| 272 Views
Fathu Makkah, Peristiwa Penting di Bulan Ramadhan

Oleh : Rifky Fajri
Aktivis Muslimah
Fathu Makkah atau pembebasan Makkah adalah salah satu peristiwa penting pembebasan Kota Makkah dari orang-orang Kafir Quraisy yang membenci Islam. Fathu Makkah ini menjadi tonggak sejarah, tidak hanya di jazirah Arab, tapi juga di seluruh dunia. Dalam peristiwa tersebut, Nabi Muhammad SAW tampil sebagai pemimpin yang memberi contoh bagaimana sebuah penaklukan pusat kekuasaan musuh tanpa pertumpahan darah sekaligus tanpa pembalasan dendam.
Fathu Makkah ini terjadi karena kaum Quraisy Makkah melanggar perjanjian yang tertuang dalam perjanjian Hudaibiyah. Salah satu poin yang mereka langgar yaitu yaitu gencatan senjata selama sepuluh tahun. Namun dari pihak Quraiys, salah satu koalisinya yaitu Kabilah Bani Bakr, membunuh seseorang dari Kabilah Khuza’ah yang berkoalisi dengan kubu Rasulullah.
Rasulullah pun mendapat informasi pelanggaran tersebut, selang beberapa hari, Abu Sofyan, utusan Quraisy datang ke Madinah untuk memperbaharui perjanjian Hudaibiyah dengan kaum Muslim. Tapi kedatangannya ke Madinah tidak membuahkan hasil kesepakatan dengan kaum Muslim.
Setelah Abu Sufyan datang, kemudian Rasulullah memulai menyusun berbagai strategi dan meminta pendapat kepada para sahabatnya. Beliau juga mengeluarkan perintah kepada kaum Muslimin bersiap-siap berangkat ke Makkah. Namun, sebelum itu, beliau melakukan diplomasi dengan para pembesar Makkah, Rasulullah memasuki Kota Makkah bersama 10.000 pasukan pada 20 Ramadan 8 H/11 Januari 630 M. Kedatangan beliau ini untuk menagih komitmen perjanjian Hudaibiyah yang telah disepakati.
Ketika Rasulullah mengabarkan pasukan akan berangkat ke Makkah, mereka bergembira karena akan memasuki dan menaklukkan Makkah. Saking senangnya, salah satu pemimpin pasukan Sa’d bin Ubadah yang membawa bendera, berkata, “Hari ini adalah hari pembalasan dan penghabisan mereka,” katanya dengan lantang.
Saat Rasulullah mendengar hal tersebut, beliau meminta Ali bin Thalib menegur Sa’d bin Ubadah serta memerintahkan pencopotannya sebagai panglima pembawa bendera yang digantikan oleh anaknya, Qays bin Sa’d bin Ubadah. Rasulullah pun mengganti kalimat yang diserukan dengan kalimat, “Hari ini adalah hari kasih sayang,” tegas beliau kepada pasukan.
Hal tersebut Rasul lakukan agar pasukan menjadi tenang dan tidak mudah terprovokasi. Di sisi lain, melihat banyaknya pasukan Rasul yang datang, kaum Quraisy merasa gelisah karena mereka sadar telah melanggar perjanjian tersebut.
Dalam peristiwa Fathu Makkah, umat Islam mengambil alih Makkah dari kafir Quraisy tanpa adanya pertumpahan darah. Kawasan sekitar Ka’bah dan Masjidil Haram disucikan dari patung dan berhala sesembahan kafir Quraisy. Saat menghancurkan berhala yang berada di sekitar Ka’bah dan Masjidil Haram, Rasulullah membaca surah al-Isra’ ayat 81 yang berbunyi: “Katakanlah, ‘Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.’ Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.”
Kemudian, Rasulullah pun menyuruh Bilal bin Rabah, untuk mengumandangkan azan. Selanjutnya beliau memberikan amnesti kepada penduduk Makkah, meski mereka dahulu memusuhi umat Islam. Pembersihan Ka’bah dan sekitarnya dari berhala dan simbol-simbol kemusyrikan lainnya dilakukan dengan damai. Maka, Fathu Makkah menjadi salah satu peristiwa penting yakni perdamaian besar di bulan Ramadhan dalam sejarah umat Islam.
Terkait peristiwa ini, Ibnul Qayim mengatakan, "Inilah pembebasan agung yang dengannya Allah memuliakan Islam, Rasul, tentara, dan pasukan-Nya. Dengan pembebasan ini, Allah menyelamatkan tanah dan rumah-Nya yang Dia jadikan sebagai petunjuk bagi seluruh dunia. Allah menyelamatkannya dari tangan orang-orang kafir-musyrikin. Inilah pembebasan yang membuat penduduk langit merasa gembira. Tambur kemuliaannya ditabuh di atas pundak-pundak para malaikat. Manusia masuk ke dalam agama-Nya berbondong-bondong. Bumi menjadi terang benderang dan bercahaya.”[]