| 12 Views

AS dan Israel, Cermin Rapuhnya Ikatan di Sistem Kapitalisme

Foto: Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu di Gedung Putih di Washington, AS, 4 Februari 2025. (REUTERS/Elizabeth Frantz)

Oleh : Elly Waluyo
Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam

Hubungan antar individu atau bangsa dalam paham sekuler merupakan hubungan semu yang didasari asas manfaat atau kepentingan. Hubungan yang tak akan pernah bisa berjalan dengan baik karena rapuh dan tak ada ketulusan. Ketika kepentingan yang mendasari hubungan tersebut terwujud, maka hubungan berakhir atau lanjut dengan dasar kepentingan baru. Namun, apabila tidak terwujud maka yang terjadi pun sama, hubungan akan berakhir yang dibarengi dengan rasa kecewa sehingga bisa berakibat pengkhianatan dan berujung perang.

Demikian pula yang terjadi pada hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan Zionis Israel. Seolah mesra, namun sebenarnya berada di ujung tanduk. AS dibuat kecewa dan merasa dimanipulasi oleh Israel karena pemerintah Zionis tersebut tak segera menyodorkan rencananya terkait Gaza dan Houthi Yaman.

Di sisi lain, Israel pun kecewa karena AS beberapa kali melakukan tindakan yang jauh dari visi keras Israel. Seorang ahli urusan Israel Mohanned Mustafa menyampaikan bahwa kepercayaan Netanyahu, Perdana Menteri Israel terhadap AS telah tercoreng. Terhitung empat kali AS melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan Israel. AS menekan perjanjian tentang kapal-kapal Laut Merah dengan Houthi Yaman. AS Ikut serta dalam pembicaraan program nuklir milik Iran. Selain itu Israel juga menganggap AS 'lain di mulut, lain di hati' karena mengatakan pada Israel bahwa Suriah termasuk wilayah pengaruh Turki. Namun AS dan Arab Saudi bersepakat tentang proyek nuklir sehingga tak adanya normalisasi antara Riyadh dan Tel Aviv membayangi Israel. Menurut Mustafa, Netanyahu pun kesulitan mempengaruhi Trump yang lebih mementingkan kepentingannya sendiri di kawasan tersebut terkait isu-isu regional. (https://khazanah.republika.co.id : 9 mei 2025)

Pecahnya kongsi antara AS dan Israel membuktikan kerapuhan persatuan musuh Islam, yang selalu egosentris atau mementingkan kelompoknya. Sebagaimana  termaktub di dalam Al Qur’an  surat Al Hasyr ayat 14, "Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang terbentang atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti”.

Rapuhnya ikatan antara AS dan Zionis seharusnya menyadarkan umat bahwa ikatan Islam sangatlah kuat karena berdasarkan akidah yang berpotensi besar dalam menghancurkan musuh-musuh Islam.

Membangkitkan kesadaran umat Islam dapat dilakukan melalui dakwah secara jemaah. Jemaah yang menginternalisasikan Islam ideologis ke dalam dakwahnya dan menjadikan akidah Islam sebagai pengikatnya.

Melalui jemaah Islam ideologis tersebut maka umat akan terbimbing dalam menjalani perjuangan yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Umat pun akan bersatu dan memiliki kesamaan perasaan yang mendorong bangkitnya kepemimpinan Islam dibawah naungan Khilafah dimana kalimat Allah akan ditinggikan. Khilafah sebagai pelindung umat Islam akan mampu mengalahkan musuh-musuh Islam hingga berjihad membebaskan Palestina.


Share this article via

14 Shares

0 Comment