| 61 Views
Derita Gaza Makin Meningkat, Kesadaran Umat Akan Solusi Hakiki Harus Meningkat
Reuters
Oleh : Ummu Abiyu
Situasi di Jalur Gaza semakin memburuk terlebih setelah sinyal internet dan jaringan telekomunikasi kembali terputus total pada 18 September 2025. Pemadaman akses internet ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan strategi militer Israel untuk mempercepat migrasi warga Gaza dengan membuka jalur transportasi sementara melalui Jalan Salah Al-Din. Langkah tersebut diumumkan setelah serangan darat besar-besaran pada Selasa (16/9), ketika tank dan kendaraan lapis baja dikirim masuk ke wilayah tersebut.
Pemadaman listrik semacam itu, yang melumpuhkan rumah sakit, tim pertahanan sipil, dan operasi bantuan kemanusiaan, telah menjadi ciri khas perang Israel di Gaza. Saluran internet dan telepon diputus di seluruh wilayah Gaza, sebagai tanda bahwa operasi darat kemungkinan akan meningkat. Kelompok-kelompok hak asasi manusia memperingatkan bahwa hal itu bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari kebijakan yang disengaja untuk membungkam wilayah kantong tersebut dan menghalangi pengawasan dari luar.
Sungguh kejahatan Zionis Israel semakin diluar akal sehat manusia, setelah warga Palestina mengalami krisis pangan, bahan bakar, air, dan listrik akibat Israel, kini mereka dibungkam dengan memutus internet dan jalur komunikasi bersamaan dengan serangan udara yang terus meningkat. Padahal sejatinya pemadaman itu bertujuan untuk melumpuhkan koordinasi, menghentikan penyebaran berita, menghambat bantuan, dan secara efektif mengisolasi penduduk Gaza.
Israel tak peduli kecaman Internasional, meskipun beberapa negara telah melakukan upaya politik untuk menghentikan ulahnya.
Sekjen PBB pun telah mengingatkan dunia tak boleh terintimidasi oleh Israel. Namun, sampai saat ini tidak bisa mengubah keadaan di Gaza, Israel tetap bergeming dengan gelombang boikot, karena mereka telah menetapkan tujuan akhirnya dalam Protokol Zionis yaitu membangun Negara Israel Raya dengan menjadikan Palestina sebagai pusat kekuasaannya. Disamping itu, untuk mewujudkan tujuan akhirnya Israel didukung penuh oleh negara no 1 dunia, yaitu Amerika Serikat, tempat dimana para kapitalis dunia yang terafiliasi kepada Gerakan Zionis bermukim.
Dalam sistem kapitalisme, boikot hanya lipstik politik. Diluar terlihat bijak membuat aturan untuk perdamaian dunia, Namun dibelakang kerja sama dengan entitas Yahudi tetap berjalan secara rahasia selama masih menguntungkan.
Maka apakah kita masih percaya pada upaya perlindungan yang diberikan dunia Internasional untuk Palestina? Sedangkan kita ketahui bersama bahwa, Kapitalisme selama ini telah menjadi sumber masalah utama diberbagai belahan dunia.
Dengan demikian, kejahatan perang Israel yang makin brutal dan menggila ini, tak akan berhenti hanya dengan kecaman, perdamaian atau sebagainya. Butuh solusi yang tepat tidak cukup dengan diplomasi atau mengandalkan lembaga internasional yang sejak awal terbukti tidak berpihak. Salah satu jalan adalah dengan mengerahkan kekuatan nyata umat Islam dalam satu persatuan dibawah satu komando yakni khalifah.
Untuk itu, kaum mukmin harus meyakini bahwa Allah akan memberi keputusan di antara manusia pada Hari Kiamat. Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang kafir di dunia ini untuk mengalahkan orang-orang mukmin. Sebaliknya, orang-orang munafik itu berusaha hendak menipu Allah, tapi usaha-usaha mereka menjadi sia-sia. Bahkan, yang terjadi adalah sebaliknya, Allah-lah yang menipu mereka dengan membiarkan mereka tetap dalam kesesatan dan penipuan.
Tentu saja keyakinan akan pertolongan Allah ini harus dibarengi dengan upaya strategis berupa pengiriman militer. Zion*s adalah kaum kafir muhariban fi’lan (kafir yang layak diperangi secara fisik karena telah memerangi kaum muslim secara terang-terangan). Menghadapi Zion*s tidak bisa sekadar dengan gencatan senjata, apalagi perdamaian. Juga mustahil dengan sikap politik yang membebek AS dan ideologi kapitalismenya. Ketegasan negeri-negeri muslim untuk mengirimkan militer sejatinya akan dapat terwujud sempurna di bawah satu komando kepemimpinan Islam di tangan khalifah, yakni di dalam naungan sistem Islam (Khilafah).
Dengan status sebagai tanah kharajiah ini, orang-orang Yahudi tidak bisa menduduki, apalagi mengusir dan membunuh kaum muslim yang tinggal di sana sejak Khilafah masih ada. Bahkan, sebaliknya, Yahudi tidak pernah mempunyai tempat di tanah penuh berkah, Palestina. Selain statusnya sebagai tanah kharajiah, Palestina memiliki sejumlah keistimewaan, di antaranya keberadaan Masjidilaqsa yang merupakan kiblat pertama kaum muslim. Di tanah ini pula Rasulullah saw. menyatakan bisyarahnya, bahwa kaum Yahudi akan dilumat oleh pasukan kaum muslim yang dipimpin oleh seorang khalifah dan tidak satu pun yang bisa melindungi mereka.
Hanya Daulah Khilafah Islamiyah satu-satunya yang akan mampu melumpuhkan Israel dan membebaskan Gaza, Palestina dan seluruh manusia dari makar jahat kaum zionis Israel. Agar institusi Khilafah dapat segera terwujud, umat harus bergerak, serta melakukan penyadaran dan pemahaman kepada umat dalam mewujudkan tegaknya Khilafah sebagai pemimpin global dan satu-satunya yang mampu memberi solusi atas problem umat manusia serta menuntaskan dan membebaskan Palestina.