| 285 Views
Generasi Rusak Buah dari Sistem Sekuler

Oleh : Ummu Silvi
Aktivis Muslimah Ngaji
Miris, sedih, ngelus dada setiap buka berita di pagi hari dari berbagai media. Karena pasti ada saja masalah di negeri ini. Terutama masalah generasi muda yang rusak moralnya, seperti berita seorang siswi SMP di kabupaten Lampung yang diperkosa 10 pria serta disekap tiga hari tanpa dikasih makan. Ada lagi berita perang sarung yang diidentikkan dengan bulan Ramadhan, santri dan muslim. Namun perang sarung di Bekasi ini sampai memakan korban hingga tewas.
Di Pangkalpinang pun tak luput dari problem remaja yang sama yaitu perang sarung. Ada 22 remaja yang digelandang ke kantor polisi. Hati ibu yang mana yang tidak kebat kebit melihat kondisi semacam ini. Bagaikan memakan buah simalakama ketika melepas anak keluar rumah was-was anak dikurung dalam rumah terus menerus juga bukan solusi.
Nah dari berbagai kejadian itu setelah kita teliti maka kita dapat menyimpulkan bahwa kerusakan moral generasi muda saat ini terjadi di berbagai daerah dan tidak mengenal tempat desa atau kota juga waktu. Ini waktu yang seharusnya digunakan maksimal untuk menahan diri, bulan Ramadhan yang seharusnya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada sang pencipta namun berlaku bagi remaja yang moralnya sudah berantakan.
Lebih dari itu, maraknya Pelajar dan anak di bawah umur menjadi pelaku beragam kejahatan ini mencerminkan rusaknya generasi. Yang jadi pertanyaan selanjutnya, jika remaja generasi penerus peradaban dunianya sudah hilang moral, rusak, bejat kemudian bagaimana pengelolaan dunia yang akan datang ? Sebab di tangan merekalah kejayaan dan keruntuhan bangsa negara bahkan Islam dimasa mendatang.
Asas pendidikan yang di terapkan oleh pemerintah saat ini adalah sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan. Alhasil anak hanya menerima maklumat tentang materi pelajaran. Anak-anak hanya dijejali aneka materi pelajaran tanpa di bentuk menjadi orang yang bertakwa dan juga tidak mendapatkan pendidikan terkait baik dan buruk dalam bertingkah laku.
Entah apa yang membuat para remaja yang digadang-gadang akan menjadi generasi emas pada tahun 2045 hari ini senang melakukan aksi bully, bahkan semakin hari semakin sadis? Pertanyaan di atas mungkin pernah tersirat dalam pikiran kita, bahkan membuat kita ketakutan saat melepas anak-anak untuk bebas bergaul bersama teman-temannya. Seperti yang viral di sosial media (di Batam), aksi bullying dilakukan oleh sejumlah Gen Z. Tak tanggung-tanggung, mereka berani memukul, bahkan menendang kepala si korban. Mirisnya, para pelaku semuanya wanita.
Viral nya berita yang ditayangkan di berbagai media terkait tindakan amoral generasi, telah cukup menjelaskan bahwa kondisi generasi saat ini pun semakin tidak baik-baik saja. Kita disuguhi hidangan kerusakan generasi yang tiada henti. Banyaknya fakta mengerikan hasil dari perilaku generasi muda saat ini tentunya bukan muncul tiba-tiba. Fakta-fakta ini menjadi alarm peringatan bahwa mereka berada dalam kondisi terancam.
Mereka terancam oleh sistem yang terus menerus menjadikan mereka kehilangan fitrah kesuciannya untuk berada dalam jalan kebenaran. Mereka terancam proses demoralisasi yang sejatinya terus meracuni gaya hidupnya. Mereka terancam menjadi penghancur peradaban dalam fase hidupnya. Yang ke semuanya itu dikarenakan telah hilangnya benteng pelindung bagi tumbuh kembang mereka, mulai dari benteng keluarga, masyarakat, sekolah, hingga negara.
