| 72 Views

Goresan Pena Pejuang Syariah

Oleh : Ummu Fahri
Aktivis Dakwah Perindu Perubahan

Aqidah merupakan dasar-dasar kepercayaan dalam agama yang mengikat seseorang dengan persoalan-persoalan yang beraneka ragam. Tauhid merupakan aqidah Islam yang menopang seluruh bangunan keislaman seseorang. Ia tidak hanya sebatas kepercayaan, melainkan keyakinan yang mempengaruhi kehidupannya. Keyakinan mendorong seseorang untuk konsisten dan berpegang teguh bahwa sanggup menyerahkan segenap hidupnya bagi keyakinan itu.

Jalan dakwah adalah salah satu poros untuk sebuah perubahan yang dirindukan.Walaupun jalan dakwah tak semudah yang dibayangkan, namun keistiqamahan dalam sebuah perjalanan dakwah membuat para pengembannya terdidik dan tangguh.

Namun, banyak di antara mereka, para pengemban dakwah teralihkan, terbuai, dan tertipu oleh indahnya dunia yang sementara saja. Hingga akhirnya, daun-daun rapuh (ibarat untuk mereka) jatuh berguguran ke tanah ketika angin sepoi-sepoi meniupnya lembut. Sementara lainnya tetap kokoh dan tegar berdiri di atas keyakinan akan kemenangan yang dijanjikan Sang Pencipta.

Untuk menjadi ahli kung-fu, Jacky Chan dan Jet Li kalo di film-filmnya mereka yang versi jadul (tahun 80-an lah) dilatih memikul jerigen berisi air sambil lari-lari, atau ambil air pake mangkok untuk ngisi tempat air besar. Udah gitu, caranya bikin ribet. Kedua kakinya dikaitkan ke sebatang bambu di atas kayak orang main sirkus. Kepala ada di bawah. Nah, lalu tangannya megang mangkok untuk ambil air di jerigen besar di bawah yang akan diisikan ke tempat air di atas yang lebih besar. Halah, latihan yang ribet dan berat. Bahkan tak ada hubungannya dengan jurus-jurus kung-fu. Tapi ternyata itu adalah untuk membiasakan fisik mereka tahan bantingan.

Bagaimana setelah latihan itu? Baru deh, ketika dirasa cukup, biasanya sang guru akan nularin ilmu kung-fu ke muridnya tersebut. Meski itu di film, tapi saya merasa yakin bahwa belajar kung-fu memang tak langsung dilatih jurus-jurus bertarung.

Lah, terus apa hubungannya ngomongin kung-fu dengan dakwah? ... Ehm, sebenarnya masih nyambung kok. Nggak ngelantur jauh. Maksudnya, untuk menjadi aktivis dakwah, kita juga harus teruji baik secara fisik maupun mental. Fisik kudu oke. Karena tak jarang dakwah nguras tenaga. Harus ngisi acara pengajian pagi hari, hingga lanjut sampai siang hari. Belum lagi tempat atau daerah yang akan dikunjungi untuk berdakwah yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal kita. So, fisik kudu prima, Bro..

Selain kuat fisik, yang nggak kalah penting adalah melatih mental. Pikiran dan perasaan kita kudu siap ngadepin beragam masalah. Meski nggak dituntut agar semua masalah bisa diatasi, tapi setidaknya bisa mencari akar masalahnya dan beberapa masalah bisa diselesaikan dengan baik. Nah, berarti ini memang butuh kesiapan yang bagus. Iya nggak sih????

Tak ada kata henti dalam hidup kita untuk senantiasa melakukan amal baik. Seharusnya memang tak pernah ada pula keluh kesah dalam perjuangan dakwah ini. Semestinya pun tak keluar dari mulut kita kata putus asa karena begitu banyak perjuangan dakwah yang menyedot perhatian kita. Yakinlah, Allah Swt. tak pernah dan tak akan pernah salah dalam mengkalkulasi amalan baik kita. Mungkin kita lupa sudah berapa amal baik yang kita kerjakan, tapi Allah Ta’ala tak akan pernah lalai mencatatnya dan menghitungnya untuk bekal kita di negeri abadi kelak. Begitu pun pasti kita lupa berapa banyak amalan buruk yang pernah kita lakukan, tapi Allah Swt. pasti tak akan pernah lupa dan akan dengan mudah mencatatnya. Tapi kita memohon kepadaNya, agar tetap diberikan kekuatan untuk melakukan amalan baik selama hidup kita. Sebanyak mungkin.

BTW, masih ingatkah kita ketika kita pertama kali belajar Islam? Kita bahkan mengeja nama Allah dengan amat susah. Kita tidak paham tentang isi al-Quran, kita tak mengerti apa arti perjuangan dakwah, kita bahkan buta dan tak pernah tahu dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup di dunia, dan ke mana akan pergi setelah kematian. Saya pernah merasakan demikian, dan saya yakin di antara kita bahkan ada yang pernah melakukan kemaksiatan sebelum akhirnya mendapat hidayahNya. Saya yakin di antara kita bahkan pernah menolak ajakan dakwah dari seseorang. Mencibir pelakunya dan menganggap sia-sia perbuatan mereka. Itu ketika kita tidak tahu.

Semoga memori tentang ini menjadikan kita manusia yang bijak. Pengemban dakwah yang peka dan mampu menangkap segala sisi manusia sebagai objek dakwah kita. Kita tumbuh menjadi pengemban dakwah dan pejuang Islam yang sabar dan penuh kelembutan. Jika kita berhadapan dengan objek dakwah yang menolak, bahkan menyerang kita, anggap saja bahwa mereka seperti kita dulu yang juga membutuhkan sentuhan kuat orang yang tak bosan mengajak kita menjemput hidayah-Nya. Jangan pernah merasa menilai umat ini telah jumud, jika kita sendiri belum maksimal mengajaknya untuk menjadi lebih baik. Tak perlu mengampuni usaha kita yang gagal dengan alasan umat sudah bosan dengan dakwah. Lalu kita merasa benar sendiri dan menyalahkan mereka.

Ingatlah bahwa kita bisa seperti sekarang ini juga butuh waktu dan proses. Karena sejatinya perubahan tak bisa dicapai seperti makan cabe rawit yang langsung terasa pedasnya.Tapi kita berhadapan dengan manusia. Berhadapan dengan jiwa yang seringkali tak mudah untuk diajak berpikir sama seperti yang kita inginkan.Selalu saja  mengharuskan kita banyak bersabar dan mencari cara jitu mengatasinya.

So, kalo jujur saja, jalan dakwah ini memang terjal. Tapi menyenangkan. Allah Swt. sudah ‘menghibur’ kita dalam firmanNya (yang artinya): “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim’” (QS Fushshilat [41]: 33)

Nah ..!! mulai sekarang jangan tunjukkan kelemahan kita dalam perjuangan dakwah ini. Usir deh tuh keluh kesah kita, buang jauh-jauh putus asa. Sebaiknya selalu memohon kepada Allah Ta’ala agar kita dimudahkan dalam mengemban dakwah ini, memohon dalam doa kita kepadaNya agar kita sabar ketika menghadapi berbagai macam ujian dakwah dan ujian kehidupan kita. Selain itu, tentu saja senantiasa kita berharap keridhoan Allah Ta’ala dalam setiap niat dan upaya perjuangan dakwah kita.


Share this article via

70 Shares

0 Comment