| 206 Views
Gen-Z Terpengaruh FOMO, Buah dari Sistem Liberal-Kapitalis

Oleh : Febi
Aktivis Dakwah
Gen Z punya ciri-ciri yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh McKinsey, gen-Z ini lebih melek teknologi atau bahasa kerennya ‘tech savvy’. Generasi Z tumbuh di era teknologi sedang berkembang dengan pesat. Internet, media sosial, aplikasi pesan makan, aplikasi transportasi, dan masih banyak lagi.
Bahkan, gen-Z di Indonesia menempati posisi teratas yang paling banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di Internet. Rata-rata 7 sampai 13 jam setiap harinya, berbeda ketika memilih cita cita. Dulu, cita-cita mereka mau jadi apa? Mungkin jawabannya tidak jauh dari Dokter, PNS, Pilot, atau Arsitek. Tapi saat ini gen-Z ingin Seperti content creator, podcaster, vlogger, sampai mendirikan perusahaan rintisan (start-up) sendiri. Mereka juga senang berekspresi baik di dunia maya maupun realita.
Saat ini Gen-Z sangat erat dengan istilah FOMO atau Fear of Missing Out. Istilah FOMO pertama kali diperkenalkan oleh Patrick McGinnis, seorang penulis asal Amerika Serikat. Waktu kuliah di Harvard Business School tahun 2003, Patrick beranggapan bahwa tahun itu merupakan era di mana manusia berada di dalam dotcom bubble.
Dotcom bubble adalah sebutan ketika teknologi dan internet sedang berkembang pesat. Ditambah kehadiran Friendster, media sosial paling hits di jamannya. Penyebab FOMO tak lain adalah media sosial. Seperti yang pernah terjadi ketika Coldplay akan konser di Indonesia. Tiketnya langsung sold out dalam hitungan menit! Meskipun fans Coldplay banyak, tak sedikit yang membeli tiket tersebut hanya karena FOMO atau tidak mau ketinggalan euforia konser.
Banyak yang menganggap hal tersebut sepele. Padahal banyak sekali dampak dari fomo itu sendiri. Salah satunya, insecure dengan kondisi saat ini. Penyebab insecure bukan hanya fisik, melainkan dapat berasal dari finansial, dan gaya hidup ketika melihat orang-orang di media sosial dan juga bertindak impulsif.
Fenomena ini erat kaitannya dengan sistem yang diterapkan saat ini, yaitu sistem kapitalis. Di mana dalam sistem ini segala sesuatu akan mengacu pada materi dan kesenangan hidup duniawi. Sistem rusak ini mengakibatkan gen-Z bergaya hidup bebas, hedonistik dan konsumerisme. Semua kesenangan dunia sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama. Pemikiran kapitalis ini yang meracuni dan memahamkan pemahaman barat dengan cara majunya teknologi yang berdampak besar untuk kehidupan dan melemahkan pemahaman dan pemikiran Islam.
Akibatnya terjadi pengabaian potensi gen-Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan. Apalagi Regulasi dalam sistem hari ini tidak memberikan perlindungan bagi gen-Z, namun justru menjerumuskan gen-Z pada lingkaran materialistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO.
Islam memandang Pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam. Islam memiliki Sistem terbaik untuk melejitkan potensi gen-Z, mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam.
Seperti para sahabat Rasulullah saw. Seperti Zaid bin Tsabit (13 tahun). Beliau adalah seorang penulis wahyu. Dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani, sehingga menjadi penerjemah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Hafal Kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al-Quran. Mu’adz bin Amr bin Jamuh (13 tahun) dan Mu’awwidz bin ‘Afra (14 tahun). Membunuh Abu Jahal, jenderal kaum musyrikin, pada perang Badar. Atab bin Usaid (18 tahun). Diangkat oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai Gubernur Makkah. Bisa dilihat keberanian mereka saja bisa sukses dengan umur yang sangat muda.
Mari kita berubah untuk menjadi gen-Z yang lebih baik. Kurangi Ekspektasi, Entah itu perkuliahan, atau masa depan. Di dalam hidup ada beberapa hal yang tidak bisa kontrol. Tetap berusaha, berbuat baik pada sesama, dan berdoa pada Allah Swt. hargai Setiap prosesnya. Jangan terbuai dengan postingan kesuksesan orang lain di media sosial. Selalu mengingat Allah Swt. dalam setiap proses dan menjadi pemuda yang berkualitas karena "Jika kamu ingin melihat masa depan sebuah negara lihatlah pemuda-pemudinya pada hari ini" (Sayyidina Ali r.a)
Pemuda, salah satu tonggak dan tolok ukur kemajuan peradaban. Jika ingin menengok masa depan Islam, maka lihatlah generasi muda Islam pada hari ini. Lihatlah peran mereka di dalam masyarakat saat ini, bagaimana mereka berinteraksi, bagaimana mereka berjuang di jalan dakwah, dan bagaimana adab dan akhlak mereka kepada masyarakat.
Wallahu'alam bissawab