Fungsi keluarga yang hilang, corak masyarakat yang serba boleh serba bebas tanpa amar makruf nahi munkar, kurikulum pendidikan yang tak tentu arah dan hanya membebani siswa dengan kurikulum yang makin menjauhkan dari kategori kepribadian tangguh, menjadikan kehidupan generasi makin tak jelas langkah. Diperparah pula dengan lahirnya kebijakan-kebijakan yang destruktif di berbagai bidang kehidupan membuat fungsi-fungsi keluarga, masyarakat, sekolah, benar-benar tidak terealisasi.
Sistem sekuler abal-abal yang melahirkan berbagai sistem gagal menjadi biang kerok atas seluruh kerusakan. Sistem ekonomi kapitalisme yang dirilis di ranah eksis narsisnya sekuler pun sangat berhasil memproduksi tingginya tingkat kemiskinan yang menciptakan gap sosial yang makin gahar. Demikian pula dengan sistem pergaulan. Di negara yang menerapkan sistem rusak dan merusak ini, pergaulan yang terjadi sangat minim nilai adab, minus nilai moral, hilang nilai kehormatan dan kemuliaan sebagai manusia berakal.
Saat sistem abal-abal si biang kerok dijalankan dalam pendidikan generasi, maka produk pendidikannya pun abal-abal. Memang sistem pendidikan sekuler abal-abal telah berhasil menjadikan anak-anak fokus pada akademik, namun sayang seribu sayang mereka mengabaikan nilai-nilai agama, hingga agama tidak dijadikan lagi sebagai pedoman hidup manusia yang seharusnya sangat erat terikat dalam kepribadian mereka hingga mereka mampu membentengi diri dari perbuatan kriminal atau maksiat lainnya.
Tidak dimungkiri, sistem yang diterapkan saat hari tidaklah pernah memberi ranah tepat bagi hidup generasi. Paradigma sekularisme telah menanamkan benih yang sangat mengagung-agungkan kebebasan atas nama HAM. Aturan agama benar-benar disingkirkan. Nilai-nilai moral hanyalah sebatas urusan individu yang negara terlarang untuk mencampurinya, hingga negara menjadi abai melindungi nasib generasi dari demoralisasi yang menimpanya.
Bayangkan jika semua pengaruh itu berjalan dengan satu asas yakni sekularisme. Semua pengaruh yang menjadi “orang tua” yang ikut mendampingi tumbuh kembang anak- anak kita berjalan dengan aturan dan konsep yang jauh dari nilai- nilai agama. Dan hanya kita sebagai “orang tua” di rumah ayah dan ibu sekuat tenaga yang hanya menerapkan Islam dalam diri anak kita. Betapa sulit melawan semua pengaruh itu dan betapa sulit mengondisikan tempat tumbuh kembang anak kita.
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. ketika manusia menggunakan Islam sebagai sandaran maka segala problem umat akan selesai karena pembuat aturan adalah sang penciptanya manusia serta dunia yang ditempati manusia itu sendiri. Islam memiliki sistem Pendidikan yang kuat karena berasas akidah Islam. Serta metode pengajaran talqiyan fikriyan yaitu sebuah proses berpikir yang membekas dan memberikan pengaruh terhadap perasaan, sehingga akan terwujud semangat yang berkobar-kobar untuk mengamalkan dan berubah inilah yang akan mampu mencetak generasi yang beriman bertakwa dengan sebenarnya.
Saking lengkapnya aturan Allah itu manusia dari dilahirkan ke dunia hingga masuk ke dalam liang lahat ada aturannya. Termasuk di dalamnya selain kurikulum pendidikan yang berasas Islam maka wajib adanya dukungan dari negara yaitu penerapan Islam dalam berbagai sistem kehidupan, dari sini akan terbentuklah masyarakat yang peduli dengan lingkungan, guru dan orang tua yang berkualitas sehingga akan semudah membalikkan telapak tangan dalam membentuk generasi berkepribadian Islam.
Bukankah Allah sudah memperingatkan kita dalam Al-Qur'an yang telah diturunkan-Nya yaitu surat At Thaha/20:124 yang artinya: "Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. Dan kami akan menghimpunnya dalam keadaan buta".