| 116 Views
Gencatan Senjata Gaza Terancam Gagal, Mesir dan Qatar Berusaha Mencari Solusi

CendekiaPos - Upaya memperpanjang gencatan senjata di Gaza menghadapi jalan buntu akibat perbedaan sikap antara Hamas dan Israel. Mesir dan Qatar, sebagai mediator utama, meminta Israel memberi tambahan waktu guna mencari solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Namun, Hamas menolak perpanjangan fase pertama gencatan senjata dan menuntut negosiasi segera mengenai fase kedua, yang mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan penghentian perang secara permanen.
Sementara itu, Israel bersikeras hanya akan memperpanjang gencatan senjata jika Hamas membebaskan sisa 59 sandera yang masih ditahan. Israel juga menawarkan pembebasan lebih banyak tahanan Palestina, tetapi dengan syarat Hamas tidak menuntut pelaksanaan fase kedua dan ketiga dari perjanjian.
Menurut laporan dari The National, Israel tidak memiliki rencana untuk menarik pasukannya dari Gaza atau mengakhiri perang sebelum Hamas sepenuhnya diberantas.
Negosiasi dalam Tekanan KTT Darurat Arab
Kebuntuan ini semakin rumit menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Darurat Arab yang akan diselenggarakan di Mesir. Salah satu agenda utama dalam pertemuan tersebut adalah membahas alternatif terhadap usulan kontroversial dari Presiden AS Donald Trump, yang mengusulkan pemindahan 2,3 juta warga Gaza ke Mesir dan Yordania.
Dalam rencana Trump, wilayah Gaza nantinya akan dikembangkan menjadi "Riviera Timur Tengah" dengan bantuan Amerika Serikat. Namun, usulan ini mendapat penolakan keras dari komunitas internasional, dengan berbagai organisasi hak asasi manusia menyebutnya sebagai bentuk pembersihan etnis yang melanggar hukum internasional.
Sebagai alternatif, KTT Arab diperkirakan akan mendukung rencana rekonstruksi Gaza, yang memungkinkan warga Palestina tetap tinggal di wilayah tersebut dengan infrastruktur dan pemukiman yang dibangun kembali. Namun, semua upaya ini bergantung pada tercapainya gencatan senjata permanen.
Dampak Perang yang Kian Meluas
Sejak konflik Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023, situasi di Gaza semakin memburuk. Berdasarkan laporan otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 48.300 warga Palestina telah tewas, mayoritas di antaranya perempuan dan anak-anak. Jumlah korban luka-luka bahkan lebih dari dua kali lipat angka tersebut.
Perang ini bermula dari serangan Hamas ke Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 250 orang disandera. Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan udara dan operasi militer besar-besaran yang mengakibatkan kehancuran besar di Gaza dan membuat jutaan penduduknya mengungsi.
Kini, dengan negosiasi gencatan senjata yang mandek dan situasi kemanusiaan yang semakin buruk, dunia menanti bagaimana keputusan KTT Arab dan langkah yang akan diambil oleh para pemimpin internasional dalam upaya mengakhiri konflik berkepanjangan ini.