| 65 Views
Dari Bergudang Masalah Menuju Warisan Rasulullah
Oleh : Ummu Zhafran
Pegiat literasi
‘Tidak ada negara tanpa tentara yang kuat, tidak ada tentara yang kuat tanpa harta, tidak ada harta tanpa kemakmuran, tiada kemakmuran tanpa rakyat yang bahagia dan sejahtera, tiada rakyat sejahtera tanpa pemerintahan yang bersih dan adil’ _Sultan Sulaiman AlQanuni
Pada Sidang Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah yang digelar di Universitas Muhammadiyah Kupang, beberapa waktu lalu kutipan di atas menggema. (detik.com,3-12-2024). Tak tanggung-tanggung, langsung dikutip oleh sosok nomor satu negeri ini. Hadirin pun terpana. Siapa menyangka hal tersebut bisa terjadi.
Wajar bila media dan publik terkesiap. Selain karena terluncur dari lisan Presiden, bisa jadi belum banyak juga yang mengenal siapa di balik nama Sulaiman Al Qanuni, pemilik kutipan di atas. Beliau merupakan salah seorang dari deretan Khalifah di masa Utsmaniyah yang ibukotanya di Istambul, Turki. Di era kekuasaannya dari 1520M hingga 1566M, umat Islam berjaya dan mencapai kejayaan peradaban yang tiada banding hingga kini. Pasukan elit militer Janissary dan Taujiyah yang diungkap Presiden dalam acara di atas hanya sebagian kecil dari tanda aneka keberhasilan dan kemakmuran saat itu.
Sungguh prestasi yang memang sangat layak diapresiasi untuk kemudian dikaji lebih lanjut. Sebab semua hal yang membanggakan tersebut terjadi di masa syariat Islam diterapkan secara kafah dalam naungan Khilafah, sistem pemerintahan warisan Rasulullah saw. Sebuah kenyataan yang mustahil untuk dibantah.
Maka mari mengenal Khilafah lebih dekat. Jangan sampai kalah dengan platform bank data macam Wikipedia. Di situ tertulis, Khilafah merupakan bentuk pemerintahan di bawah naungan kekuasaan yang lebih besar bercorak Islam, yakni Khalifah. Dalam liputan khususnya beberapa tahun lalu , salah satu kanal televisi nasional juga menjabarkan definisi Khilafah sebagai sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim di dunia untuk menerapkan hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Orang yang memimpin disebut Khalifah, dapat juga disebut Imam atau Amirul Mukminin (Youtube,Tvone).
Sampai di sini jelas, Khilafah seharusnya bukanlah hal asing bagi umat muslim. Selama belasan abad dunia hidup dalam kekuasaan Khalifah yang memberi sumbangsih berlimpah pada peradaban dunia. Mulai dari Kekhilafahan Umayyah yang pusatnya di Damaskus lanjut Abbasiyah berpusat di Baghdad kemudian Utsmaniyah yang ibu kotanya di Turki.
Terlebih dalil kewajiban menegakkan Khilafah sangat jelas tanpa keraguan. Baik dalam Al Qur’an maupun Hadits Rasulullah Saw.
Salah satunya melalui firman Allah Swt. dalam penggalan surah An Nur ayat 55,
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.”
Imam Ibnu Katsir menjelaskan terkait ayat di atas bahwa ini merupakan janji dari Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. Allah akan menjadikan umatnya sebagai orang-orang yang berkuasa di bumi, yakni menjadi para pemimpin manusia dan penguasa mereka. Dengan mereka, negeri akan menjadi baik dan semua hamba Allah akan tunduk kepada mereka. Keadaan mereka niscaya juga akan ditukar sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. (Tafsir Ibnu Katsir) Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Pun di suatu kesempatan Rasulullah Saw. bersabda, “Dahulu Bani Israil diatur hidupnya oleh para nabi, setiap seorang nabi meninggal, dia digantikan oleh nabi lainnya, dan sesungguhnya tidak ada nabi setelahku. Dan akan ada para khalifah dan jumlah mereka akan banyak.” (HR Bukhari dan Muslim)
“Adalah kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajinnubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajinnubuwwah). Kemudian beliau (Rasul saw) diam.” (HR. Ahmad, Juz IV, hlm, 273, nomor hadis 18.430)
Semoga semakin jelas pemahaman khilafah yang diwariskan Rasulullah saw. bagi umat manusia. Tiada pilihan selain kembali menegakkannya jika ingin melihat penderitaan saudara muslim Palestina berakhir, darurat korupsi, darurat narkoba, zina dan semua darurat lainnya terhenti. Tegaknya kembali niscaya mengantarkan pada keadilan, kesejahteraan dan terbukanya pintu keberkahan dari langit dan bumi. Yakinlah janji Allah itu pasti.
Wallahua’lam.