Indonesia. (Dikutip : www.tempo.co). 

Wakil mentri kementerian kependudukan Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka mengatakan generasi muda saat ini memang menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Salah satunya adalah isu kesehatan mental di kalangan remaja. (Dikutip : www.tempo.co) 

Selain masalah mental, Isyana juga menyoroti fenomena yang semakin berkembang yakni Childfree di kalangan generasi muda. Semakin banyak orang muda yang merasa takut untuk menikah atau memilih untuk tidak memiliki anak. 

Data terbaru dari BPS (susenas 2022) menunjukan bahwa sekitar 72 ribu atau 8,2 % perempuan memilih untuk tidak memiliki anak (Dikutip : www.tempo.co)

Banyaknya remaja yang terkena penyakit mental hingga Childfree menunjukan gagalnya negara membina generasi.

Generasi emas 2045 nyaris mustahil terwujud, jika kondisi ini terus di biarkan. Meski demikian, solusi yang di ambil tetap saja solusi pragmatis yang hanya melihat masalah dari perlukaan. 

Jika di pikirkan secara mendalam munculnya masalah mental beserta childfree menandakan sistem kehidupan sekarang itu bathil.

Saat ini negara secara sadar menerapkan sistem kapitalisme sekulerisme yang berdampak mewarnai kehidupan dalam berbagai asfek.

Dalam masalah pendidikan misalnya, pendiikan hari ini adalah pendidikan sekuler. Pendidikan sekuler membentuk remaja berperilaku liberal, karena agama di pisahkan dari kehidupan. 

Akhirnya remajan menjadi sosok yang gagal memahami jati dirinya. Remaja pun gagal memahami penyelesaian shohih atas segala persoalan kehidupannya. Akhirnya penyakit pun tak terhindarkan. 

Akar masalah gangguan mental dan childfree terletak pada masalah sistem kehidupan.Maka solusi yang seharusnya di berikan tentu bukan sekedar sosialisasi pragmatis seperti saat ini.

Solusi yang seharusnya diberikan adalah perubahan mendasar pada sistem kehidupan.

Generasi harus hidup dalam sistem kehidupan shohih. Agar mereka bisa kembali kepada fitrahnya sebagai  pemula yang hidupnya untuk Rabb nya. Sistem kehidupan shohih itu tidak lain adalah sistem islam.

Kehidupan yang di pengaruhi oleh sistem islam membuat manusia termasuk generasi muda memahami tujuan hidupnya di dunia inj hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Maka segala aktivitas mereka tidak akan pernah lepas dari syariat islam. 

Generasi yang bisa  memaknai tujuan hidupnya dengan benar akan menjadikan mereka mampu mengenali dan memahami berbagai peristiwa hidup, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri mereka serta menyikapinya sebagaimana perintah syari'at.

Mereka menjadi tangguh menghadapi berbagai kondisi karena mereka memiliki keyakinan bahwa semua itu adalah ujian.

Jika mereka menghadapinya dengan kesabaran, insyaaAllah akan berbuah pahala yang berlimpah.Sikap demikian tidak akan di dapat kecuali generasi di didik dan di bina dengan kepribadian islam.

Hanya dengan konsep kepribadian islam generasi memiliki pola pikir ( aqliyyah) dan pola sikap (nafsiyyah) sesuai dengan islam.

Kepribadian islam tidak akan masif terbentuk di dalam diri generasi kecuali ada peran dari negara yang menyadari perannya untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas.

Islam memiliki konsep kepemimpinan dalam bentuk institusi negara khilafah untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut.

Sebagaimana hadis Rasulullah saw : 

"Imam (khalifah) adalah raa'in ( pengurusan rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya".(HR.Al Bukhori). 

Islam mewajibkan negara membangun sistem pendidikan yang berasas aqidah islam, karena itu dalam negara khilafah sistem pendidikannya tidak akan keluar dari aqidah islam.

Metode pendidikan dirancang untuk merealisasikan tujuan dari pendidikan yang sesuai dengan syari'at yaitu membentuk kepribadian islam ( syakhshiyyah islamiyyah).

Dengan sistem pendidikan seperti ini, generasi akan menjadi sosok mulia bermental tangguh.Tidak mudah terganggu mentalnya sebagaimana generasi didikan sistem kapitalisme.

Tak hanya itu mereka juga siap menanggung amanah yang besar, misalnya menjadi orang tua.Dengan bekal kepribadian islam, kelak ketika mereka menjadi orang tua mereka mampu mendidik anak - anak mereka di rumah dengan aqidah dan syari'at islam.

Ketika mereka menjadi bagian dari masyarakat, mereka pun menjadi tempat bagi anak - anak untuk belajar penerapan syari'at melalui budaya amar makruf nahimungkar dan ta'awun.

Seperri inilah cara negara khilafah menyiapkan orang tua dan masyarakat untuk mendukung proses pembentukan generasi membangun peradaban islam yang mulia yang bermental kuat.

Selain itu negara khilafah menerapkan kebijakan untuk menjauhkan remaja dari segala pemikiran yang bertentangan dengan islam.

Menerapkan sistem pergaulan islam, menerapkan sistem ekonomi islam yang menhamin kesejahteraan rakyat. Semua itu akan di lakukan oleh khilafah. 

Agar genetasi dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana fitrahnya.Sehingga generasi didikan negara khilafah adalah generasi yang kuat dan tangguh.

Wallahua'lam bissawab.


Share this article via

56 Shares

0 Comment