| 98 Views
Yang Baca Sabar Ya, Ini Jumlah Keuntungan yang Diraup Belanda Selama Masuk Hingga Menjajah Indonesia
Jangan kaget dengan fakta yang mungkin belum Anda ketahui sebelumnya!
CendekiaPos - Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, pemerintah dan masyarakat Belanda dilanda kekhawatiran besar atas lepasnya Indonesia (dulu dikenal sebagai Hindia Belanda). Bagi Belanda, kehilangan Indonesia bukan sekadar hilangnya wilayah, melainkan ancaman besar terhadap perekonomian mereka.
Mengapa? Karena selama berabad-abad, ekonomi Belanda sangat bergantung pada negeri jajahannya, termasuk Indonesia yang memiliki nilai ekonomi luar biasa besar. Tidak mengherankan jika banyak yang bertanya-tanya: Seberapa besar keuntungan yang diraup Belanda selama menjajah Indonesia?
Awal Mula: VOC dan Kekuasaannya
Kisah panjang Belanda di Indonesia dimulai pada tahun 1602 dengan pendirian Kongsi Dagang Hindia Timur atau VOC. VOC bukan sekadar perusahaan dagang biasa. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, VOC bisa memulai perang, membuat perjanjian dengan kerajaan lokal, hingga mencetak mata uang sendiri. Kekuasaan besar ini menjadikan VOC sebagai perusahaan dengan valuasi terbesar pada masanya.
Menurut situs Visual Capitalist, pada tahun 1637, nilai VOC mencapai 78 juta gulden, yang setara dengan US$ 7,9 triliun atau Rp123 ribu triliun saat ini. Nilai ini bahkan melebihi gabungan beberapa perusahaan terbesar dunia saat ini, seperti Apple, Microsoft, dan Google.
Namun, menurut sejarawan Lodewijk Petram dalam bukunya The World's First Stock Exchange (2014), valuasi VOC sebenarnya sekitar US$ 1 triliun jika dihitung dengan nilai masa kini—tetap angka yang luar biasa besar, setara dengan Rp15 ribu triliun.
Setelah VOC: Keuntungan yang Semakin Bertambah
Ketika VOC dibubarkan pada tahun 1799, Belanda tidak kehilangan kendali atas ekonomi Indonesia. Sebaliknya, pemerintah Hindia Belanda justru semakin kuat dan memperketat cengkeramannya. Salah satu bukti nyata adalah diberlakukannya sistem tanam paksa, yang memberi keuntungan besar bagi Belanda.
Sejarawan Angus Maddison dalam penelitiannya "Dutch Income in and from Indonesia 1700-1938" (1989), mencatat bahwa sistem tanam paksa ini secara signifikan meningkatkan aliran pendapatan dari Indonesia ke kas pemerintah Belanda. Setengah dari keuntungan tanam paksa langsung masuk ke kantong pemerintah Belanda.
Maddison juga menunjukkan bahwa kontribusi dana dari Indonesia terhadap PDB Belanda terus meningkat. Pada tahun 1700, aliran dana dari Indonesia menyumbang sekitar 1% dari PDB Belanda. Namun, setelah tanam paksa diberlakukan (1840-1870), angka ini melonjak menjadi 8% dari PDB.
"Secara keseluruhan, aliran dana dari Indonesia ke Belanda mencapai 234 juta gulden antara 1831-1850, dan 491 juta gulden dari 1851-1870. Ini setara dengan 31,5% dari PDB Belanda pada periode tersebut," ungkap Maddison.
Tidak berhenti di situ, Maddison menghitung bahwa pendapatan Belanda dari Indonesia selama periode 1878-1941 mencapai 23,5 miliar gulden, atau sekitar US$398 miliar. Jika di rupiahkan per tanggal 21 Agustus 2024 ini adalah sebesar Rp 6.144.264.300.000.000. Wow! Fantastis bukan?
Angka ini belum termasuk keuntungan perusahaan-perusahaan swasta yang juga dikenakan pajak oleh pemerintah Belanda—sungguh jumlah yang luar biasa besar.
Pembangunan Belanda di Atas Penderitaan Indonesia
Dana besar yang diambil dari Indonesia ini kemudian digunakan untuk membangun Belanda. Mereka berhasil membangun banyak bendungan, jalan, dan infrastruktur lainnya, yang menjadi fondasi kemajuan ekonomi negeri kincir angin tersebut.
Namun, kemajuan ekonomi Belanda ini terjadi dengan biaya yang sangat mahal bagi Indonesia. Selama pendudukan Belanda, rakyat Indonesia hidup dalam penderitaan sebagai warga negara kelas dua di tanah air mereka sendiri. Banyak yang dipaksa menjadi budak dalam kebijakan kolonial atau bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda.
Ketika Indonesia akhirnya merdeka pada tahun 1945, Belanda sangat khawatir akan dampak kehilangan "mutiara dari Timur" ini. Namun, kekhawatiran mereka tidak terbukti. Setelah kemerdekaan Indonesia, Belanda tidak jatuh miskin karena mereka mendapat bantuan dari Amerika Serikat melalui kebijakan Marshall Plan.
Artikel ini menggambarkan betapa besar keuntungan yang dinikmati Belanda selama berabad-abad menjajah Indonesia—keuntungan yang dihasilkan dari kerja keras dan penderitaan rakyat Indonesia.