| 46 Views
Buramnya Potret Pendidikan Negeri Ini

Oleh : Siti Solechah
Pegiat Literasi
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer setiap individu yang harus terpenuhi. Dari pendidikan akan didapat jiwa-jiwa cerdas, semangat, optimis menatap masa depan. Mampu berkarya, berdaya saing sehat berbekal dari ilmu yang didapat. Menjadikan kemandirian terwujud secara otomatis. Ilmu dan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, keduanya sangat erat berkaitan. Semestinya pendidikan di Indonesia pun harus memiliki model pendidikan yang aktif, efektif, komperehenshif, kompetentif dengan sarana dan prasarana yang memadai baik dari tenaga pendidik serta kurikulumnya.
Pendidikan di tanah air harus segera terwujud secara nyata dan merata diseluruh wilayah. Baik pedalaman ataupun perkotaan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) nasional di masa depan.
Terjadinya disparitas lama bersekolah masyarakat di Tanah Air harus segera diatasi sebagai bagian upaya untuk memberikaan layanan Pendidikan yang merata bagi setiap warga negara,“kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, pada Kamis, (6 /Maret /2025), Metro New.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2024 terdapat 30,85% penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun memiliki ijazah SMA atau sederajat. Secara nasional, rata-rata lama sekolah untuk penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas hanya mencapai 9,22 tahun atau setara lulus kelas 9 (lulus SMP).
Penduduk di Provinsi DKI Jakarta tercatat paling tinggi rata-rata lama sekolahnya yaitu11,5 tahun (tidak lulus SMA) dan penduduk di Provinsi Papua Pegunungan tercatat rata-rata lama bersekolahnya hanya mencapai 5,1 tahun (tidak lulus SD), Metro News, (6 /03/2025).
Dari data di atas ini menandakan lamanya waktu sekolah serta rendahnya kualitas pendidikan. Ini bisa terjadi dari beberapa faktor di antaranya, adalah karena akses pendidikan yang sulit, ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang memadai, terbatasnnya jaringan internet di pelosok, kompetensi tenaga pendidik kurang teruji, pergantian kurikulum yang berbeda-beda disetiap menteri yang menjabat, mahalnya biaya, dan pendidikan serta tingkat perekonomian rendah.
Islam Memandang Pendidikan
Dalam islam, pendidikan merupakan suatu proses pengajaran dalam rangka mencetak generasi cerdas, kuat, berpikir mendalam berlandaskan aqidah Islam, kompeten, berkarakter dan berkepribadian Islam. Sebab dalam Islam, suatu pendidikan harus memadukan antara keimanan dan ilmu kehidupan, sehingga berpengaruh besar dalam setiap amal perbuatan. Islam juga memandang proses pendidikan dapat dimaknai sebagai proses manusia menuju kesempurnaan sebagai hamba Allah SWT. Ada sosok rasulullah Muhammad saw, yang wajib menjadi panutan (role model) seluruh peserta didik ini karena Allah Swt berfirman " واِنك لعلي خلق العظيم” yang artinya “sungguh engkau memiliki akhlaq yang sangat agung."(QS Al-Qalam [68]: 4).
Allah Swt juga berfirman "لقد كان لكم في رسوالله آسوة حسنة"
yang artinya” Sungguh telah ada pada diri rosulullah Saw, itu terdapat suri tauladan yang baik.(QS Al-ahzab [33]:21).
Menuntut ilmu dalam Islam merupakan kewajiban setiap individu agar memahami keberadaan dirinya sebagai khalifah di muka bumi dalam mengarungi kehidupan. Mengetahui dan menggunakan potensi yang Allah Swt berikan sebagai implementasi rasa syukur sebagai seorang hamba sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw “"طلب العلم فرضة على كل مسلين yang artinya
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim." (Ibnu Majah), dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa dha’if Sunan Ibnu Majah no, 224).
