| 7 Views

Fatherless Di Kalangan Generasi Muda

Oleh: Feby - Baleendah

Belakang ini beredar di media sosial konten tentang seorang anak perempuan yang meminjamkan ayah nya pada warganet yang mengalami Kehilangan sosok seorang ayah - Fatherless. Konten tersebut banyak dilihat oleh warganet dengan 32.400 disukai, 1.213 dikirimkan dan 959 komentar. (Kompas.id, 10-10-2025).

Berbagai komentar tertulis, dari yang tidak merasakan kehadiran sosok ayah meskipun tinggal satu atap, sampai ada juga yang berkomentar bahwa dia berhasil bangkit dan hidup layak walaupun pernah diterlantarkan, fakta telah membuktikan bahwa generasi muda sekarang ini banyak yang kehilangan sosok ayah, dari data Survey Sosial  Ekonomi Nasional pada bulan Maret 2024 tercatat ada 15,9 juta anak (20,1%) berpotensi mengalami fatherless, dimana 4,4 juta dikarenakan tidak tinggal bersama ayahnya dan 11,5 juta anak karena ayah yang sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk bersama anaknya. (Kompas.id 10-10-2025).

Fatherless adalah ketidakhadiran peran seorang ayah dalam pengasuhan baik itu secara fisik maupun psikologis. Latarbelakang yang menyebabkan fatherless diantaranya adalah disebabkan oleh jarak yang memisahkan antara ayah dan anak, dimana sang ayah harus berada jauh dari tempat tinggal nya dikarenakan tuntutan pekerjaannya, juga karena budaya kental yang menganggap bahwa pengasuhan anak adalah tanggung jawab seorang ibu.

Itu semua pemicunya disebabkan oleh faktor ekonomi bahkan kehadiran gadget yang mengambil alih perhatian para ayah. Yang mengkibatkan menimbulkan rasa minder, tidak percaya diri, emosional, demotivasi belajar, broken home, kenakalan remaja, bahkan tindak kriminal, memang tidak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi sangat mendominasi penyebab munculnya fatherless, dikarenakan ayah disibukan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, waktunya tersita untuk bekerja, sampai dirumah lelah sehingga tidak ada waktu untuk membersamai anak. 

Kondisi ini tidak terlahir dengan sendirinya secara alami, tapi lahir dari sistem kehidupan kapitalistik dan juga ini adalah salah satu cara dan usaha para musuh Islam untuk menghancurkan generasi muda dan menghalangi tegaknya kembali peradaban Islam di muka bumi.

Dengan berbagai cara mereka upayakan untuk menghancurkan Islam, dari mulai mempengaruhi peran ibu yang seharusnya menjadi madrasah pertama bagi anak nya menjadi ibu yang disibukan dengan berbagai urusan diluar rumah, dan setelah merusak peran ibu, merekapun merusak peran ayah, dengan mengkondisikan ayah untuk bekerja sepanjang hari demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

Dalam Islam ibu dan ayah memiliki peran dan fungsi yang sama pentingnya.

Dimana seorang ibu berperan dalam mengasuh, menyusui, mendidik dan mengatur rumah tangga, sedangkan ayah berperan sebagai pemberi nafkah dan teladan dalam pendidikan anak.

Negarapun akan mendukung dan membantu para ayah untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak sehingga waktu nya tidak tersita hanya untuk mencari nafkah.

Negara juga akan menjamin keterpenuhan kebutuhan pokok setiap warganya sehingga para ayah tidak terfokus lagi bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga karena negara sudah menjamin seluruh kebutuhan rakyatnya. 

Oleh karena itu Para ayah tidak hanya memiliki waktu untuk membersamai anaknya tetapi memiliki waktu juga untuk dirinya sendiri seperti untuk menuntut ilmu yang nantinya ilmu itu akan diajarkan kembali pada keluarganya, maka terjagalah qowwam seorang ayah sebagai pemberi nafkah dan pemberi rasa aman bagi anak dan keluarganya.

Dengan demikian hanya dalam sistem Islam dalam bingkai khilafahlah yang akan menjamin setiap anak, dan akan selalu memiliki figur seorang ayah. 

Wallahu a’lam bi ash shawab


Share this article via

0 Shares

0 Comment