| 63 Views
Ganti Tahun, Ganti Sistem Hidup

Oleh : Aisyah Farha
Pergantian tahun kali ini masih memberikan banyak kado pahit untuk rakyat. Pergantian kepemimpinan yang sudah 3 bulan berlalu belum memperlihatkan tanda-tanda kesuksesannya. Padahal jika diingat, perhelatan yang menelan dana fantastis itu menyebabkan timbulnya Peringatan Darurat yang menghebohkan jangat nyata dan jagat maya. Rakyat telah memilih, namun bukannya membaik, kondisi malah semakin semerawut bagai benang kusut.
Peringatan Darurat itu kini adalah hutang yang kian membesar, proyek-proyek besar mangkrak. Dengan dalih penyelamatan APBN, lalu terbitlah kenaikan PPN 12% yang semakin memeras keringat rakyat. Takut dicap otoriter, mereka memulas wajahnya dengan berbagai angan-angan bansos, yang kita tahu berapa lama itu akan dibagikan.
Fenomena lain yang lebih dahsyat adalah Indonesia ranking pertama judi online dunia (tempo.co, 5 Mei 2024). Ini bukan hanya persoalan habit judi, ini juga persoalan perut rakyat yang lapar dan putus asa yang tidak tahu harus mengadu kepada siapa. Bapak-bapak, emak-emak, guru, mahasiswa sampai anak-anakpun menjadi korbannya.
Belum lagi tahun 2024 disebut-sebut tahun megakorupsi, rakyat disuguhi drama koruptor PT Timah hingga 300 T yang tersenyum karena hanya dihukum 6,5 tahun penjara. Lalu drama wacana amnesti untuk 44 ribu narapidana (metronews.com, 13 desember 2024). Negara tidak berdaya meminimalkan angka kejahatan hingga penjara penuh. Ini bukan perkara kapasitas Lembaga tidak memadai, tapi kondisi keuangan negara yang kewalahan memberi makan narapidana.
Rasionalitas dan kesehatan mental rakyat semakin hari semakin menipis. Kekerasan, kejahatan moral dan bunuh diri menjadi tren. Pergantian tahun yang penuh harapan, tidak sesuai kenyataan.
Sudah saatnya kita menyadari bahwa sumber dari semua malapetaka ini adalah sistem sekuler demokrasi yang merusak. Hal ini sudah disadari bahkan oleh para pemikir Yunani zaman dahulu kala. Diantaranya adalah Plato (472-347 SM) yang mengatakan bahwa liberalisasi adalah akar demokrasi. Orang-orang akan mengejar kemerdekaan dan kebebasan individu yang tidak terbatas dan mengakibatkan bencana bagi negara dan rakyatnya. Timbullah berbagai tindak kekerasan (violence), ketidaktertiban atau kekacauan (anarchy), tidak bermoral (licentiousness), dan ketidaksopanan (immodesty). Citra negara dan bangsa benar-benar rusak dan buruk.
Nahasnya, kita menjadikannya sebagai pondasi negara kita saat ini. Sudah saatnya kita sadar bahwa kita harus bangkit. Bangkit untuk berani mengganti sistem rusak ini dengan sistem lain yang bisa memberikan kita kebahagiaan dalam hidup. Untuk apa mempertahankan sistem yang rusak ini?
Satu-satunya sistem yang berbanding terbalik dengan sistem demokrasi rusak ini adalah sistem kepemimpinan Islam yakni Khilafah. Khilafah yang berdasarkan Manhaj Nabi Muhammad SAW, dan mengikuti jalan Khulafaurrasyidin. Sistem ini tegak diatas Akidah Islam yang menuntut umatnya untuk percaya kepada Allah dan hari akhir. Dan dalam hal kepemimpinan, Islam memiliki pandangan yang khas tentang pemimpin. Rasulullah SAW bersabda, "Kalian semuanya pemimpin (pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya” (HR Bukhori).
Bayangkan bagaimana perilaku orang-orang yang takut kepada Allah dan takut akan dimintai pertanggungjawabnnya di hari akhir kelak? Mereka akan menjelma menjadi pemimpin yang sangat menjaga umatnya. Mereka akan bersungguh-sungguh memastikan rakyat berada dalam kesejahteraan lahir batin. Mereka akan memastikan kebutuhan rakyat baik pangan sandang dan papan terpenuhi dengan baik. Semua dilakukan karena mereka takut kepada Allah.
Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh jabatan ini adalah amanah. Pada Hari Kiamat nanti, jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambil jabatan itu dengan hak dan menunaikan amanah itu yang menjadi kewajibannya.” (HR Muslim).
Sejarah kepemimpinan Islam juga menorehkan tinta emas, kehidupan umat di bawah naungan kepemimpinan Islam benar-benar tampil sebagai peradaban cemerlang. Selama tiga belas abad, umat Islam mampu tampil sebagai umat pilihan yang disegani kawan maupun lawan.
Sejarah akan berulang, jika kita bangkit bersatu untuk kembali kepada syariat Allah. Kepada Sang Pencipta alam yang telah mengatur kita dengan SyariatNya. Sistem Islam dengan syariat Allah adalah sistem terbaik yang bisa memberikan Rahmat keseluruh alam.
Ya, kita bisa mengulang sejarah kegemilangan dunia dibawah Islam dengan mengganti sistem buruk saat ini dengan sistem Islam dibawah naungan Khilafah Islamiyah. Sesuai dengan firman Allah “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf: 96)