| 74 Views

Waspada Toleransi Kebablasan Jelang NATARU!

Oleh : Ummu Alvin
Aktivis Muslimah

Bulan Desember adalah bulannya toleransi, sebab setiap akhir tahun, seruan toleransi massif digencarkan dan dikampanyekan baik menteri Agama, pejabat negara bahkan juga oleh tokoh agama dan yang membuat miris toleransi yang digaungkan di tengah masyarakat justru bertentangan dengan agama Islam, menjerumuskan pada makna pluralisme agama dan berujung dengan anggapan bahwa semua agama sama.

Pemkot Surabaya memastikan kesiapan menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, dengan fokus utama pada pengamanan tempat ibadah dan menjaga kerukunan umat beragama. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan pentingnya kerja sama semua pihak untuk memastikan keamanan dan kenyamanan warga, terutama umat Kristiani yang merayakan Natal. 

Pernyataan Menteri Agama Nasaruddin Umar yang mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga keharmonisan antar umat beragama menjelang Nataru 2024/2025, Ia juga menekankan pentingnya saling mendukung dan menghormati dalam merayakan hari besar keagamaan masing-masing, dengan menjaga toleransi sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia dan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan momen Nataru sebagai waktu untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan.

Sesungguhnya telah sangat jelas bahwa pernyataan walikota Surabaya dan Menag adalah pengaburan identitas Islam pada kaum muslim saat momen Natal dan tahun baru dengan dalih toleransi,ini merupakan racun yang sengaja dihembuskan oleh para pengusung moderasi beragama agar ide yang mereka tawarkan dapat diterima oleh umat Islam.Ini adalah toleransi yang kebablasan. Tujuannya tidak lain adalah untuk semakin menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang sesungguhnya.

Memang benar, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama. Keharusan untuk saling menghormati dan menjalin kerukunan satu sama lain juga benar adanya. Hanya saja, sebagai muslim, tentu yang harus dijadikan standar adalah syariat Islam, bukan akal manusia ataupun yang lainnya. Syariat Islam adalah aturan baku yang mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi manusia tanpa terkecuali.

Inilah dampak diterapkannya sistem sekulerisme kapitalis. Sekulerisme merupakan sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Islam seharusnya digunakan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat. Dengan diterapkannya sistem sekuler umat terbiasa hidup dengan aturan buatan manusia dan merasa tidak penting lagi memahami dan mengamalkan seruan agamanya, termasuk bagaimana cara bertoleransi yang benar dalam Islam. Semua ini juga menunjukkan bahwa para pemimpin muslim telah sengaja meracuni akidah dan pemahaman umat, terutama bagi kalangan awam yang minim pengetahuan tentang Islam, melalui pernyataan-pernyataan yang mereka massifkan kepada umat. 

Berbeda dengan Islam, dimana negara berperan penting atas penjagaan aqidah umatnya.Islam menjadikan para pemimpin dan pejabat negara memberikan nasihat takwa agar umat tetap terikat dengan aturan Islam khususnya dalam moment krusial yang berpotensi membahayakan akidah umat.

Dalam Islam umat dibina dengan pemikiran Islam dan tsaqofah Islam. Islam juga mengatur kehidupan bermasyarakat termasuk dalam bertoleransi. Sehingga umat tidak lagi dengan mudah menggadaikan akidahnya demi toleransi.

Toleransi dalam Islam adalah  membiarkan ibadah dan perayaan non Muslim bukan turut memeriahkan dan mengucapkan selamat, karena islam mengajarkan prinsip

لكم دينكم ولي دين

"Untukmu agamamu dan untukku agamaku" (Al Kafirun : 6 )

Namun sangat disayangkan sebagian umat islam saat ini, keliru dalam memahami makna toleransi yang sebenarnya.Hal ini menjadi tanggung jawab kita sebagai muslim untuk mengembalikan pemahaman umat kepada pemahaman Islam yang sebenarnya.

Sungguh dengan akidah Islam, kaum muslim akan mulia dan berjaya, sebagaimana Allah SWT berfirman,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.( QS Ali Imran: 110)

Kita harus kembali menelaah bagaimana tatanan masyarakat yang telah dibangun Rasulullah SAW. Bagaimana konstruksinya pemikiran yang telah dibangun dan kemudian diaplikasikan dalam sejarah panjang kehidupan umat Islam sedemikan hingga Islam benar-benar mewujud sebagai rahmatan lil 'alamin dan umat Islam menjadi umat terbaik sepanjang 13 abad.

Sudah seharusnya umat Islam memahami dengan benar makna toleransi dalam pandangan Islam agar tidak tergelincir kepada toleransi yang kebablasan.Pemahaman inilah yang kemudian dijadikan perisai untuk selalu waspada terhadap orang-orang yang berupaya memanfaatkan jargon toleransi, padahal merusak makna toleransi yang sebenarnya.

Wallahu a'lam bish showwab.


Share this article via

87 Shares

0 Comment