| 194 Views
Bukan Nasionalisme Yang Membebaskan Palestina, Hanya Khilafah Solusinya

Oleh : Yeni Ummu Alvin
Aktivis Muslimah
Dilansir dari Republika.co.id-Dunia internasional sedang menyoroti konvoi Global March to Gaza yang dilakukan oleh ribuan orang yang mewakili lintas etnis dan benua dari berbagai negara yang bersatu atas dasar tuntutan representasi moral dan kemanusiaan bukan sebagai perwakilan diplomatik resmi dari negara dan tidak ada mandat khusus bagi mereka, namun mereka bersatu bergenggaman tangan dan membawa satu keyakinan bahwa isu kemanusiaan di Palestina tidak bisa terus ditunda. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan mereka tidak tahan dengan apa yang terjadi di Gaza, hati nurani mereka telah menuntun langkah mereka melakukan aksi diplomasi jalanan yang menandai pergeseran cara dunia dalam merespon tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina.
Menurut Chairman Aliansi Kemanusiaan Indonesia (aksi), Ali Amril menyebutkan bahwa ini adalah bentuk diplomasi tanpa podium, tanpa protokol dan tanpa basa-basi, gerbang Rafah mungkin dikunci, tapi nurani dunia tidak bisa dibungkam" Sabtu (14/6/2025). Partisipasi masyarakat dunia dalam Global March to Gaza mencerminkan diplomasi baru yang lahir dari penderitaan rakyat Palestina, dan aksi ini merupakan kelanjutan dari aksi kemanusiaan kapal Madleen yang sempat dicegat di laut. Aksi ini diikuti sekitar 10.000 orang yang berasal dari lebih 50 negara.(Republika.co.id)
Global march to Gaza merupakan aksi jalan kaki internasional sejauh kurang lebih 50 km, peserta aksi akan berjalan kaki dari Kairo Mesir menuju gerbang Rafah. Sementara di Indonesia sejumlah peserta aksi mengikuti aksi dukungan gerakan Global March to Gaza di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jalan MH Thamrin Jakarta Minggu (15/6 /2025). Namun sayangnya pemerintah Mesir dilaporkan telah mendeportasi puluhan aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Israel di seluruh Gaza. Aksi Global March to Gaza bertujuan untuk menekan pihak-pihak terkait agar membuka blokade Gaza yang digempur Israel sejak Oktober 2023. Menurut pejabat Mesir aktivis yang dideportasi dikarenakan tidak mengantongi izin yang diperlukan, dan pihak Mesir melakukan hal tersebut untuk menjaga keamanan nasional termasuk dalam regulasi keluar masuk dan pergerakan individu di wilayahnya khususnya di daerah perbatasan. Setidaknya 170 peserta aksi ditahan dan dihambat saat berada di Kairo, padahal penyelenggara mengaku telah mengikuti protokol yang ditetapkan oleh pemerintah Mesir.
Paham nasionalisme dan konsep negara bangsa yang diyakini negeri-negeri muslim telah memupus hati nurani para penguasa muslim dan tentara mereka, hingga mereka rela membiarkan saudaranya dibantai di hadapan mata mereka bahkan ikut menjaga kepentingan pembantai hanya demi meraih keridhaan negara adidaya yang menjadi tumpuan kekuasaan mereka yakni Amerika Serikat.
Sudah selayaknya umat Islam paham betapa bahayanya paham nasionalisme dan konsep negara bangsa, dilihat dari sisi pemikiran maupun sejarahnya, sesungguhnya konsep inilah yang telah digunakan oleh musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan Khilafah dan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri Islam. Kejahatan zionis Israel sudah pada puncaknya, mereka membunuh warga Palestina tidak hanya dengan senjata namun menggunakan senjata genosida yang paling kejam yakni dengan menjadikan kelaparan sebagai senjata utama, blokade bantuan yang dilakukan oleh pemerintah zionis Israel menyebabkan warga negara banyak yang mati kelaparan bahkan ditembak saat tengah mengantri bantuan makanan. Begitupun pemimpin Negeri muslim khususnya Arab dan Mesir serta Yordania yang harusnya menjadi perisai bagi warga Palestina, justru tetap bungkam bahkan menormalisasi hubungan dengan penjajah tanah Palestina .
Berbagai cara dan upaya telah dilakukan oleh umat untuk memberikan solusi terbaik bagi Palestina, namun tidak satupun dari solusi yang ditawarkan mampu menyelesaikan masalah Palestina, begitu pula dengan aksi yang dilakukan dengan bermodalkan gerakan dan semangat kemanusiaan, dari sini harusnya umat paham bahwa untuk menyelamatkan warga Gaza dibutuhkan solusi yang hakiki,umat Islam harus paham bahwa arah pergerakan mereka untuk menyolusi konflik Palestina harus bersifat politik yakni fokus membongkar sekat negara bangsa dan mewujudkan satu kepemimpinan politik Islam di dunia.
Dengan kepemimpinan politik Islam maka akan tercipta negara adidaya baru yang akan menghapus ide nasionalisme dan konsep negara bangsa yang menghalangi terciptanya persatuan hakiki di negeri-negeri Islam. Dan untuk memperjuangkan tegaknya kepemimpinan politik Islam dibutuhkan adanya gerakan politik ideologis yang berjuang tanpa kenal sekat dan terbukti konsisten dan ikhlas semata-mata demi kemuliaan Islam.
Hanya Khilafah yang akan mengembalikan kemuliaan umat Islam serta mengembalikan persatuan umat yang akan mampu memobilisasi seluruh negeri-negeri muslim dengan tentara dan senjatanya untuk berjihad menolong Gaza dan membebaskan tanah Palestina dari penjajahan zionis Israel.
Wallahu a'lam bish showwab.