Sistem pendidikan dalam Islam sangat berbeda dengan sistem pendidikan lainnya. Hasil belajar (output) dalam Islam menghasilkan peserta didik yang kukuh keimanannya dan mendalam pemikiran islamnya (tafaqquh fiddin). Pengaruhnya (outcome) adalah keterikatan peserta didik dengan Syariat Islam dan dampaknya (impact) adalah terciptanya masyarakat yang bertaqwa. Di mana di dalamnya akan tegak amar ma’ruf nahi munkar dan tersebar luasnya dakwah Islam.
Semua pemikiran (fiqrah) ini tidak terlepas dari penerapan sistem pendidikan dalam Islam. Dengan penerapan metodenya (thariqoh) yaitu sistem pemerintahan yang dilandaskan pada Aqidah Islam. Oleh karena itu penguasa akan bertanggung jawab penuh sebagai mas’ul yang mana harus menyediakan sarana dan sarana pendidikan secara penuh. Serta menyelenggarakan pendidikan secara merata ke seluruh wilayah Daulah tanpa pertimbangan apapun bagi setiap warga negaranya.
Sebab pendidikan adalah salah satu diantara banyak urusan yang wajib diurus oleh negara, Rosulullah Saw bersabda,
الْامَامُ رَاعٍ وَمَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan di mintai pertanggung jawaban atas urusan rakyatnya”. (Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim)
Konsep pendidikan dalam Islam berlangsung melalui berbagai cara, mulai dari pendidikan formal di masjid dan lembaga pendidikan lain. Hingga pendidikan informal melalui diskusi dan dakwah individu. Seorang khalifah akan berperan dalam mengembangkan dan menyebar luaskan pendidikan, termasuk mengangkat guru dan menunjuk pendidik di berbagai wilayah. Lembaga pendidikan bisa masjid, shuffah, kutab dan juga halaqoh.
Pada masa khilafah Islam, pendidikan Islam mengalami kecemerlangan yang luar biasa. Ditandai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, majelis ilmu pengetahuan serta lahirnya ulama dan ilmuwan yang kompeten di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Beberapa lembaga Pendidikan islam kala itu antara lain, Nizhamiyah(1067-1401) di Bagdad, Al-Azhar(975-sekarang) di mesir, Al-Qarawiyyin (859- sekarang) di Fez, Maroko dan Sankore (989-sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika. Dan Lembaga islampun menerima para siswa dari barat. Paus Silvester ll, sempat menimba ilmu di Qarawiyyin.
Pada masa khilafah Islam banyak lahir ulama di bidang tsaqofah Islam, Filosofi Islam, mazjul-maddah bir-ruh, yang mengintegrasikan belajar dan kesadaran akan perintah Allah Swt. Menjadikan tsaqofah Islam sebagai inspirasi, motivasi dan orientasi pengembangan matematika, sains, teknologi, dan rekayasa hinggga melahirkan banyak ilmuwan dan teknologi founding fouther disiplin ilmu pengetahuan.
Kemajuan Pendidikan pada masa keemasan peradaban islam ini bahkan tebuktir menjadi rujukan peradaban lainnya. Hal itu antara lain diungkapkan oleh Tim Wallace-Murphy (WM) yang menrbitkan buku berjudul What Islam Did For Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization (London: Watkins Publishing, 2006). Cendikiawan barat, Montgomery Watt, menyatakan cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa Islam yang menjadi "dinamo"-nya, Barat bukanlah apa-apa.
Sudah menjadi keharusan saatnya kita beralih kepada sistem Pendidikan Islam secara global sehingga mampu mencetak generasi-generasi mustanir.
Wallahu’alam bishowab.
Hikmah: Rosulullah Saw bersabda,
مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ العِلْمِ كَانَ فِي سَبِيْلِ اللّهِّ حَتّى يَرْجِعْ
“Siapa saja yang pergi untuk mencari ilmu, maka ia sedang berjalan dijalan Allah hingga ia pulang” (HR At-Tirmidzi).